Jumat, 30 November 2012

Kesaksian Ulama Dunia Thd al Banna & Sayyid Qutb

Kesaksian Ulama Dunia Thd al Banna & Sayyid Qutb

(Farid Nu’man, SS. Dari majalah Tsaqif Edisi 17 dan 18 aug-sep 06)

Mereka sering mengatakan 'Para ulama telah memperingatkan manusia agar hati-hati atas kesesatan tokoh tokoh Ikhwan.' Pertanyaannya, ulama mana yang dimaksud? Kita dapatkan justru Syaikh bin Bazz (mantan Mufti Kerajaan Saudi Arabia dan ketua Hai'ah Kibaril Ulama), Syaikh al Albany, Syaikh Abdullah bin al Jibrin, Syaikh Shalih al Luhaidan, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Alu Asy Syaikh (saat ini menjadi ketua Hai'ah Kibaril Ulama menggantikan Syaikh bin Bazz), Syaikh Abdullah bin Hasan al Qu'ud, mereka memberikan kesaksian positif terhadap tokoh-tokoh Ikhwan, sebagaimana yang akan kami beberkan. Mereka -kecuali Syaikh al Albany- adalah Para ulama besar yang berada dalam jajaran Hai'ah Kibaril Ulama (Organisasi Ulama Besar) Kerajaan Saudi Arabia, yang telah menjadi rujukan mapan kaum salafiyyin.

Biasanya jika di luar kelompok mereka (salafy) mengutip pendapat ulama- ulama salafy masa kini, mereka akan mengatakan, "Ahli bid'ah biasanya mengutip perkataan ulama Ahlus Sunnah yang cocok dengan hawa nafsunya saja." Ini adalah ucapan sinis dan fanatis buta. Siapakah yang melarang-larang manusia mengutip perkataan ulama yang objektif dan jujur? Sayangnya mereka juga melakukan hal yang sama; yakni hanya mengambil ucapan ulama yang sejalan dengan pemikiran mereka saja. Jangan harap anda menemukan mereka mengutip ucapan ulama lain, seperti Al Maududi, Al Banna, Al Qaradhawy, keluarga Quthb, Salman al Audah, Aidh al Qarny, kecuali untuk dicari dan dikoleksi kesalahannya. Allahul musta'an!

Perlu ditegaskan, kata 'mereka' yang kami maksud bukanlah para ulama salafy rabbany yang amat kita cintai dan muliakan, 'mereka' di sini adalah orang yang mengklaim dirinya paling Ahli Sunnah, paling salaf, paling benar, paling cerdas dalam istid/al (pengambilan dalil), dan paling .. paling .... Menurut pengakuannya, mereka adalah penuntut ilmu, bukan ulama. Mereka' pun tidak mewakili semua, sebab masih banyak di antara mereka yang moderat, rendah hati, dan mau berdialog. Seharusnya penuntut ilmu harus menjadi Thalibul Ilmi al Mu'addib (penuntut ilmu yang beradab).

Kembali kepada permaslahan, siapakah ulama yang mereka maksud?

Apakah mereka para mufti ternama yang diakui dunia? Apakah Syaikh Rabi' bin Hadi al Madkhaly hafizhahullah yang dimaksud? Darinya telah banyak karya untuk meyerang Ikhwan, khususnya Sayyid Quthb. Tentang Syaikh ini, berkatalah Syaikh Abu Bashir at Thurthusy, "Adapun Rabi' bin Nadi al Madkhaly, saya tidak melihatnya dalam barisan para ulama dikarenakan lisannya yang sering kasar terhadap saudaranya ..." ( Abduh Zulfidar Akaha, Siapa Teoris? Siapa Khawarij? , hal. 323. Catatan kaki no. 625, bantahan terhadap buku Mereka Adalah Teroris! ) Syaikh al Qaradhawy sendiri menyebut Syaikh Rabi' sebagai Salafy Jamiyun (beringas)..

Ataukah Syaikh Abdul Malik Ramadhan al Jazairi, yang dalam bukunya Madarikun Nazhar banyak menyerang Ikhwan, FIS, Muhammad Quthb, Salman al Audah, Safar al Hawaly, Aidh al Qrny, Abdurrahman Abdul Khaliq, dan lain-lain? Syaikh Abu Bashir at Thurthusy dalam salah satu fatwanya menyebutkan bahwa Syaikh Abdul Malik Ramadhan al Jazairy adalah orang yang tidak pernah terdengar namanya dalam jajaran ulama. (Ibid. hal. 62. catatan kaki. no. 99)

Komentar para ulama yang sezaman dengan tokoh-tokoh Ikhwan tersebut tentu lebih layak diikuti dan dipercaya, dibanding komentar orang yang datang setelah zamannya dan tidak pernah berinteraksi dengan mereka. Komentar penulis buku Mereka Adalah Teroris! Yaitu Ustadz Luqman bin Muhammad Ba'abduh hafizhahullah tentang sesatnya tokoh-tokoh Ikhwan dengan menyebut mereka takfiri, khawarij, teroris, anjing¬anjing neraka, ruwaibidhah (orang-orang dungu), mu'tazilah, bocah-bocah ingusan, pemikir linglung, dan lain-lain, adalah tidak bisa dibuktikan secara ilmiah. Ciri khas buku tersebut adalah mencaci maki dahulu membahas kemudian. Buku tersebut disusun untuk membantah buku Imam Samudera, Aku Melawan Teroris. Namun sayangnya, Imam Samudera hanyalah batu loncatan, sebagian besar muatan buku tersebut berisi serangan terhadap semua gerakan Islam yang tidak sejalan dengan Ustadz Luqman bin Muhammad Ba'abduh dan kelompoknya, lebih khusus serangan untuk Ikhwan dan tokoh-tokohnya. Padahal mereka amat moderat, dan jelas-jelas tidak sejalan dengan Imam Samudera yang radikal. Ajaib memang, di satu sisi Ikhwan dituduh terlalu moderat, di sisi lain dituduh sebagai biang terorisme dunia. Apakag ada orang moderat yang radikal?

Sebenarnya tuduhan-tuduhan ini bukan barang baru, dan sudah kami bantah dalam buku Al Ikhwan Al Muslimun Anugerah Allah Yang Terzalimi edisi lengkap, (2004, Pustaka Nauka- Depok) jauh sebelum terbitnya buku Mereka Adalah Teroris! Ustadz Luqman bin Muhammab Ba'abduh adalah seorang keturunan Arab (Yaman) yang lahir di Bondowoso, Jawa Timur, pada 13 Mei 1971 M (Ibid, hal. 31) Beliau tujuh tahun lebih tua dibanding kami. Dari sini bisa diketahui, ia dilahirkan jauh setelah syahidnya Sayyid Quthb (w.1966 M), dan syahidnya Hasan al Banna (w.1949 M), dan usianya baru 18 tahun ketika syahidnya Abdullah 'Azzam (w.1989 M), dan masih 16 tahun ketika Syaikh Ahmad Yasin mendirikan HAMAS (berdiri 1987 M), baru dua tahun ketika Yusuf al Qaradhawy meraih gelar doktornya tahun 1973 M dengan disertasi Fikih Zakatnya, artinya Ustadz ini terlalu muda dan berani, bahkan sangat-sangat berani, untuk 'menghabisi' para tokoh-tokoh tersebut. Memang, hanya orang besar yang bisa menghormati orang besar. Adapun orang berlagak besar, biasanya melihat orang lain dengan kerendahan.

Dari Ubadah bin Shamit, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam besabda:

"Bukan dari umatku orang yang tidak menghormati orang besar kami dan tidak menyayangi orang kecil kami dan tidak mengetahui (hak) orang alim kami." (HR. Ahmad dengan sanad hasan, Thabarani dan Hakim, tatapi dalam riwayatnya tertulis: "bukan dari kami". Syaikh al Albany menshahihkannya dalam Shahih Targhib wa Tarhib, 1/116)

Ada sebuah syair: Wahai orang yang ingin menanduk gunung tinggi untuk menundukannya Sayangilah kepala(mu), dan bukan gunung itu

Imam Adz Dzahabi rahimahullah berkata: Ingin terbang, tidak memiliki bulu burung, Ingin memanduk kambing hutan, tidak memiliki tanduk.

Kali ini, kami akan paparkan kesaksian para ulama sunnah masa kini tentang tokoh-tokoh Ikhwan tertuduh tersebut. Anda akan menemukan perbedaan mencolok ulama sunnah tersebut dengan kalangan yang justru mengaku mengikuti mereka. Kesaksian ini kami ambil dari buku Al Ikhwan Al Muslimun Anugerah Allah yang Terzalimi edisi lengkap dan juga buku yang sangat bagus, karya Al Ustadz Abduh Zulfidar Akaha, Lc -hafizhahullah- yang berjudul Siapa Teroris? Siapa Khawarij? Penerbit Pustaka Al Kautsar, cetakan pertama, Juni 2006. Sebuah buku yang berhasil membuka banyak sekali kesalahan, kedustaan terhadap ulama, dan penyimpangan pemikiran (yang justru mudah mengkafirkan orang lain), dari Ustadz Luqman bin Muhammad Ba'abduh -hafizhahullah- yang tertera dalam buku Mereka Adalah Teroris! Maaf, istilah `kedustaan' bukanlah dari kami tetapi dari Ustadz Abduh Zulfidar sendiri terhadap Ustadz Luqman, sebagaimana tertera dalam Catatan Ketujuh (hal. 137 - 159). Kami sangat menganjurkan (tanpa berniat promosi) bagi pembaca setia Tatsqif untuk segera membaca dan menelaah baik buku tersebut. Selain dari dua buku tersebut kami juga memaparkannya dari sumber¬sumber lain.

Kesaksian Ulama Terhadap Imam Hasan al Banna -rahimahullah

1.Syaikh al Fadhil al 'Allamah Abdullah bin Abdurrahman al Jibrin -hafizhahullah

Ia adalah anggota Hai'ah Kibaril Ulama Arab Saudi yang tak diragukan kesalafiannya. Ada orang yang bertanya kepada Syaikh, "Saya memohon kepada Anda, wahai Syaikh, maaf, sesungguhnya ada sebagian pemuda yang membid'a bid'ahkan Sayyid Quthb dan mereka melarang membaca buku-buku karya beliau. Dan, mereka juga mengatakan hal yg sama tentang Hasan al Banna. Mereka pun mengatakan sebagian ulama sebagai khawarij. Hujjah mereka adalah penjelas kesalahan-kesalahan ulama tersebut kepada manusia. Padahal mereka sekarang masih menuntut ilmu. Saya memohon jawab dari Anda demi menghilangkan keraguan ini pada kami, sehingga hal ini tidak menimpa banyak orang." Syaikh berkata -setelah menyebut beberapa dalil-, "Saya kataka sesungguhnya Sayyid Quthb dan Hasar Banna adalah termasuk ulama kaum muslimin dan tokoh da'wah Islam. Melalui da'wah mereka berdua, Allah telah memberi hidayah dan manfaat kepada ribuan manusia. Partisipasi da'wah mereka berdua tidak mungkin diingkari. Itu sebabnya Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengajukan permohonan dengan nada lemah lembut kepada Presiden Mesir saat itu, Jamal Abdul Naser -semoga Allah membalas kejahatannya dengan balasan yang setimpal- agar menarik keputusan hukun gantung bagi Sayyid Quthb meski akhirnya permohonan itu ditolak.

Setelah mereka berdua (Hasar Banna dan Sayyid Quthb) dibunuh keduanya selalu disandangkan dengan gelar Asy Syahid karena mereka dibunuh dalam keadaan terzalimi dan terania. Penyandangan gelar tersebut diakui seluruh lapisan masyarakat dan tersebar luas lewat media massa dan buku-buku tanpa protes dan penolakan. Buku mereka berdua diterima para ulama dan Allah Subhana. wa Ta'ala memberikan manfaat melalui da'wah mereka kepada hamba-hambaNya serta tidak ada seorang pun yang melemparkan tuduhan kepada mereka berdua selama lebih dari 20 tahun. Jika mereka berdua melakukan kesalahan, Imam Nawawi, Imam Suyuthi, Imam Ibnul Jauzy, Imam Ibnu 'Athiyah, Imam al Khathaby, Imam al Qasthalany, dan Imam lainnya pernah melakukan kesalahan." Sampai di sini dari Syaikh bin al Jibrin. (Al Ikhwan Al Muslimun Anugerah Allah Yang Terzalimi, hal. 218-219, edisi lengkap. Lihat pula, Siapa Teroris? Siapa Khawarij? Hal. 317- 319)

2. Kesaksian Syaikh Manna' Khalil al Qaththan -rahimahullah (w. 1999 M/ 1420H).

Ulama terkenal, pakar Tafsir dan Hadits. Mantan Ketua Mahkamah Tinggi di Riyadh dan dosen paska sarjana di Universitas Muhammad bin Su'ud, Saudi Arabia. Ia berkata, "Gerakan Ikhwanul Muslimin yang didirikan oleh Asy Syahid Hasan al Banna dipandang sebagai gerakan keislaman terbesar masa kini tanpa diragukan. Tidak seorang pun dari lawan- lawannya dapat mengingkari jasa gerakan ini dalam membangkitkan kesadaran di seluruh dunia Islam. Maka dengan gerakan ini ditumpahkan segala potensi pemuda Islam untuk berkhidmat kepada Islam, menjunjung syariatnya, meninggikan kalimahnya, membangun kejayaannya, dan mengembalikan kekuasaannya. Apa pun yang dikatakan mengenai peristiwa¬peristiwa yang terjadi atas jamaah ini namun pengaruh intelektualitasnya tidak dapat diingkari oleh siapa pun juga." (Istilah Asy Syahid asli dari Syaikh Manna' sendiri. Lihat Studi Ilmu-Ilmu Al Qur'an, hal. 506. Litera AntarNusa. Lihat juga Siapa Teroris? Siapa Khwarij?, hal. 316-317)

3. Kesaksian Mufti Besar Palestina Syaikh Hajj Muhammad Amin al Husaini -rahimahullah.

Ia berkata, "Sesungguhnya, sifat yang sangat menonjol pada diri AI Banna adalah Ikhlas yang mendalam, otak yang cemerlang, dan kemauan yang keras. Semua itu diperindah dengan kemauan yang kuat." (Badr Abdurrazzaq al Mash, Manhaj Da'wah Hasan al Banna, hal. 89). Ia juga berkata, "Asy Syahid Hasan al Banna dan para pengikutnya telah memberi sumbangan besar bagi Palestina. Mereka mempertahankannya dengan berjuang keras dan cita-cita mulia. Semuanya merupakan karya nyata dan kebanggaan yang ditulis dalam sejarah jihad dengan huruf yang terbuat dari cahaya." (Istilah Asy Syahid adalah asli dari Syaikh Amin al Husaini. Ibid, hal. 141-142)

4. Kesaksian mantan Mufti Mesir, Syaikh Hasanain Makhluf rahimahullah.

Ia berkata, "Syaikh Hasan al Banna semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala menempatkannya bersama para shalihin- adalah salah seorang tokoh Islam abad ini. Bahkan ia merupakan pelopor jihad di jalan Allah dengan jihad yang sesungguhnya. Beliau berdakwah dengan menempuh manhaj yang benar, meniti jalan yang terang yang diterjemahkannya dari Al Qur'an, Sunnah Nabi, dan ruh tasyri' Islam. Beliau melaksanakan semua itu dengan penuh hikmah, hati-hati, dan sabar, dan 'azzam yang kuat sehingga da'wah islam menyebar ke seluruh penjuru Mesir dan negeri-negeri Islam serta banyak orang bergabung di bawah bendera da'wahnya." (Ibid, hal. 91)

5. Kesaksian Da'i terkenal, alim rabbani, al 'Allamah Abul Hasan Ali al Hasani an Nadwi -rahimahullah.

Ia berkata dalam pengantar buku Mudzakkirat Da'wah wa Da'iyah-nya Hasan al Banna , "Pengarang buku ini termasuk di antara pribadi-pribadi yang kami katakan memang sengaja dipersiapkan qudrah ilahiyah (kekuasaan Allah), dibentuk tarbiyah rabbaniyah, kemudian dimunculkan pada waktu dan tempat yang ditentukan.

Setiap orang yang membaca buku ini dengan dada bersih, sikap obyektif, jauh dari sikap fanatik, dan keras kepala pasti yakin bahwa pengarangnya adalah seorang yang memang dipersiapkan untuk dihibahkan (bagi umat manusia) yang bukan hanya tiba dan muncul begitu saja. Ia bukan sekadar produk sebuah lingkungan atau sekolah; bukan sekadar produk sebuah upaya keras, dan bukan produk dari sebuah percobaan. Ia merupakan salah satu produk dari taufik dan hikmah ilahiyah yang menaruh perhatian besar terhadap agama dan umat ini." (Hasan al Banna, Memoar Hasan al Banna untuk Da'wah dan Para Da'inya, kata pengantar)

Sebenarnya masih banyak pujian ulama dunia untuknya. Hal itu, merupakan kebiasaan para ulama sejak dahulu; seorang ulama memberikan pujian (sekaligus kritik) terhadap ulama lainnya. Selain nama-nama di atas masih banyak tokoh yang memberikan kesaksian positif seperti Sayyid Quthb, Muhammad al Ghazaly, Muhammad al Hamid, Abu Zahrah, Musthafa al Maraghi. Mahmud Syaltut, Muhibuddin al Khathib, Yusuf al Qaradhawy, Said Ramadhan al Buthy, Said Hawwa, Abdus Salam Yasin, Bahi al Khuli, KH. Agus Salim, Muhammad Natsir, dan lain-lain. Hanya satu yang kami minta dari Ustadz Luqman bin Muhammad Ba'abduh hafizhahullah; tolong sodorkan satu nama saja dari jajaran ulama yang diakui dunia-(ingat! bukan diakui oleh kelompoknya saja)- pada masa Hasan al Banna masih hidup, baik yang berinteraksi dengannya atau tidak, yang memberikan tuduhan dan caracter asasination (pembunuhan karakter) terhadap dirinya; dengan menyebutnya sesat, khawarij, dan sejumlah istilah mengerikan yang biasa Anda gunakan itu. "Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: 'Tunjukanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar." (QS. Al Baqarah: 111)
Sayyid Quthb

Sayyid Quthb -rahimahullah- dianggap tokoh kedua Ikhwan ' setelah Imam Al Banna, bahkan disebut sebagai ideolognya. Padahal beliau tidak pernah bertemu dengan Imam Al Banna secara langsung, hanya berinteraksi melalui risalah- risalahnya. Bahkan ia bergabung dengan Ikhwan termasuk 'belakangan' yaitu tahun 50-an, berarti beberapa tahun setelah wafatnya Imam Al Banna. Namun demikian, pengaruhnya begitu besar bagi Ikhwan, bahkan bagi kebanyakan aktivis pergerakan Islam dunia.

Di sini akan dipaparkan kesaksian positif para ulama dunia kepadanya, di tengah fitnah terorisme yang diarahkan ke Islam oleh barat, namun justru diaminkan oleh segelintir da'i Islam yang juga ikut menuduh aktifis Islam dan ulamanya ,sebagai teroris, termasuk Sayyid Quthb -rahmatullah 'alaih. Bahkan begitu tega mereka katakan bahwa Sayyid Quthb merupakan investor dan kontributor terbesar secara fikrah, atas berbagai aksi kekerasan atas nama Islam pada hari ini.

Berikut ini paparan para Ulama yang memberikan kesaksian positif tersebut, dan pembaca akan dapatkan betapa jauh berbeda antara para ulama ini dengan pandangan sinis dan skeptis dari kalangan bukan ulama. Sehingga layak kita bertanya, ulama mana yang diikutinya?

1.Syaikh Abdullah bin Abdurrahman al Jibrin -rahimahullah.

Anggota Hai'ah Kibar al Ulama di Saudi Arabia. Silahkan lihat kesaksian dan pembelaan beliau terhadap Sayyid Quthb dan Hasan al Banna dalam rubrik Tsaqafah edisi 17, atau lihat kitab Al Ikhwan Al Muslimun Kubra Al Harakat Al Islamiyah Syubhat wa,Rudud karya Al Ustadz Dr. Taufiq al Wa'iy,hal. 515-516. Cet.1, 2001M/1421H. Maktabah Al Manar Al Islamiyah, Kuwait.

2.Syaikh Bakr Abu Zaid -hafizhahullah.

Juga anggota Hai'ah Kibar al Ulama. Ia telah membela Sayyid Quthb -rahimahullah- dari serangan Syaikh Rabi' bin Hadi al Madkhaly. Ia mengirim surat kepada Syaikh Rabi' sebagai nasehat untuknya. Silakan lihat surat tersebut - sangat panjang- yang sebagiannya telah kami terjemahkan dari kitab berjudul Sayyid Quthb karya Shalah Abdul Fattah al Khalidi, hal. 593-600, penerbit Darul Qalam, Damaskus, yang kami lampirkan dalam buku Al Ikhwan Al Muslimun Anugerah Allah yang Terzalimi, hal. 411-418 (edisi lengkap). Lihat juga Al Ikhwan Al Muslimun Kubra Al Harakat Al Islamiyah Syubaht wa Rudud, hal. 508- 514.

3.Syaikh Abdullah bin Al Hasan al Qu'ud -rahimahullah.

Seorang ulama Saudi Arabia yang juga menjadi rujukan kaum Salafiyyin. Syaikh Ibnu Qu'ud telah menasehati Syaikh Rabi' bin Hadi al Madkhali.

Ia berkata, "Telah membawa berita kepadaku lebih dari seorang, tentang perkataanmu di suatu pertemuan baik-baik -semoga demikian adanya- bahwa engkau mengatakan buku Ma'alim fi Ath Thariq adalah buku terlaknat. Subhanallah!! Sebuah buku yang dibayar mahal oleh penulisnya (yakni Sayyiq Quthb) dengan mati di jalan Allah karena menentang penguasa komunis Jamal Abdul Nashir, sebagaimana diketahui oleh orang-orang pada masa itu. Padahal buku tersebut telah diedarkan oleh banyak pihak di Kerajaan Saudi ini selama bertahun¬tahun, di mana mereka adalah orang-orang berilmu dan berdakwah kepada Allah. Bahkan, banyak di antara mereka adalah para syaikh dari syaikh-syaikhmu. Dan, tidak ada seorang pun di antara mereka mengatakan seperti yang engkau katakan.

Akan tetapi, engkau ini -wallahu a'lam- tidak mau memahami lebih mendalam apa yang engkau bicarakan sebelum marah, terutama untuk tema-tema semacam: Jail Qur'ani Farid (Satu-satunya Generasi Da'wah), Jihad, Laa Ilaaha Illallah manhaj kehidupan, Jinsiyyatu Al Muslim Aqidatuhu (Warga negara/Identitas seorang Muslim adalah Aqidahnya), Isti'la Al Iman (Kesombongan/ Ketinggian Iman), Hadza Huwa Ath Tharid (Inilah Dia Jalan -yang benar), .... Dan lain-lain dimana maknanya secara keseluruhan adalah keberagamaanmu kepada Allah? Bagaimana engkau nanti jika berdiri di hadapan Allah ketika orang ini (Sayyid Quthb) mendebatmu? Padahal, orang ini telah bertahun-tahun lamanya secara berturut¬turut disifati oleh media massa Saudi sebagai syahidul Islam?" (Abduh Zlfidar Akaha, Siapa Teroris? Siapa Khawarij?, hal. 325-326)

4.Syaikh al 'Allamah Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh -hafizhahullah.

Mufti Kerajaan Saudi Arabia saat ini, pemgganti Syaikh bin Baz. Syaikh ini mengkritik balik orang-orang yang mengkritik Sayyid Quthb.

Beliau berkata, "Kitab tafsir Fi Zhilalil Qur'an adalah kitab yang bermanfaat. Penulisnya menuliskannya agar Al Qur'an ini dijadikan sebagai undang-undang kehidupan. Kitab ini bukanlah tafsir dalam arti kata harfiyah, tetapi penulisnya banyak menampilkan ayat-ayat Al Qur'an yang dibutuhkan oleh seorang muslim dalam hidupnya ... Di sana ada orang yang mengkritik sebagian istikah yang terdapat dalam kitab ini. Namun, sesungguhnya hal-hal yang dianggap kesalahan ini adalah dikarenakan indahnya perkataan Sayyid Quthb dan tingginya gaya bahasa yang beliau pergunakan di atas gaya bahasa pembaca. Inilah sebetulnya yang tidak dipahami oleh sebagian orang yang mengkritiknya. Kalau saja mereka mau menyelaminya lebih dalam dan mengulangi bacaannya, sungguh akan jelas bagi mereka kesalahan mereka, dan kebenaran Sayyid Quthb." (Ibid, hal. 326)

Ucapan Syaikh ini mengingatkan kami kepada Andi Abu Thalib al Atsary (nama aslinya Andi Bangkit), penulis Menyingkap Syubhat dan Kerancuan Ikhwahul Muslimin, Penerbit Darul Qalam, pada hal. 73 catatan kaki no. 56 yang begitu tega menyebut Sayyid Quthb tidak mengetahui seluk beluk bahasa Arab.

Kami tidak tahu, kira-kira apa yang akan dikatakan Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh kepada Andi Abu Thalib, kalau dia tahu ada omongan pemuda Indonesia -tentu tidak menjadikan bahasa Arab sebagai pengantar komunikasinya- yang tega menyebut Sayyid Quthb tidak mengerti bahasa Arab. Padahal kritikan Syaikh di atas diarahkan untuk para pengkritik Sayyid Quthb dari kalangan orang Arab (tentu berbahasa Arab) bahkan syaikh-syaikhnya. Sungguh, amat berbeda antara ucapan orang berilmu seperti syaikh yang mulia ini, dibanding ucapan penuntut ilmu itu. Bahkan Syaikh Bakr Abu Zaid ketika membela Sayyid Quthb dari celaan. Syaikh Bakr Abu Zaid mengatakan bahwa perbedaan bahasa yang digunakan Sayyid Quthb dan Syaikh Rabi' seperti perbedaan bahasa antara mahasiswa dan anak I'dadi (persiapan bahasa), sehingga si anak I'dadi tidak begitu paham dengan bahasa si mahasiswa.(Ibid, hal. 322)

Itu perbandingan dari Syaikh Bakr Abu Zaid tentang kemampuan berbahasa Arab antara Sayyid Quthb dan Syaikh Rabi' (yang seorang guru besar, Profesor di Universitas Islam Madinah), lalu bagaimana perbandingan antara Sayyid Quthb dengan Andi Abu Thalib yang orang Indonesia, mantan santri di pesantren Jawa Timur dan kuliah di Sastra Jepang UI angkatan 1999M. Jangan sampai pembaca Tatsqif mengumpamakannya seperti perbedaan Mahasiswa dengan balita!

Maka, wahai pembaca, bukankah selayaknya ini disebut kesombongan penulis Menyingkap Syubhat dan Kerancuan Ikhwanul Muslimin, agar ia bisa berbangga- bangga dengan ilmunya di depan ulama.

Dari Jabir radhiallahu 'anhu, bahwa Rasulullah 'Alaihi Shalatu was Salam bersabda: "Janganlah kamu mempelajari ilmu untuk membanggakannya kepada para ulama dan melecehkan orang-orang bodoh, dan janganlah kalian memilih-milih majlis dengan ilmu itu, barangsiapa melakukan hal tersebut maka api neraka, api neraka (baginya)." (HR. Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam Shahihnya, dan al Baihaqi. Semuanya dari jalur Yahya bin Ayyub al Ghafiqi dari Ibnu Juraij, dari Abuz Zubair, dari jabir. Yahya initerpercaya. Asy Syaikhan dan lainnya berhujjah dengannya, dan tidak dianggap orang yang ganjil (syadz) dalam riwayat ini. Ibnu Majah meriwayatkan pula dari Hudzaifah. Syaikh al Albany menshahihkan hadits ini dalam Shahih Targhib wa Tarhib 1/119)

5.Syaikh Manna' Khalil al Qaththan -rahimahullah.

Pakar Tafsir dan Hadits, dosen pasca sarjana di Universitas Imam Muhammad bin Su'ud Al Islamiyah, Riyadh. Mantan Ketua Mahkamah Tinggi di Riyadh. Dia juga seorang anggota Ikhwan, seangkatan dengan Yusuf al Qaradhawy. Posisinya di Saudi yang demikian tinggi menunjukkan penerimaan ulama Saudi terhadap tokoh-tokoh Ikhwan, begitu pula Yusuf al Qaradhawy pernah menjadi anggota Majelis Tinggi Universitas Islam Madinah yang direktori Syaikh bin Baz.

Kami ringkas ucapan Syaikh Manna', dia berkata, "Di antara tokoh jamaah ini yang paling menoniol adalahseorang alim yang sulit dicari bandingannya dan pemikir cemerlang, Asy Syahid Sayyid Quthb, yang telah memfilsafatkan pemikiran Islam dan menyingkapkan ajaran¬ajarannya yang benar dengan jelas dan gamblang. Tokoh yang menemui Tuhannya, sebagai syahid dalam membela akidah ini telah meninggalkan warisan pemikiran sangat bermutu, terutama kitabnya dalam bidang tafsir yang diberi nama Fi Zhilalil Qur'an.

Kitab tersebut merupakan sebuah tafsir sempurna tentang kehidupan di bawah sinar Qur'an dan petunjuk Islam. Pengarangnya hidup di bawah naungan Qur'an yang bijaksana sebagaimana dapat dipahami dari penamaan kitabnya. Ia meresapi keindahan Qur'an dan mampu mengungkapkan perasaannya dengan jujur ....dst.

Kitab ini terdiri atas delapan jilid besar dan telah mengalami cetak ulang beberapa kali hanya dalam beberapa tahun saja, karena mendapat sambutan hangat dari kaum terpelajar (ilmuwan)." (Ibid, hal. 326-327. Manna Khalil al Qaththan, Studi Ilmu-Ilmu Al Qur'an, hal. 506-507)

6. Syaikh Umar Sulaiman al Asyqar. Seorang ulama Quwait, dosen Fakultas Syariah di Universitas Quwait

Dia berkata, "Sayyid Quthb -rahimahullah mendalami Islam secara orisinil sehingga beliau mencapai masalah secara mendasar seperti manhaj salaf, pemisahan total antara manhaj Al Qur'an dan filsafat, memurnikan sumber ajaran Islam dari lainnva. membatasi standar hukum hanya dengan Al Qur'an dan As Sunnah dan bukan pada pribadi atau tokoh tertentu. Sayyid Quthb menerapkan cara istimbath langsung dari nash seperti yang dilakukan salaf. Akan tetapi, sayangnya beliau tidak memiliki kesempatan mempelajari manhaj Islam. oleh karena itu, terkadana ada beberapa titik rancu dalam tulisannya meskipun beliau sudah berupaya mengkaji secara serius untuk berlepas dari kerancuan. Pastinya, Sayyid Quthb tidak melakukan hal tersebut karena hawa nafsunya." (Jasim al Muhalhil, Ikhwanul Muslimin, Deskripsi, Jawaban, Tuduhan, dan Harapan, hal. 124)

Siapa saja bisa berbuat salah sebab yang ma'shum hanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.

Namun demikian seharusnya, kita berbaik sangka terhadap kerancuan yang ada tulisan atau pemikiran ulama, siapapun dia. Kesalahan yang dilakukan oleh Hasan al Banna, Sayyid Quthb, Yusuf al Qaradhawy, Muhammad al Ghazaly, kita yakini bukanlah kesalahan yang mereka niatkan dengan sengaja bertujuan merusak agama sebagaimana yang sering dituduhkan sebagian orang kepada mereka. Mungkin kesalahan itu sekedar lupa, atau kesalahan yang masih bisa dimaafkan atau masih bisa didiskusikan. Pastinya, bukan karena kejahatan dan penistaan terhadap ajaran agama.

Sekiranya tulisan ini dibaca oleh kalangan yang hobi menyerang tokoh-tokoh Ikhwan, kami berharap semoga Allah Jalla wa 'Ala membuka hati-hati mereka untuk melihat kebenaran dan objektifitas

(Farid Nu’man, SS. Dari majalah Tsaqif Edisi 17 dan 18 aug-sep 06)

Mereka sering mengatakan 'Para ulama telah
memperingatkan manusia agar hati-hati atas kesesatan tokoh tokoh Ikhwan.' Pertanyaannya, ulama mana yang dimaksud? Kita dapatkan justru Syaikh bin Bazz (mantan Mufti Kerajaan Saudi Arabia dan ketua Hai'ah Kibaril Ulama), Syaikh al Albany, Syaikh Abdullah bin al Jibrin, Syaikh Shalih al Luhaidan, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Alu Asy Syaikh (saat ini menjadi ketua Hai'ah Kibaril Ulama menggantikan Syaikh bin Bazz), Syaikh Abdullah bin Hasan al Qu'ud, mereka memberikan kesaksian positif terhadap tokoh-tokoh Ikhwan, sebagaimana yang akan kami beberkan. Mereka -kecuali Syaikh al Albany- adalah Para ulama besar yang berada dalam jajaran Hai'ah Kibaril Ulama (Organisasi Ulama Besar) Kerajaan Saudi Arabia, yang telah menjadi rujukan mapan kaum salafiyyin.

Biasanya jika di luar kelompok mereka (salafy) mengutip pendapat ulama- ulama salafy masa kini, mereka akan mengatakan, "Ahli bid'ah biasanya mengutip perkataan ulama Ahlus Sunnah yang cocok dengan hawa nafsunya saja." Ini adalah ucapan sinis dan fanatis buta. Siapakah yang melarang-larang manusia mengutip perkataan ulama yang objektif dan jujur? Sayangnya mereka juga melakukan hal yang sama; yakni hanya mengambil ucapan ulama yang sejalan dengan pemikiran mereka saja. Jangan harap anda menemukan mereka mengutip ucapan ulama lain, seperti Al Maududi, Al Banna, Al Qaradhawy, keluarga Quthb, Salman al Audah, Aidh al Qarny, kecuali untuk dicari dan dikoleksi kesalahannya. Allahul musta'an!

Perlu ditegaskan, kata 'mereka' yang kami maksud bukanlah para ulama salafy rabbany yang amat kita cintai dan muliakan, 'mereka' di sini adalah orang yang mengklaim dirinya paling Ahli Sunnah, paling salaf, paling benar, paling cerdas dalam istid/al (pengambilan dalil), dan paling .. paling .... Menurut pengakuannya, mereka adalah penuntut ilmu, bukan ulama. Mereka' pun tidak mewakili semua, sebab masih banyak di antara mereka yang moderat, rendah hati, dan mau berdialog. Seharusnya penuntut ilmu harus menjadi Thalibul Ilmi al Mu'addib (penuntut ilmu yang beradab).

Kembali kepada permaslahan, siapakah ulama yang mereka maksud?

Apakah mereka para mufti ternama yang diakui dunia? Apakah Syaikh Rabi' bin Hadi al Madkhaly hafizhahullah yang dimaksud? Darinya telah banyak karya untuk meyerang Ikhwan, khususnya Sayyid Quthb. Tentang Syaikh ini, berkatalah Syaikh Abu Bashir at Thurthusy, "Adapun Rabi' bin Nadi al Madkhaly, saya tidak melihatnya dalam barisan para ulama dikarenakan lisannya yang sering kasar terhadap saudaranya ..." ( Abduh Zulfidar Akaha, Siapa Teoris? Siapa Khawarij? , hal. 323. Catatan kaki no. 625, bantahan terhadap buku Mereka Adalah Teroris! ) Syaikh al Qaradhawy sendiri menyebut Syaikh Rabi' sebagai Salafy Jamiyun (beringas)..

Ataukah Syaikh Abdul Malik Ramadhan al Jazairi, yang dalam bukunya Madarikun Nazhar banyak menyerang Ikhwan, FIS, Muhammad Quthb, Salman al Audah, Safar al Hawaly, Aidh al Qrny, Abdurrahman Abdul Khaliq, dan lain-lain? Syaikh Abu Bashir at Thurthusy dalam salah satu fatwanya menyebutkan bahwa Syaikh Abdul Malik Ramadhan al Jazairy adalah orang yang tidak pernah terdengar namanya dalam jajaran ulama. (Ibid. hal. 62. catatan kaki. no. 99)

Komentar para ulama yang sezaman dengan tokoh-tokoh Ikhwan tersebut tentu lebih layak diikuti dan dipercaya, dibanding komentar orang yang datang setelah zamannya dan tidak pernah berinteraksi dengan mereka. Komentar penulis buku Mereka Adalah Teroris! Yaitu Ustadz Luqman bin Muhammad Ba'abduh hafizhahullah tentang sesatnya tokoh-tokoh Ikhwan dengan menyebut mereka takfiri, khawarij, teroris, anjing¬anjing neraka, ruwaibidhah (orang-orang dungu), mu'tazilah, bocah-bocah ingusan, pemikir linglung, dan lain-lain, adalah tidak bisa dibuktikan secara ilmiah. Ciri khas buku tersebut adalah mencaci maki dahulu membahas kemudian. Buku tersebut disusun untuk membantah buku Imam Samudera, Aku Melawan Teroris. Namun sayangnya, Imam Samudera hanyalah batu loncatan, sebagian besar muatan buku tersebut berisi serangan terhadap semua gerakan Islam yang tidak sejalan dengan Ustadz Luqman bin Muhammad Ba'abduh dan kelompoknya, lebih khusus serangan untuk Ikhwan dan tokoh-tokohnya. Padahal mereka amat moderat, dan jelas-jelas tidak sejalan dengan Imam Samudera yang radikal. Ajaib memang, di satu sisi Ikhwan dituduh terlalu moderat, di sisi lain dituduh sebagai biang terorisme dunia. Apakag ada orang moderat yang radikal?

Sebenarnya tuduhan-tuduhan ini bukan barang baru, dan sudah kami bantah dalam buku Al Ikhwan Al Muslimun Anugerah Allah Yang Terzalimi edisi lengkap, (2004, Pustaka Nauka- Depok) jauh sebelum terbitnya buku Mereka Adalah Teroris! Ustadz Luqman bin Muhammab Ba'abduh adalah seorang keturunan Arab (Yaman) yang lahir di Bondowoso, Jawa Timur, pada 13 Mei 1971 M (Ibid, hal. 31) Beliau tujuh tahun lebih tua dibanding kami. Dari sini bisa diketahui, ia dilahirkan jauh setelah syahidnya Sayyid Quthb (w.1966 M), dan syahidnya Hasan al Banna (w.1949 M), dan usianya baru 18 tahun ketika syahidnya Abdullah 'Azzam (w.1989 M), dan masih 16 tahun ketika Syaikh Ahmad Yasin mendirikan HAMAS (berdiri 1987 M), baru dua tahun ketika Yusuf al Qaradhawy meraih gelar doktornya tahun 1973 M dengan disertasi Fikih Zakatnya, artinya Ustadz ini terlalu muda dan berani, bahkan sangat-sangat berani, untuk 'menghabisi' para tokoh-tokoh tersebut. Memang, hanya orang besar yang bisa menghormati orang besar. Adapun orang berlagak besar, biasanya melihat orang lain dengan kerendahan.

Dari Ubadah bin Shamit, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam besabda:

"Bukan dari umatku orang yang tidak menghormati orang besar kami dan tidak menyayangi orang kecil kami dan tidak mengetahui (hak) orang alim kami." (HR. Ahmad dengan sanad hasan, Thabarani dan Hakim, tatapi dalam riwayatnya tertulis: "bukan dari kami". Syaikh al Albany menshahihkannya dalam Shahih Targhib wa Tarhib, 1/116)

Ada sebuah syair: Wahai orang yang ingin menanduk gunung tinggi untuk menundukannya Sayangilah kepala(mu), dan bukan gunung itu

Imam Adz Dzahabi rahimahullah berkata: Ingin terbang, tidak memiliki bulu burung, Ingin memanduk kambing hutan, tidak memiliki tanduk.

Kali ini, kami akan paparkan kesaksian para ulama sunnah masa kini tentang tokoh-tokoh Ikhwan tertuduh tersebut. Anda akan menemukan perbedaan mencolok ulama sunnah tersebut dengan kalangan yang justru mengaku mengikuti mereka. Kesaksian ini kami ambil dari buku Al Ikhwan Al Muslimun Anugerah Allah yang Terzalimi edisi lengkap dan juga buku yang sangat bagus, karya Al Ustadz Abduh Zulfidar Akaha, Lc -hafizhahullah- yang berjudul Siapa Teroris? Siapa Khawarij? Penerbit Pustaka Al Kautsar, cetakan pertama, Juni 2006. Sebuah buku yang berhasil membuka banyak sekali kesalahan, kedustaan terhadap ulama, dan penyimpangan pemikiran (yang justru mudah mengkafirkan orang lain), dari Ustadz Luqman bin Muhammad Ba'abduh -hafizhahullah- yang tertera dalam buku Mereka Adalah Teroris! Maaf, istilah `kedustaan' bukanlah dari kami tetapi dari Ustadz Abduh Zulfidar sendiri terhadap Ustadz Luqman, sebagaimana tertera dalam Catatan Ketujuh (hal. 137 - 159). Kami sangat menganjurkan (tanpa berniat promosi) bagi pembaca setia Tatsqif untuk segera membaca dan menelaah baik buku tersebut. Selain dari dua buku tersebut kami juga memaparkannya dari sumber¬sumber lain.

Kesaksian Ulama Terhadap Imam Hasan al Banna -rahimahullah

1.Syaikh al Fadhil al 'Allamah Abdullah bin Abdurrahman al Jibrin -hafizhahullah

Ia adalah anggota Hai'ah Kibaril Ulama Arab Saudi yang tak diragukan kesalafiannya. Ada orang yang bertanya kepada Syaikh, "Saya memohon kepada Anda, wahai Syaikh, maaf, sesungguhnya ada sebagian pemuda yang membid'a bid'ahkan Sayyid Quthb dan mereka melarang membaca buku-buku karya beliau. Dan, mereka juga mengatakan hal yg sama tentang Hasan al Banna. Mereka pun mengatakan sebagian ulama sebagai khawarij. Hujjah mereka adalah penjelas kesalahan-kesalahan ulama tersebut kepada manusia. Padahal mereka sekarang masih menuntut ilmu. Saya memohon jawab dari Anda demi menghilangkan keraguan ini pada kami, sehingga hal ini tidak menimpa banyak orang." Syaikh berkata -setelah menyebut beberapa dalil-, "Saya kataka sesungguhnya Sayyid Quthb dan Hasar Banna adalah termasuk ulama kaum muslimin dan tokoh da'wah Islam. Melalui da'wah mereka berdua, Allah telah memberi hidayah dan manfaat kepada ribuan manusia. Partisipasi da'wah mereka berdua tidak mungkin diingkari. Itu sebabnya Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengajukan permohonan dengan nada lemah lembut kepada Presiden Mesir saat itu, Jamal Abdul Naser -semoga Allah membalas kejahatannya dengan balasan yang setimpal- agar menarik keputusan hukun gantung bagi Sayyid Quthb meski akhirnya permohonan itu ditolak.

Setelah mereka berdua (Hasar Banna dan Sayyid Quthb) dibunuh keduanya selalu disandangkan dengan gelar Asy Syahid karena mereka dibunuh dalam keadaan terzalimi dan terania. Penyandangan gelar tersebut diakui seluruh lapisan masyarakat dan tersebar luas lewat media massa dan buku-buku tanpa protes dan penolakan. Buku mereka berdua diterima para ulama dan Allah Subhana. wa Ta'ala memberikan manfaat melalui da'wah mereka kepada hamba-hambaNya serta tidak ada seorang pun yang melemparkan tuduhan kepada mereka berdua selama lebih dari 20 tahun. Jika mereka berdua melakukan kesalahan, Imam Nawawi, Imam Suyuthi, Imam Ibnul Jauzy, Imam Ibnu 'Athiyah, Imam al Khathaby, Imam al Qasthalany, dan Imam lainnya pernah melakukan kesalahan." Sampai di sini dari Syaikh bin al Jibrin. (Al Ikhwan Al Muslimun Anugerah Allah Yang Terzalimi, hal. 218-219, edisi lengkap. Lihat pula, Siapa Teroris? Siapa Khawarij? Hal. 317- 319)

2. Kesaksian Syaikh Manna' Khalil al Qaththan -rahimahullah (w. 1999 M/ 1420H).

Ulama terkenal, pakar Tafsir dan Hadits. Mantan Ketua Mahkamah Tinggi di Riyadh dan dosen paska sarjana di Universitas Muhammad bin Su'ud, Saudi Arabia. Ia berkata, "Gerakan Ikhwanul Muslimin yang didirikan oleh Asy Syahid Hasan al Banna dipandang sebagai gerakan keislaman terbesar masa kini tanpa diragukan. Tidak seorang pun dari lawan- lawannya dapat mengingkari jasa gerakan ini dalam membangkitkan kesadaran di seluruh dunia Islam. Maka dengan gerakan ini ditumpahkan segala potensi pemuda Islam untuk berkhidmat kepada Islam, menjunjung syariatnya, meninggikan kalimahnya, membangun kejayaannya, dan mengembalikan kekuasaannya. Apa pun yang dikatakan mengenai peristiwa¬peristiwa yang terjadi atas jamaah ini namun pengaruh intelektualitasnya tidak dapat diingkari oleh siapa pun juga." (Istilah Asy Syahid asli dari Syaikh Manna' sendiri. Lihat Studi Ilmu-Ilmu Al Qur'an, hal. 506. Litera AntarNusa. Lihat juga Siapa Teroris? Siapa Khwarij?, hal. 316-317)

3. Kesaksian Mufti Besar Palestina Syaikh Hajj Muhammad Amin al Husaini -rahimahullah.

Ia berkata, "Sesungguhnya, sifat yang sangat menonjol pada diri AI Banna adalah Ikhlas yang mendalam, otak yang cemerlang, dan kemauan yang keras. Semua itu diperindah dengan kemauan yang kuat." (Badr Abdurrazzaq al Mash, Manhaj Da'wah Hasan al Banna, hal. 89). Ia juga berkata, "Asy Syahid Hasan al Banna dan para pengikutnya telah memberi sumbangan besar bagi Palestina. Mereka mempertahankannya dengan berjuang keras dan cita-cita mulia. Semuanya merupakan karya nyata dan kebanggaan yang ditulis dalam sejarah jihad dengan huruf yang terbuat dari cahaya." (Istilah Asy Syahid adalah asli dari Syaikh Amin al Husaini. Ibid, hal. 141-142)

4. Kesaksian mantan Mufti Mesir, Syaikh Hasanain Makhluf rahimahullah.

Ia berkata, "Syaikh Hasan al Banna semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala menempatkannya bersama para shalihin- adalah salah seorang tokoh Islam abad ini. Bahkan ia merupakan pelopor jihad di jalan Allah dengan jihad yang sesungguhnya. Beliau berdakwah dengan menempuh manhaj yang benar, meniti jalan yang terang yang diterjemahkannya dari Al Qur'an, Sunnah Nabi, dan ruh tasyri' Islam. Beliau melaksanakan semua itu dengan penuh hikmah, hati-hati, dan sabar, dan 'azzam yang kuat sehingga da'wah islam menyebar ke seluruh penjuru Mesir dan negeri-negeri Islam serta banyak orang bergabung di bawah bendera da'wahnya." (Ibid, hal. 91)

5. Kesaksian Da'i terkenal, alim rabbani, al 'Allamah Abul Hasan Ali al Hasani an Nadwi -rahimahullah.

Ia berkata dalam pengantar buku Mudzakkirat Da'wah wa Da'iyah-nya Hasan al Banna , "Pengarang buku ini termasuk di antara pribadi-pribadi yang kami katakan memang sengaja dipersiapkan qudrah ilahiyah (kekuasaan Allah), dibentuk tarbiyah rabbaniyah, kemudian dimunculkan pada waktu dan tempat yang ditentukan.

Setiap orang yang membaca buku ini dengan dada bersih, sikap obyektif, jauh dari sikap fanatik, dan keras kepala pasti yakin bahwa pengarangnya adalah seorang yang memang dipersiapkan untuk dihibahkan (bagi umat manusia) yang bukan hanya tiba dan muncul begitu saja. Ia bukan sekadar produk sebuah lingkungan atau sekolah; bukan sekadar produk sebuah upaya keras, dan bukan produk dari sebuah percobaan. Ia merupakan salah satu produk dari taufik dan hikmah ilahiyah yang menaruh perhatian besar terhadap agama dan umat ini." (Hasan al Banna, Memoar Hasan al Banna untuk Da'wah dan Para Da'inya, kata pengantar)

Sebenarnya masih banyak pujian ulama dunia untuknya. Hal itu, merupakan kebiasaan para ulama sejak dahulu; seorang ulama memberikan pujian (sekaligus kritik) terhadap ulama lainnya. Selain nama-nama di atas masih banyak tokoh yang memberikan kesaksian positif seperti Sayyid Quthb, Muhammad al Ghazaly, Muhammad al Hamid, Abu Zahrah, Musthafa al Maraghi. Mahmud Syaltut, Muhibuddin al Khathib, Yusuf al Qaradhawy, Said Ramadhan al Buthy, Said Hawwa, Abdus Salam Yasin, Bahi al Khuli, KH. Agus Salim, Muhammad Natsir, dan lain-lain. Hanya satu yang kami minta dari Ustadz Luqman bin Muhammad Ba'abduh hafizhahullah; tolong sodorkan satu nama saja dari jajaran ulama yang diakui dunia-(ingat! bukan diakui oleh kelompoknya saja)- pada masa Hasan al Banna masih hidup, baik yang berinteraksi dengannya atau tidak, yang memberikan tuduhan dan caracter asasination (pembunuhan karakter) terhadap dirinya; dengan menyebutnya sesat, khawarij, dan sejumlah istilah mengerikan yang biasa Anda gunakan itu. "Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: 'Tunjukanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar." (QS. Al Baqarah: 111)
Sayyid Quthb

Sayyid Quthb -rahimahullah- dianggap tokoh kedua Ikhwan ' setelah Imam Al Banna, bahkan disebut sebagai ideolognya. Padahal beliau tidak pernah bertemu dengan Imam Al Banna secara langsung, hanya berinteraksi melalui risalah- risalahnya. Bahkan ia bergabung dengan Ikhwan termasuk 'belakangan' yaitu tahun 50-an, berarti beberapa tahun setelah wafatnya Imam Al Banna. Namun demikian, pengaruhnya begitu besar bagi Ikhwan, bahkan bagi kebanyakan aktivis pergerakan Islam dunia.

Di sini akan dipaparkan kesaksian positif para ulama dunia kepadanya, di tengah fitnah terorisme yang diarahkan ke Islam oleh barat, namun justru diaminkan oleh segelintir da'i Islam yang juga ikut menuduh aktifis Islam dan ulamanya ,sebagai teroris, termasuk Sayyid Quthb -rahmatullah 'alaih. Bahkan begitu tega mereka katakan bahwa Sayyid Quthb merupakan investor dan kontributor terbesar secara fikrah, atas berbagai aksi kekerasan atas nama Islam pada hari ini.

Berikut ini paparan para Ulama yang memberikan kesaksian positif tersebut, dan pembaca akan dapatkan betapa jauh berbeda antara para ulama ini dengan pandangan sinis dan skeptis dari kalangan bukan ulama. Sehingga layak kita bertanya, ulama mana yang diikutinya?

1.Syaikh Abdullah bin Abdurrahman al Jibrin -rahimahullah.

Anggota Hai'ah Kibar al Ulama di Saudi Arabia. Silahkan lihat kesaksian dan pembelaan beliau terhadap Sayyid Quthb dan Hasan al Banna dalam rubrik Tsaqafah edisi 17, atau lihat kitab Al Ikhwan Al Muslimun Kubra Al Harakat Al Islamiyah Syubhat wa,Rudud karya Al Ustadz Dr. Taufiq al Wa'iy,hal. 515-516. Cet.1, 2001M/1421H. Maktabah Al Manar Al Islamiyah, Kuwait.

2.Syaikh Bakr Abu Zaid -hafizhahullah.

Juga anggota Hai'ah Kibar al Ulama. Ia telah membela Sayyid Quthb -rahimahullah- dari serangan Syaikh Rabi' bin Hadi al Madkhaly. Ia mengirim surat kepada Syaikh Rabi' sebagai nasehat untuknya. Silakan lihat surat tersebut - sangat panjang- yang sebagiannya telah kami terjemahkan dari kitab berjudul Sayyid Quthb karya Shalah Abdul Fattah al Khalidi, hal. 593-600, penerbit Darul Qalam, Damaskus, yang kami lampirkan dalam buku Al Ikhwan Al Muslimun Anugerah Allah yang Terzalimi, hal. 411-418 (edisi lengkap). Lihat juga Al Ikhwan Al Muslimun Kubra Al Harakat Al Islamiyah Syubaht wa Rudud, hal. 508- 514.

3.Syaikh Abdullah bin Al Hasan al Qu'ud -rahimahullah.

Seorang ulama Saudi Arabia yang juga menjadi rujukan kaum Salafiyyin. Syaikh Ibnu Qu'ud telah menasehati Syaikh Rabi' bin Hadi al Madkhali.

Ia berkata, "Telah membawa berita kepadaku lebih dari seorang, tentang perkataanmu di suatu pertemuan baik-baik -semoga demikian adanya- bahwa engkau mengatakan buku Ma'alim fi Ath Thariq adalah buku terlaknat. Subhanallah!! Sebuah buku yang dibayar mahal oleh penulisnya (yakni Sayyiq Quthb) dengan mati di jalan Allah karena menentang penguasa komunis Jamal Abdul Nashir, sebagaimana diketahui oleh orang-orang pada masa itu. Padahal buku tersebut telah diedarkan oleh banyak pihak di Kerajaan Saudi ini selama bertahun¬tahun, di mana mereka adalah orang-orang berilmu dan berdakwah kepada Allah. Bahkan, banyak di antara mereka adalah para syaikh dari syaikh-syaikhmu. Dan, tidak ada seorang pun di antara mereka mengatakan seperti yang engkau katakan.

Akan tetapi, engkau ini -wallahu a'lam- tidak mau memahami lebih mendalam apa yang engkau bicarakan sebelum marah, terutama untuk tema-tema semacam: Jail Qur'ani Farid (Satu-satunya Generasi Da'wah), Jihad, Laa Ilaaha Illallah manhaj kehidupan, Jinsiyyatu Al Muslim Aqidatuhu (Warga negara/Identitas seorang Muslim adalah Aqidahnya), Isti'la Al Iman (Kesombongan/ Ketinggian Iman), Hadza Huwa Ath Tharid (Inilah Dia Jalan -yang benar), .... Dan lain-lain dimana maknanya secara keseluruhan adalah keberagamaanmu kepada Allah? Bagaimana engkau nanti jika berdiri di hadapan Allah ketika orang ini (Sayyid Quthb) mendebatmu? Padahal, orang ini telah bertahun-tahun lamanya secara berturut¬turut disifati oleh media massa Saudi sebagai syahidul Islam?" (Abduh Zlfidar Akaha, Siapa Teroris? Siapa Khawarij?, hal. 325-326)

4.Syaikh al 'Allamah Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh -hafizhahullah.

Mufti Kerajaan Saudi Arabia saat ini, pemgganti Syaikh bin Baz. Syaikh ini mengkritik balik orang-orang yang mengkritik Sayyid Quthb.

Beliau berkata, "Kitab tafsir Fi Zhilalil Qur'an adalah kitab yang bermanfaat. Penulisnya menuliskannya agar Al Qur'an ini dijadikan sebagai undang-undang kehidupan. Kitab ini bukanlah tafsir dalam arti kata harfiyah, tetapi penulisnya banyak menampilkan ayat-ayat Al Qur'an yang dibutuhkan oleh seorang muslim dalam hidupnya ... Di sana ada orang yang mengkritik sebagian istikah yang terdapat dalam kitab ini. Namun, sesungguhnya hal-hal yang dianggap kesalahan ini adalah dikarenakan indahnya perkataan Sayyid Quthb dan tingginya gaya bahasa yang beliau pergunakan di atas gaya bahasa pembaca. Inilah sebetulnya yang tidak dipahami oleh sebagian orang yang mengkritiknya. Kalau saja mereka mau menyelaminya lebih dalam dan mengulangi bacaannya, sungguh akan jelas bagi mereka kesalahan mereka, dan kebenaran Sayyid Quthb." (Ibid, hal. 326)

Ucapan Syaikh ini mengingatkan kami kepada Andi Abu Thalib al Atsary (nama aslinya Andi Bangkit), penulis Menyingkap Syubhat dan Kerancuan Ikhwahul Muslimin, Penerbit Darul Qalam, pada hal. 73 catatan kaki no. 56 yang begitu tega menyebut Sayyid Quthb tidak mengetahui seluk beluk bahasa Arab.

Kami tidak tahu, kira-kira apa yang akan dikatakan Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh kepada Andi Abu Thalib, kalau dia tahu ada omongan pemuda Indonesia -tentu tidak menjadikan bahasa Arab sebagai pengantar komunikasinya- yang tega menyebut Sayyid Quthb tidak mengerti bahasa Arab. Padahal kritikan Syaikh di atas diarahkan untuk para pengkritik Sayyid Quthb dari kalangan orang Arab (tentu berbahasa Arab) bahkan syaikh-syaikhnya. Sungguh, amat berbeda antara ucapan orang berilmu seperti syaikh yang mulia ini, dibanding ucapan penuntut ilmu itu. Bahkan Syaikh Bakr Abu Zaid ketika membela Sayyid Quthb dari celaan. Syaikh Bakr Abu Zaid mengatakan bahwa perbedaan bahasa yang digunakan Sayyid Quthb dan Syaikh Rabi' seperti perbedaan bahasa antara mahasiswa dan anak I'dadi (persiapan bahasa), sehingga si anak I'dadi tidak begitu paham dengan bahasa si mahasiswa.(Ibid, hal. 322)

Itu perbandingan dari Syaikh Bakr Abu Zaid tentang kemampuan berbahasa Arab antara Sayyid Quthb dan Syaikh Rabi' (yang seorang guru besar, Profesor di Universitas Islam Madinah), lalu bagaimana perbandingan antara Sayyid Quthb dengan Andi Abu Thalib yang orang Indonesia, mantan santri di pesantren Jawa Timur dan kuliah di Sastra Jepang UI angkatan 1999M. Jangan sampai pembaca Tatsqif mengumpamakannya seperti perbedaan Mahasiswa dengan balita!

Maka, wahai pembaca, bukankah selayaknya ini disebut kesombongan penulis Menyingkap Syubhat dan Kerancuan Ikhwanul Muslimin, agar ia bisa berbangga- bangga dengan ilmunya di depan ulama.

Dari Jabir radhiallahu 'anhu, bahwa Rasulullah 'Alaihi Shalatu was Salam bersabda: "Janganlah kamu mempelajari ilmu untuk membanggakannya kepada para ulama dan melecehkan orang-orang bodoh, dan janganlah kalian memilih-milih majlis dengan ilmu itu, barangsiapa melakukan hal tersebut maka api neraka, api neraka (baginya)." (HR. Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam Shahihnya, dan al Baihaqi. Semuanya dari jalur Yahya bin Ayyub al Ghafiqi dari Ibnu Juraij, dari Abuz Zubair, dari jabir. Yahya initerpercaya. Asy Syaikhan dan lainnya berhujjah dengannya, dan tidak dianggap orang yang ganjil (syadz) dalam riwayat ini. Ibnu Majah meriwayatkan pula dari Hudzaifah. Syaikh al Albany menshahihkan hadits ini dalam Shahih Targhib wa Tarhib 1/119)

5.Syaikh Manna' Khalil al Qaththan -rahimahullah.

Pakar Tafsir dan Hadits, dosen pasca sarjana di Universitas Imam Muhammad bin Su'ud Al Islamiyah, Riyadh. Mantan Ketua Mahkamah Tinggi di Riyadh. Dia juga seorang anggota Ikhwan, seangkatan dengan Yusuf al Qaradhawy. Posisinya di Saudi yang demikian tinggi menunjukkan penerimaan ulama Saudi terhadap tokoh-tokoh Ikhwan, begitu pula Yusuf al Qaradhawy pernah menjadi anggota Majelis Tinggi Universitas Islam Madinah yang direktori Syaikh bin Baz.

Kami ringkas ucapan Syaikh Manna', dia berkata, "Di antara tokoh jamaah ini yang paling menoniol adalahseorang alim yang sulit dicari bandingannya dan pemikir cemerlang, Asy Syahid Sayyid Quthb, yang telah memfilsafatkan pemikiran Islam dan menyingkapkan ajaran¬ajarannya yang benar dengan jelas dan gamblang. Tokoh yang menemui Tuhannya, sebagai syahid dalam membela akidah ini telah meninggalkan warisan pemikiran sangat bermutu, terutama kitabnya dalam bidang tafsir yang diberi nama Fi Zhilalil Qur'an.

Kitab tersebut merupakan sebuah tafsir sempurna tentang kehidupan di bawah sinar Qur'an dan petunjuk Islam. Pengarangnya hidup di bawah naungan Qur'an yang bijaksana sebagaimana dapat dipahami dari penamaan kitabnya. Ia meresapi keindahan Qur'an dan mampu mengungkapkan perasaannya dengan jujur ....dst.

Kitab ini terdiri atas delapan jilid besar dan telah mengalami cetak ulang beberapa kali hanya dalam beberapa tahun saja, karena mendapat sambutan hangat dari kaum terpelajar (ilmuwan)." (Ibid, hal. 326-327. Manna Khalil al Qaththan, Studi Ilmu-Ilmu Al Qur'an, hal. 506-507)

6. Syaikh Umar Sulaiman al Asyqar. Seorang ulama Quwait, dosen Fakultas Syariah di Universitas Quwait

Dia berkata, "Sayyid Quthb -rahimahullah mendalami Islam secara orisinil sehingga beliau mencapai masalah secara mendasar seperti manhaj salaf, pemisahan total antara manhaj Al Qur'an dan filsafat, memurnikan sumber ajaran Islam dari lainnva. membatasi standar hukum hanya dengan Al Qur'an dan As Sunnah dan bukan pada pribadi atau tokoh tertentu. Sayyid Quthb menerapkan cara istimbath langsung dari nash seperti yang dilakukan salaf. Akan tetapi, sayangnya beliau tidak memiliki kesempatan mempelajari manhaj Islam. oleh karena itu, terkadana ada beberapa titik rancu dalam tulisannya meskipun beliau sudah berupaya mengkaji secara serius untuk berlepas dari kerancuan. Pastinya, Sayyid Quthb tidak melakukan hal tersebut karena hawa nafsunya." (Jasim al Muhalhil, Ikhwanul Muslimin, Deskripsi, Jawaban, Tuduhan, dan Harapan, hal. 124)

Siapa saja bisa berbuat salah sebab yang ma'shum hanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.

Namun demikian seharusnya, kita berbaik sangka terhadap kerancuan yang ada tulisan atau pemikiran ulama, siapapun dia. Kesalahan yang dilakukan oleh Hasan al Banna, Sayyid Quthb, Yusuf al Qaradhawy, Muhammad al Ghazaly, kita yakini bukanlah kesalahan yang mereka niatkan dengan sengaja bertujuan merusak agama sebagaimana yang sering dituduhkan sebagian orang kepada mereka. Mungkin kesalahan itu sekedar lupa, atau kesalahan yang masih bisa dimaafkan atau masih bisa didiskusikan. Pastinya, bukan karena kejahatan dan penistaan terhadap ajaran agama.

Sekiranya tulisan ini dibaca oleh kalangan yang hobi menyerang tokoh-tokoh Ikhwan, kami berharap semoga Allah Jalla wa 'Ala membuka hati-hati mereka untuk melihat kebenaran dan objektifitas

.....comma



Assalamu’alaykum wr.wb

Kaifa khaluki... bagaimana kabar mesir hari ini ! apakah konflik dekrit masih terasa disana ! aku harap semua baik-baik saja . Emm, sekarang sudah memasuki tanggal 1 desember, adakah harapanmu yang belum terpenuhi pada tahun ini ! bila ada, maukah kau berbagi cerita padaku. Oh ya, aku dengar 1 bulan lagi akan diadakan uts, same with me. Aku harap kita semua bisa mengerjakan dengan baik soal-soal tersebut J. Apakah kau sudah bisa beradaptasi dengan kebudayaan disana ? wah pasti sudah ya. Banyak hal yang ingin ku pertanyakan dan kudengar dari pengalamanmu di negeri sana. Kebangkitan ikhwanul muslimin sangat terasa. Maukah kau membawaku pergi kesana melihat situs-situs masa kejayaan ismailiyah dan iskandariyah... aku juga sangat ingin melihatnya. Aku juga ingin melihat masjid biru sultan Ahmed, jika aku tak bisa minimal kau ambilkan foto masjid sultan Ahmed itu untukku.
Aku masih bertanya akankah kau kembali ke tempat ini lagi atau tidak ,atau kah kau sudah kerasan tinggal disana. Oh, apakah aku berhak untuk merindumu. Hemm, biarlah Allah yang tahu siapa yang berhak untuk dirindui. Tapi suatu saat nanti aku berharap Allah mempertemukan kita dalam ikatan yang suci,pada pertemuan pertama kita. Sungguh , aku pun tak yakin kau mengenalku, aku pun juga begitu. Aku tidak begitu mengenalmu. Ketika itu aku hanya melihat punggungmu saja. Apakah itu pantas untuk dikatakan sebuah pertemuan. Aku ingat sekali ketika itu ied mubarak datang, dan aku berkunjung kerumahmu. Kita tak mengenal satu sama lain. Hanya ummi dan abi saja yang saling kenal begitu akrabnya, ya itu karena ummimu adalah murabbi ummiku. Sedikit bernostalgia dan masing-masing bercerita tentang jundi-jundi yang mereka miliki. Disitu disebutkan namamu. Ummimu bercerita banyak hal tentang dirimu dengan segala kelebihan yang engkau miliki. Itu membuatku merasa kagum padamu. Tapi sekali lagi, apakah kau mengenalku, tentu saja tidak... mungkin nama saja tak terlintas dipikiranmu tentang diriku.
Oh, Allah mungkin semuanya terasa pahit, aku mengagumimu sedang kau tidak mengenalku sama sekali. Kau dikelilingi oleh orang-orang yang shaleh luar biasa. Kau adalah laki-laki pilihan yang tegar dan kuat ,iman dan hatinya. Tak bisa dielakkan lagi, diluar sana banyak perempuan-perempuan shalehah yang mengagumi dirimu. Hanya perempuan yang benar-benar shalehah yang dapat memilikimu. Terkadang aku iri pada mereka, mereka adalah perempuan shalehah yang engkau pasti mengenalnya. Sedangkan aku tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan mereka yang bisa kukatakan sebagai bidadari dunia. Mereka amat berbudi luhur dan berpengetahuan luas,sedangkan aku hanya gadis biasa dari desa. Tapi itulah yang membuatku termotivasi untuk mendapatkanmu. Aku ingin terus belajar dan memantaskan diriku. Bila aku sudah berjuang dengan usaha yang aku miliki dan berdo’a serta bertawakkal pada Rabbul Izzati. Dan belum terkabulkan, maka aku percaya akan ada pilihan terbaik dari Allah yang membuatku hidup dalam keindahan cinta makhluk-Nya. Oh, ingatkah kau pada syair seorang sastrawan mesir  yang ini

Bismillahirrahmanirrahim…

Ya Allah…
Jika aku jatuh cinta,
Cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya PadaMu,
Agar bertambah kekuatanku untuk mencintaiMu…


Ya Muhaimin…
Jika aku jatuh hati,
Izinkanlah aku menyentuh hati seseorang yang hatinya tertaut padaMu,
Agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta nafsu…


Ya Rabbana…
Jika aku jatuh hati,
Jagalah hatiku padanya,
Agar tidak berpaling daripada hatiMu…


Ya Rabbul Izzati…
Jika aku rindu,
Rindukanlah aku pada seseorang,
Yang merindui syahid di jalanMu…


Ya Allah…
Jika aku menikmati cinta kekasihMu,
Janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya,
Bermunajat di sepertiga malam terakhirMu…


Ya Allah…
Jika aku jatuh hati pada kekasihMu,
Jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh,
Dalam perjalanan panjang menyeru manusia kepadaMu…


Ya Allah,
Jika Kau halalkan aku merindui kekasihMu,
Jangan biarkan aku melampaui batas,
Sehingga melupakan aku pada cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepadaMu…
Amin ya rabbal alamin…
 
yah syair itu dibuat oleh Sayyid Quthb...Pasti kau tahu kan... itulah jawaban mengapa aku memilih dirimu. Dirimu yang sederhana dengan iman didada. Aku pun sering bertanya saat aku bermunajat pada-Nya. “ Allah, pantaskah aku atas dirinya yang begitu shaleh,bertakwa,dan pandai bersyukur dan atas nikmat dan karuniaMu . sungguh Allah, aku memang mengagumi dirinya. Tapi hati tak mau terima, ada perasaan lain dihati ini, yang membuat aku tak pantas untuk mendapatkan laki-laki seperti dirinya. Perasaan karena iman yang aku miliki tidak selevel dengan dirinya yang begitu hanif. Oh, Allah ,Rabb yang menciptakan hati. Apakah aku mengagumi orang yang salah, atau caraku ini salah dalam mengagumi dirinya. Aku mohon apabila aku telah salah, luruskan aku kembali ke jalanMu, jalan yang Engkau ridhoi, bukan jalan yang Engkau murkai juga bukan jalan orang-orang yang tersesat. Aamiin “
Tapi, bila memang engkau milik orang lain, undanglah aku di walimahan yang engkau adakan. Aku ingin melihat kebahagiaanmu. Pasti dihari itu engkau amat bahagia dengan semua mimpi-mimpi yang sudah terpenuhi. Yah, tentu saja Allah itu maha Adil dan Bijaksana, itu benar sekali. Hem, tahukah kau ... aku hanya ingin membuat para bidadari di syurga cemburu karena akulah yang memiliki laki-laki shaleh itu. Kurasa semua yang ada didunia ini tidak berarti, semuanya semu. Aku ingin sekali bertemu dengan ummi, abi, saudara-saudari,kerabat,teman-teman di syurga nanti. Oh, betapa indah bukan !!! dan aku ingin memiliki sebuah keluarga yang kekal abadi disana. Keluarga yang penuh dengan kasih sayang,harmonis,oh indahnya... apakah kau pernah membayangkan hal semanis itu. Wah, pasti banyak hal lagi yang telah engkau bayangkan selain yang aku ceritakan, bukan begitu.
Tak usah berbasa-basi lagi. Kaulah cinta pertama yang menyapa hatiku dan aku harap kau juga cinta terakhir yang mengisi relung hati ini. Walaupun sebenarnya, ada keraguan dihati. Tapi tetap semua Allah yang mengatur, Allah yang mempunyai rencana, Allah yang meridhoi, dan Allah yang mengizinkan. Ia tahu yang terbaik untukku dan untuk dirimu. Meskipun terkadang menurut kita baik, tapi menurut Allah itu tidak baik maka Allah akan menghindarkannya. Begitu dahsyat kuasa cinta yang dimiliki oleh Allah untuk hambaNya.


Ya Allah kau berikan cinta dalam hati
Sebagai satu nikmat yang telah Kau Beri
Kusadari kasihMu Ilahi
Mewarnai jiwa ini dengan cinta suci

Hingga suatu saat Engkau mempertemukanku
Dengan satu bukti atas kuasaMu
Dan Kau hadirkan seorang pilihan
Ikhtiarku kuserahkan kepadaMu Tuhan


Kan kujaga hati ini dari segala dosa
Hingga sampai saat nanti ada ikatan suci
Doa untukmu selalu di sepanjang hidupku
Hingga suatu hari Tuhan menitipkan engkau kepadaku

Hem, kami disini menunggu titisan ilmu darimu Syekh :D cepatlah pulang aku ingin mendengar cerita darimu

Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah,
Dan sesungguhnya aku mencintaimu karena engkau mencintai Allah...
Dan karena cinta bersama Allah :)
Untuk orang yang kelak halal bagiku
#aamiin ya Rabbal ‘alamin



Salam hangat pengagummu :)




Wassalamu’alaykum wr.wb

so simple

assalamu'alaykum wr.wb

hai, kaifa khaluk ? bagaimana kabar mesir hari ini :D
semoga Allah melindungi dan menjaga ente disana :)
aamiin

LINTASAN SEJARAH ISRAEL & PALESTINA

LINTASAN SEJARAH ISRAEL & PALESTINA

Konflik Israel dan Palestina sesungguhnya berawal dari persekongkolan antara kaum imperialis Barat dengan bangsa Yahudi Zionis lebih dari setengah abad yang lalu, mereka bahu membahu sekuat tenaga merampas tanah Palestina dengan klaim-klaim agamis maupun historis. Padahal peristiwa panjang ribuan tahun yang terjadi di atas bumi para nabi ini memperlihatkan bahwa bangsa Palestina adalah pewaris sah tanah Palestina, baik dilihat dari aspek agamis maupun aspek historis.

Sejarah Israel dan Palestina menjadi menarik untuk dicermati karena dapat menguak tentang lemahnya klaim Yahudi atas ‘tanah yang dijanjikan’. Selain itu sejarah ini akan menyadarkan umat Islam tentang pertarungan antara al-haq dengan al-bathil yang akan senantiasa terjadi sepanjang waktu. Untuk itu umat Islam dituntut untuk terus memupuk persatuan dan rasa persaudaraan di antara mereka.

Asal-usul Israel dan Yahudi

Sejarah Israel berawal dari hijrahnya Ibrahim as. (1900 SM) bersama pengikutnya dari Babilonia untuk menghindari tekanan Raja Namruz. Orang-orang Assiria dan Kan’an menyebut para muhajirin ini dengan sebutan Ibrani, yang menurut bahasa Aramy atau Siryany artinya; orang yang menyeberang, karena mereka hijrah dari Babilonia ke Kan’an (Palestina) dengan melintasi sungai Eufrat. Sejak itu kelompok muhajirin dan seluruh turunannya menjadi suatu bangsa yang dinamai bangsa Ibrani.

Sekilas Tentang Kan’an

Sebelum melanjutkan uraian tentang asal-usul Israel dan Yahudi, mari kita ulas sejenak tentang Kan’an yang dijadikan tempat hijrah Nabi Ibrahim.

Cikal bakal bangsa Kan’an datang dari jazirah Arab pada 2500 SM. Mereka kemudian membangun tidak kurang dari 200 kota dan desa di sana, seperti Pisan, Alqolan, Aka, Haifa, al-Khalil, Usdud, Bi’ru Alsaba’, dan Betlehem. Mayoritas penduduk Palestina sekarang, khususnya di pedesaan, merupakan keturunan kabilah bangsa Kan’an, Umuriyah, dan Filistin.

Nama  Palestina diambil dari salah satu nama bangsa pelaut yang bermukim di wilayah-wilayah pesisir yang berasimilasi dengan bangsa Kan’an. Bangsa Filistin kemungkinan datang dari daerah barat Asia kecil dan wilayah laut Ijah sekitar abad 12 SM.

Bani Israel atau Yahudi

Setelah mangkatnya Ibrahim, tugas kepemimpinan bangsa Ibrani dipegang oleh putranya, Ishak as.. Selanjutnya Ishak digantikan oleh puteranya yang bernama Ya’qub as. Nabi Ya’kub mempunyai nama kehormatan; ISRAEL, artinya: Hamba Allah yang amat taat. Beliau mempunyai 12 orang putera: Rubin, Simeon, Lewi, Yahuda, Zebulon, Isakhar, Dan, Gad, Asyer, Naftali, Yusuf, dan Bunyamin. Anak cucu Ya’kub kemudian menjadi suatu bangsa yang disebut Bani Israel (anak cucu Israel). Di antara putera Ya’kub, yang paling banyak keturunannya ialah Yahuda, maka Bani Israel pun dibangsakan kepada Yahuda dengan sebutan YAHUDI.

Atas anjuran Yusuf as—yang pada saat itu menjadi pejabat di pemerintahan Fir’aun—semua anak cucu Ya’kub berhijrah ke negeri Mesir. Di sana mereka diperlakukan dengan baik oleh Pharao (Fir’aun) zaman itu. Akan tetapi berabad-abad kemudian muncullah Pharao yang tidak menyenangi mereka, ia bernama Thotmosis. Dia sangat khawatir terhadap perkembangan bangsa Israel dan juga tidak suka pada agama tauhid yang dianutnya. Karena kedengkiannya tersebut Bani Israel dihinakan menjadi budak.

Bani Israel bersama Musa

Allah kemudian mengutus Musa dan Harun (abad 13 SM) untuk membebaskan Bani Israel dan mengajak Fir’aun bertauhid. Tetapi Fir’aun menolak mentah-mentah seruan Musa tersebut. Bahkan penindasan malah semakin menjadi-jadi. Musa kemudian mengajak Bani Israel berhijrah menuju Kan’an. Fir’aun mencoba mencegah, tapi akhirnya ia diazab Allah SWT dengan ditenggelamkan di Laut Merah. Sedangkan Bani Israel  selamat mendarat di gurun Sinai.

Dari Sinai mereka melanjutkan perjalanan melewati padang belantara Syur yang tandus. Kemudian ke Sana, Mara, Elim, dan Thursina. Disinilah watak kolokan Bani Israel mulai nampak, mereka menggerutu, mengomel, serta menyesali Musa dan Harun yang telah membawa mereka hijrah dari Mesir. Meskipun demikian, dalam perjalanan hijrah tersebut Allah SWT tetap memberikan berbagai macam kemudahan bagi Bani Israel, diantaranya berupa naungan awan untuk melindungi dari panas dan menurunkan manna-salwa sebagai makanan ketika lapar. Tapi di sini pula kebodohan Bani Israel terkuak:

1.      Sewaktu di perjalanan berjumpa dengan orang-orang Assiria dan Kan’an penyembah berhala, mereka minta kepada Musa agar dibuatkan patung-patung seperti yang mereka lihat untuk disembah.

2.      Di gurun Sin Bani Israel kembali mengomel dan menggerutu karena kehausan, maka Allah menyuruh Musa pergi ke lereng gunung Horeb dan memukul batu gunung itu dengan tongkatnya sehingga keluarlah 12 mata air.

3.      Di Thursina Musa dan Bani Israel mendirikan perkampungan. Setelah itu Musa pergi selama 40 hari ke bukit Thursina untuk mendapatkan wahyu dari Allah berupa Taurat (perundang-undangan). Akan tetapi kepergian Musa ke bukit Thursina dimanfaatkan oleh seorang fasik bernama Samiri, yang mengajak Bani Israel menyembah patung anak sapi.

4.      Ketika diajak untuk beriman kepada Taurat yang diturunkan Allah kepada Musa, mereka malah ragu-ragu dan ingkar seraya berkata, ”Wahai Musa, kami tidak akan pernah percaya kepadamu, kecuali kami bisa melihat Allah secara langsung dengan jelas..” (lihat QS. Al-baqarah ayat 55).

5.      Manakala diajak untuk berjihad memasuki Kan’an (Palestina) mereka menolak dengan ungkapan yang tidak sopan, sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur’an,

Mereka berkata: “Hai Musa, kami sampai kapan pun  tidak akan memasukinya, selagi mereka ada didalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, Sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja”. (QS. Al-Maidah, 5: 24)

Sebelum sampai di Kan’an Harun wafat, tugas beliau sebagai Imam Bani Israel diserahkan Musa kepada Eliazar (putera Harun). Tidak lama setelah itu Musa pun wafat, beliau berwasiat kepada Bani Israel agar meneruskan cita-cita memasuki negeri Palestina (Kan’an).

Raja-raja Israel

Kepemimpinan Eliazar diganti Yusya. Ia kemudian menggerakkan Bani Israel keluar dari gurun Sinai untuk memerangi bangsa Kan’an dan Filistin penyembah berhala yang tinggal di sana. Setelah Bani Israel berhasil mengalahkannya, negeri itu kemudian dibagi menjadi 12 wilayah. Raja mereka yang pertama adalah Thalut yang memerintah kira-kira antara 1042-1012 SM. Selanjutnya Dawud memerintah lebih kurang 40 tahun lamanya (1012-972 SM). Ia diganti oleh anaknya Sulaiman yang memerintah selama lebih kurang 40 tahun juga (972-937 SM). Pada masa pemerintahan Sulaiman inilah didirikan Haikal (Baitul Maqdis) di atas bukit Moria (Sion/Zion).

Pengaruh kekuasaan Sulaiman pada saat itu sangat luas, meliputi daerah antara pinggiran sungai Eufrat sampai ke laut Merah. Kebesaran zaman Sulaiman inilah yang diimpikan orang-orang Israel saat ini dengan melakukan gerakan zionisme.

Setelah mangkatnya Sulaiman, timbulah sengketa dan perpecahan. Golongan Yahuda dan Benyamin memilih Rahbeam (anak Sulaiman) untuk menggantikan ayahnya menjadi raja. Sementara 10 golongan yang lain lebih memilih Yerobeam dari turunan suku Efraim. Karena tidak menemukan titik temu, kerajaan Israel akhirnya terpecah menjadi dua. Golongan Yahuda membentuk kerajaan sendiri yang mereka namai kerajaan Yahuda, berpusat di Yerusalem, dengan rajanya Rahbeam. Walaupun kerajaannya lebih kecil dari kerajaan Israel, kerajaan Yahuda memiliki kelebihan:

a.       Mereka menguasai Palestina sebagai ibu kota pusaka raja Dawud.

b.      Baitul Maqdis berada di daerah mereka.

c.       Tabut tempat tersimpannya Taurat Musa berada dalam wilayah mereka.

Yerobeam, raja Israel, tidak senang melihat pengaruh kekuasaan kerajaan Yahuda yang tetap mendalam pada hati semua rakyat, karena setiap sembahyang mereka tetap menghadap ke Palestina (Baitul Maqdis). Lalu Yerobeam membuat patung lembu emas untuk sesembahan rakyat Israel, sebagai ganti ibadah biasa, menyembah Yehoah (Allah) sambil berkiblat ke Baitul Maqdis.

Kehancuran Israel, Yahuda, dan Taurat

Kira-kira pada tahun 721 SM bangsa Assiria menyerang kerajaan Israel yang berpusat di Samaria. Seluruh negeri mereka hancurkan, ribuan orang Israel mati terbunuh, orang-orang terkemuka ditawan dan dibuang ke Assiria.

Pada tahun 606 SM negara Yahuda menemui nasib yang sama. Tentara Babilonia di bawah pimpinan Nebukadnezar menyerang Palestina. Orang-orang terkemuka dibuang ke Babilonia. Ada upaya-upaya untuk merebut kemerdekaan, tetapi perlawanan ini dipatahkan dan dibalas dengan kejam oleh Babilonia. Kota Palestina dihancurkan, Baitul Maqdis diratakan dengan tanah, Tabut pusaka Musa dengan Tauratnya dihancurkan, ribuan orang terbunuh, selebihnya dijadikan budak. Sebagian dapat meloloskan diri ke luar negeri, di antaranya ke tanah Arab, tepatnya Yatsrib (Madinah).

Peristiwa duka ini sudah diperingatkan Musa kepada bani Israel sebelum beliau wafat, bahwa jika mereka menyimpang dari Taurat mereka akan mendapatkan hukuman dari Allah (wasiat ini tertera dalam Kitab Ulangan: XXVIII; 15, 21, 25, 26).

Kembali ke Palestina

70 tahun lamanya bangsa Yahudi menjadi budak buangan di Babilonia, sampai negeri Babilonia ditaklukkan Persia di bawah kekuasaan Cirus (539 SM). Pada tahun inilah Kaisar Persia membolehkan mereka kembali ke Palestina. Akan tetapi musnahnya Taurat dan pembuangan 70 tahun itu telah merubah bentuk dan pandangan hidup bangsa Yahudi, mereka kehilangan pedoman.

Pada tahun 330 SM, Alexander Agung dari Macedonia (Yunani) mengalahkan Raja Persia, Darius III. Bangsa Yahudi pun berganti tuan. Pada tahun 301 SM negeri-negeri jajahan Yunani sebagian dapat direbut oleh Kerajaan Mesir. Palestina jatuh menjadi jajahan Mesir.

Tahun 199 SM Assiria merebut Palestina dari kerajaan Mesir, mereka menguasainya selama setengah abad, sampai tahun 142 SM. Pada tahun inilah bangsa Yahudi berhasil merebut kemerdekaan dari tangan Assiria. Tetapi tidak sampai seabad, karena tahun 63 SM mereka telah jatuh menjadi jajahan bangsa Romawi.

Pada masa-masa penjajahan Romawi inilah Allah SWT mengutus Isa as. Para sejarawan berselisih pendapat mengenai tahun kelahiran Nabi Isa. Di dalam Injil Matius 2: 1 disebutkan bahwa kelahiran Isa adalah pada masa Herodes, jadi paling lambat kelahirannya terjadi pada 4 SM, tahun matinya Herodes. Sedangkan Lukas menghubungkan kelahiran Isa dengan masa sensus penduduk di zaman Kirenius wali negeri di Syiria. Ini berarti Isa lahir pada 6 atau 7 M, sewaktu Yudea dan Samaria langsung diperintah oleh Roma.

Namun seruan dakwah Nabi Isa yang mengajak Bani Israel berpegang teguh pada ajaran Musa diingkari dengan penuh kedengkian. Pada tahun 33 M diadakan perayaan Paskah tahunan di Bait Allah (Baitul Maqdis). Maksud dari perayaan ini adalah untuk memperingati diselamatkannya bangsa Israel dari penindasan Raja Fir’aun. Akan tetapi perayaan ini sudah jauh dari maksud semula, karena telah berubah menjadi pesta perniagaan yang diwarnai perjudian. Bahkan pintu gerbang Bait Allah diberi patung burung Garuda sebagai lambang kebesaran kekaisaran Romawi. Hal ini amat menghina dan mengotori kesucian bait Allah.

Oleh karena itu Nabi Isa bersama para pengikutnya menyerbu  Bait Allah dan memporak-porandakan arena perniagaan tersebut. Kerusuhan ini menimbulkan kemarahan penguasa Romawi. Pasukan Romawi kemudian merangsek ke Bait Allah dan berupaya menangkap Nabi Isa beserta pengikutnya. Tetapi mereka telah menyingkir dan bersembunyi di bukit Gesmani. Pada saat itu orang-orang yahudi karena kedengkian mereka, menyebarkan isu bahwa Isa akan melakukan pemberontakan kepada Romawi dan mengangkat dirinya sebagai Raja Yahudi. Maka terjadilah upaya penangkapan Isa, dan terjadilah peristiwa controversial: penyaliban Isa.

Pada tahun 70 M, Bani Israel  pernah mencoba memberontak kepada Romawi, tapi tidak berhasil. Komandan militer Romawi, Titus, berhasil mematahkan pemberontakan itu.

Pada tahun 132-135 M bangsa Yahudi kembali memberontak, tapi lagi-lagi gagal. Pemimpin Romawi Julius Cyprus akhirnya memporak-porandakan Yerusalem. Di atas puing kota ini, Kaisar Romawi, Hendrian I membangun kota baru yang dinamakan Elia Capitolina yang kemudian dikenal dengan nama Elya. Bangsa Yahudi dilarang memasuki kota Yerusalem selama 200 tahun kemudian. Jumlah populasi mereka pun sangat jarang di sepanjang 18 abad berikutnya. Sementara itu, penduduk pribumi dari keturunan Kan’an dan mereka yang berasimilasi dengan mereka dari kabilah-kabilah Arab tetap langgeng di sana, mereka tetap berkelangsungan hidup setelah kehengkangan bangsa Yahudi hingga saat sekarang ini.

Bangsa Romawi berkuasa di Palestina sampai tahun 640 M, yakni sampai datangnya tentara Islam mengusir mereka. Kota Yerusalem kemudian diserahkan secara resmi kepada Khalifah Umar bin Khattab tanpa peperangan. Di bawah pemerintahan Islam seluruh warga masyarakat diperlakukan dengan adil dan diberi kebebasan beribadah sesuai agamanya masing-masing. Saat itu Yahudi, Kristen dan Islam dapat hidup berdampingan dengan damai.

Zionisme: Tonggak Berdirinya Negara Israel

Istilah Zionisme berasal dari akar kata Zion (nama bukit tempat dibangunnya baitul maqdis) yang pada masa awal sejarah Yahudi menjadi sinonim dengan penyebutan untuk kota Yerusalem. Kata ini mempunyai arti khusus bagi orang Yahudi terutama sejak terjadinya penghancuran Baitul Maqdis, untuk mengekspresikan kerinduan memiliki sebuah tanah air.

Tahun 1896 M, di Berlin Theodore Hertzel menerbitkan sebuah buku berjudul Negara Yahudi yang berisi seruan agar orang Yahudi yang bertebaran di mana-mana bertemu. Maka pada 29 Oktober – 11 Nopember 1897, di kota Pall, Swiss, diselenggarakanlah Konferensi Zionisme Internasional pertama yang merekomendasikan berdirinya Negara Yahudi di Palestina.

Hertzl begitu piawai mengembangkan ideologi zionisme, karena ia sangat menguasai senjata terpenting abad 20, yakni media massa, lobi, dan public relations. Dalam rangka merebut pengaruh, Hertzel beraudiensi dengan Paus di Roma, dengan Kaisar Wilhelm di Jerman, dengan Ratu Victoria di Inggris, atau bahkan dengan Sultan Turki di Istambul.

Hertzel menemui Sultan Abdul Hamid II, Khalifah Islam waktu itu. Mereka menawarkan berbagai tawaran yang menggiurkan kepada sultan asalkan mengizinkan bangsa Yahudi menetap di Yerusalem. Ada tiga rayuan yang disampaikan Hertzel:

1.     Yahudi menawarkan 120 juta frank Swiss untuk digunakan membangun armada laut kekhalifahan Turki.

2.      Yahudi siap melunasi hutang-hutang luar negeri Kesultanan Turki.

3.      Yahudi siap memberikan pinjaman tanpa bunga sebesar 35 juta lira emas

Tawaran manis itu ditolak mentah-mentah oleh Sultan Abdul Hamid, karena beliau mengetahui rencana sesungguhnya di balik tawaran beracun itu. Bahkan menurut beberapa catatan, Sultan sampai meludahi wajah Hertzel.

Hertzel pun mampu memobilisir dana dari para hartawan Yahudi seperti Moses Hess atau Baron de Rothchilds di London. Selain itu, setiap cabang gerakan Zionis di berbagai penjuru dunia selalu dianjurkan untuk menerbitkan koran atau majalah yang memuat artikel mengenai perjuangan mereka. Mereka mencoba menyebarkan citra dan opini positif mengenai gerakan zionisme.

Sementara itu di Hollywood tiga serangkai Yahudi Melvyn, Goodwyn dan Meyer mendirikan studio film MGM yang terkenal itu. Tokoh lain, Adolfh Zuckor, merupakan pionir terpenting perkembangan industri film Amerika Serikat yang kini menguasai dunia. Dengan peranan mereka sebagai perintis industri, maka tidak aneh jika sutradara, bintang film, bisnismen maupun produser film Hollywood sebagian besar berasal dari kalangan Yahudi. Saat ini diantaranya David Geffen, Steven Spielberg dan Jeffry Katzenberg bersama-sama membentuk studio baru “Dreamworks”, merupakan pendukung setia zionisme.

Berkat lobi-lobi dan pembentukan opini yang intens, maka pada 9 Mei 1916, terwujudlah persetujuan “Sykes-Picot” antara Perancis dan Inggris yang berisi pembagian wilayah-wilayah kekuasaan Usmani yang berhasil mereka rebut, Palestina kemudian diletakkan di bawah mandat Inggris.

Usaha untuk menghancurkan kekhalifahan Utsmani dan merampas tanah Palestina juga dilakukan dengan menimbulkan perpecahan di kalangan bangsa Muslim. Di dalam hal ini peranan Inggris amatlah penting. Kepada Syarif Husein, Penguasa Mekkah saat itu, pemerintah Inggris menjanjikan kemerdekaan bagi negara-negara Arab dan berdirinya Khilafah Islamiyah Arabiyah yang dipimpin tokoh Mekkah atau Madinah, bila berhasil meruntuhkan Khilafah Utsmaniyah dari dalam. Pada 10 Juni 1916 Syarif Husein memproklamasikan pemberontakan Arab terhadap kekuasaan Khalifah Turki Utsmani. Tapi ternyata Inggris mengkhianati janjinya, bahkan yang terjadi adalah wilayah Arab dibagi-bagi menjadi negara-negara kecil dan Syarif Husein sendiri dibuang ke Syprus.

Pada 2 Nopember 1917 lahir apa yang disebut perjanjian Balfour yang menyatakan Inggris akan berusaha keras mewujudkan cita-cita berdirinya negara nasional Yahudi di Palestina. Perjanjian Balfour tersebut kemudian diperkuat oleh keputusan Majelis Umum PBB pada 24 Juli 1922 yang melegalisasi mandat Inggris atas Palestina. Orang-orang Yahudi dari berbagai negara mulai bergerak menduduki Yerusalem (Al-Quds) pada tahun 1929. Pada tahun ini kaum Muslimin Palestina menyelenggarakan pertemuan besar untuk mendukung berdirinya Badan Pembela Masjid Al-Aqsha. Pada musim panas tahun yang sama orang-orang Yahudi melancarkan demonstrasi pamer kekuatan, yang kemudian dibalas dengan demonstrasi tandingan kaum Muslimin yang lebih besar. Suasana di Al-Quds memanas, puncaknya adalah pecahnya bentrokan antara kaum Muslimin yang tidak bersenjata dengan kaum Yahudi yang dipersenjatai Inggris. Peristiwa ini disusul dengan bentrokan-bentrokan lain dan penangkapan besar-besaran penduduk Palestina oleh Inggris. Pada  23 Agustus 1929 meletuslah perlawanan yang dikenal dengan Revolusi Buraq. Inggris segera mematahkannya, pada 17 Juni 1930, Gubernur Jenderal Inggris di Palestina menghukum gantung 3 pejuang Palestina yang terlibat perlawanan tersebut. Namun hal ini tidak membuat perlawanan kaum  Muslimin berhenti, pada 25 Nopember 1935, Izzudin Al-Qassam dengan beberapa rekannya menemui syahadah setelah pertempuran hebat melawan Inggris di Junain.

Selain perlawanan bersenjata, bangsa Palestina pun melawan dengan cara melaksanakan pemogokan menyeluruh di Palestina selama kurang lebih 6 bulan sebagai bentuk protes dipersenjatainya Yahudi oleh Inggris. Tetapi pemogokan ini berhenti setelah adanya campur tangan beberapa pemimpin Arab atas desakan Inggris, teman sepersekongkolan mereka.

Pada 15 Mei 1947 Majelis Umum PBB membentuk Komisi Khusus untuk urusan Palestina. Komisi Khusus ini menyelesaikan tugasnya pada bulan Agustus 1947 dan menghasilkan sejumlah laporan, antara lain berisi pentingnya Yahudi mempunyai satu negara di Palestina dan mengamankan nasib imigran Yahudi yang semakin bertambah. Sedangkan masalah Arab, menurut komisi ini perlu didirikan sebuah negara Arab Palestina merdeka.

Pada 29 Nopember 1947 Majelis Umum PBB mengeluarkan keputusan No. 181 tentang pembagian Palestina berdasarkan hasil penelitian Komisi Khusus untuk urusan Palestina. Sejak 10 Februari 1948 penguasa Inggris mulai mengukur beberapa daerah dan menyerahkan bumi Palestina kepada orang Arab dan Yahudi sebagai pelaksanaan keputusan PBB. Akibat pembagian wilayah tersebut seluruh kaum muslimin Palestina melancarkan demonstrasi dan penolakan serta bantahan terhadap hasil penelitian internasional PBB tersebut. Demonstrasi-demonstrasi serupa dilancarkan di Mesir, Suria, Libanon dan negara-negara Arab lainnya.

Sementara itu, bentrokan-bentrokan keras terus terjadi. Pada bulan Maret 1948 Dewan Keamanan PBB bersidang untuk mempelajari situasi dan menyerukan supaya PBB meletakkan Palestina di bawah perwalian PBB sementara dan menghentikan rencana pembagian Palestina. Tapi, tanggal 15 Mei 1948, Yahudi malah memproklamasikan negara Israel. Sekaligus juga tanda berakhirnya mandat Inggris.

Esoknya, 16 Mei 1948, pasukan Arab (Mesir, Suriah, Iraq, Yordania, dan Libanon) memasuki Palestina, namun tanpa kekuatan dan perlawanan yang berarti, kecuali 10.000 pasukan relawan Organisasi Al-Ikhwan Al-Muslimun yang dikirim pemimpinnya, Hasan Al-Banna untuk membebaskan Palestina. Kehadiran pasukan Al-Ikhwan Al-Muslimun ini bukan hanya menggetarkan Israel, tapi juga menimbulkan kekhawatiran negara-negara Arab. Mereka khawatir, kemenangan dan keperwiraan pasukan Al-Ikhwan Al-Muslimun bukan saja berdampak di Palestina, tapi juga di negara-negara Arab. Mereka tidak mau kehilangan pengaruh di tengah-tengah rakyatnya.

Akhirnya negara-negara Arab berkomplot untuk memusnahkan pasukan Al-Ikhwan Al-Muslimun. Atas desakan Inggris pasukan Al-Ikhwan Al-Muslimun akhirnya ditarik mundur oleh Mesir, selanjutnya para aktivisnya dijebloskan ke penjara dengan tuduhan akan merencanakan kudeta militer.

Perang ini akhirnya dimenangkan Yahudi dan mengakibatkan kekalahan besar bagi bangsa Arab. Akan tetapi perlawanan terhadap Yahudi tidak berhenti dan tidak akan pernah berhenti. Perlawanan tersebut saat ini diantaranya dimotori oleh Harakah Muqawwamah Al-Islamiyah (HAMAS) yang didirikan oleh Syaikh Ahmad Yasin (alm) pada hari Selasa, 15 Desember 1987, yang juga merupakan salah satu sayap organisasi  Al-Ikhwan Al-Muslimun di Palestina.

Klaim-klaim Yahudi atas Palestina

Penjajahan Yahudi atas Palestina didasari klaim-klaim serta mitos-mitos relijius dan historis. Secara relijius mereka menganggap bahwa Allah telah menjadikan Palestina sebagai “Tanah yang dijanjikan”. Sedangkan relasi historis mereka dengan Palestina, adalah karena mereka pernah berkuasa, bermukim disana dan punya hubungan psikis dan spiritual dengan negeri ini.

Akan tetapi kaum muslimin tetap konsisten pada pendirian bahwa Yahudi tidak berhak sama sekali atas negeri ini. Alasannya adalah, pertama, dari sudut pandang agama, wilayah ini diberikan pada bangsa Yahudi di saat mereka menjunjung tinggi bendera tauhid dengan penuh konsisten di bawah kepemimpinan para rasul dan pemuka agama mereka. Adapun apabila mereka melenceng dari kebenaran dan berupaya mendistorsinya, bahkan membunuhi para Nabi serta membuat keonaran di muka bumi, hilanglah keabsahan relijius yang mereka klaimkan. Yang berhak atas negeri ini justru adalah kaum Muslimin, karena mereka adalah pewaris panji tauhid. Jadi, persoalannya tidak terkait dengan bangsa, keturunan, dan nasionalisme. Namun erat hubungannya dengan persoalan ikut tidaknya seseorang dengan ajaran tauhid.

Allah memberitahu Ibrahim bahwa keimanan dan kepemimpinannya tidak dapat dipegang oleh mereka  yang zalim dari keturunan dan anak cucunya. Karena, sekali lagi, persoalannya terkait dengan konsistensi terhadap manhaj dan ajaran Allah. Kalau persoalannya adalah masalah garis keturunan, maka Bani Israel tidak berhak mengklaim bahwa mereka adalah satu-satunya yang berhak atas kepemimpinan. Pasalnya, Ismail as dan keturunannya pun berhak atas janji yang diberikan pada Ibrahim.

Alasan kedua, menanggapi klaim dari sisi historis, maka sesungguhnya pemerintahan Bani Israel di Palestina sangatlah singkat yang tidak lebih dari 4 abad di sebagian wilayah Palestina dan bukan seluruhnya. Sedangkan pemerintahan Islam berlangsung disana selama 12 abad (636-1917 M) yang sempat dijeda oleh peperangan Salib untuk beberapa masa. Selain itu sebagian besar bangsa Yahudi telah meninggalkan wilayah Palestina, dan terputus kontak mereka dengan negeri ini selama 18 abad (sejak 135 M hinga abad 20), sedangkan penduduk pribumi asli Palestina asli—yang kemudian masuk Islam—belum pernah meninggalkan negeri ini selama 4500 tahun yang lalu hingga tiba waktu pendeportasian besar-besaran yang dilakukan para kriminal Zionis pada tahun 1948 M.

Satu hal lagi, sesungguhnya lebih dari 80% Yahudi di zaman ini tidak jelas hubungannya sama sekali dengan Bani Israel, baik keturunan maupun sejarah. Hal itu karena sebagian besar Yahudi kontemporer adalah bangsa Yahudi Khazar yang berasal dari kabilah Tatar, Turki kuno yang berdiam di wilayah Kokaz dataran tinggi Georgia (selatan Rusia). Mereka berkonversi dengan Yahudi pada abad 8 SM di bawah pimpinan rajanya Bolan.Tahun 740 M saat kerajaan mereka runtuh, tersebarlah mereka ke berbagai penjuru Rusia dan timur Eropa. Mereka kemudian disebut Yahudi Askhenazi. Golongan Yahudi ini adalah penganut sekte sesat Qabalisme. Golongan yang lain adalah Yahudi Sephardim, berasal dari kerajaan Yahuda yang berpegang pada Taurat Musa, saat ini mereka paling menderita akibat berkembangnya gerakan zionis. Mereka akhirnya terusir dari kampung halamannya di berbagai negara Arab. Ketika beremigrasi ke Israel pun mereka menjadi warga negara kelas dua dan mendapat perlakuan diskriminatif dari Yahudi Askhenazi yang menguasai politik dan ekonomi negara.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa apa yang dilakukan oleh Israel pada bangsa Palestina adalah murni tindakan kriminal. Dan tidak pantas bagi kita masyarakat dunia, khususnya kaum muslimin, diam seribu bahasa.

* * * *

Daftar Pustaka

Hakim, Agus. 1989. Perbandingan Agama. Pandangan Islam Mengenai Kepercayaan

Majusi, Shabiah, Yahudi, Kristen, Hindu, Budha, Sikh. Bandung: CV. Dipenogoro

Hafidh, ’Ali. 1998. Beberapa Bagian dari Sejarah Madinah. Jeddah: King Fahd

National Library

Katz & Friends, Prof. Jacob. 1997. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Zionisme.

Surabaya: Pustaka Progressive

Kelompok Studi dan Pencinta Dunia Islam. 1989. Inthifadhah: Gerakan Perlawanan

Islam Palestina. Jakarta

Maulani, Z. A. 2002. Zionisme: Gerakan Menaklukkan Dunia. Jakarta: Daseta

Shaleh, DR. Muhsin Muhammad. 2002. Palestina: Sejarah, Perkembangan, dan

Konspirasi. Jakarta: Gema Insani Press

sumber: http://harakatuna.wordpress.com/2008/09/20/lintasan-sejarah-israel-palestina/

Konflik Israel dan Palestina sesungguhnya berawal dari persekongkolan antara kaum imperialis Barat dengan bangsa Yahudi Zio
nis lebih dari setengah abad yang lalu, mereka bahu membahu sekuat tenaga merampas tanah Palestina dengan klaim-klaim agamis maupun historis. Padahal peristiwa panjang ribuan tahun yang terjadi di atas bumi para nabi ini memperlihatkan bahwa bangsa Palestina adalah pewaris sah tanah Palestina, baik dilihat dari aspek agamis maupun aspek historis.

Sejarah Israel dan Palestina menjadi menarik untuk dicermati karena dapat menguak tentang lemahnya klaim Yahudi atas ‘tanah yang dijanjikan’. Selain itu sejarah ini akan menyadarkan umat Islam tentang pertarungan antara al-haq dengan al-bathil yang akan senantiasa terjadi sepanjang waktu. Untuk itu umat Islam dituntut untuk terus memupuk persatuan dan rasa persaudaraan di antara mereka.

Asal-usul Israel dan Yahudi

Sejarah Israel berawal dari hijrahnya Ibrahim as. (1900 SM) bersama pengikutnya dari Babilonia untuk menghindari tekanan Raja Namruz. Orang-orang Assiria dan Kan’an menyebut para muhajirin ini dengan sebutan Ibrani, yang menurut bahasa Aramy atau Siryany artinya; orang yang menyeberang, karena mereka hijrah dari Babilonia ke Kan’an (Palestina) dengan melintasi sungai Eufrat. Sejak itu kelompok muhajirin dan seluruh turunannya menjadi suatu bangsa yang dinamai bangsa Ibrani.

Sekilas Tentang Kan’an

Sebelum melanjutkan uraian tentang asal-usul Israel dan Yahudi, mari kita ulas sejenak tentang Kan’an yang dijadikan tempat hijrah Nabi Ibrahim.

Cikal bakal bangsa Kan’an datang dari jazirah Arab pada 2500 SM. Mereka kemudian membangun tidak kurang dari 200 kota dan desa di sana, seperti Pisan, Alqolan, Aka, Haifa, al-Khalil, Usdud, Bi’ru Alsaba’, dan Betlehem. Mayoritas penduduk Palestina sekarang, khususnya di pedesaan, merupakan keturunan kabilah bangsa Kan’an, Umuriyah, dan Filistin.

Nama Palestina diambil dari salah satu nama bangsa pelaut yang bermukim di wilayah-wilayah pesisir yang berasimilasi dengan bangsa Kan’an. Bangsa Filistin kemungkinan datang dari daerah barat Asia kecil dan wilayah laut Ijah sekitar abad 12 SM.

Bani Israel atau Yahudi

Setelah mangkatnya Ibrahim, tugas kepemimpinan bangsa Ibrani dipegang oleh putranya, Ishak as.. Selanjutnya Ishak digantikan oleh puteranya yang bernama Ya’qub as. Nabi Ya’kub mempunyai nama kehormatan; ISRAEL, artinya: Hamba Allah yang amat taat. Beliau mempunyai 12 orang putera: Rubin, Simeon, Lewi, Yahuda, Zebulon, Isakhar, Dan, Gad, Asyer, Naftali, Yusuf, dan Bunyamin. Anak cucu Ya’kub kemudian menjadi suatu bangsa yang disebut Bani Israel (anak cucu Israel). Di antara putera Ya’kub, yang paling banyak keturunannya ialah Yahuda, maka Bani Israel pun dibangsakan kepada Yahuda dengan sebutan YAHUDI.

Atas anjuran Yusuf as—yang pada saat itu menjadi pejabat di pemerintahan Fir’aun—semua anak cucu Ya’kub berhijrah ke negeri Mesir. Di sana mereka diperlakukan dengan baik oleh Pharao (Fir’aun) zaman itu. Akan tetapi berabad-abad kemudian muncullah Pharao yang tidak menyenangi mereka, ia bernama Thotmosis. Dia sangat khawatir terhadap perkembangan bangsa Israel dan juga tidak suka pada agama tauhid yang dianutnya. Karena kedengkiannya tersebut Bani Israel dihinakan menjadi budak.

Bani Israel bersama Musa

Allah kemudian mengutus Musa dan Harun (abad 13 SM) untuk membebaskan Bani Israel dan mengajak Fir’aun bertauhid. Tetapi Fir’aun menolak mentah-mentah seruan Musa tersebut. Bahkan penindasan malah semakin menjadi-jadi. Musa kemudian mengajak Bani Israel berhijrah menuju Kan’an. Fir’aun mencoba mencegah, tapi akhirnya ia diazab Allah SWT dengan ditenggelamkan di Laut Merah. Sedangkan Bani Israel selamat mendarat di gurun Sinai.

Dari Sinai mereka melanjutkan perjalanan melewati padang belantara Syur yang tandus. Kemudian ke Sana, Mara, Elim, dan Thursina. Disinilah watak kolokan Bani Israel mulai nampak, mereka menggerutu, mengomel, serta menyesali Musa dan Harun yang telah membawa mereka hijrah dari Mesir. Meskipun demikian, dalam perjalanan hijrah tersebut Allah SWT tetap memberikan berbagai macam kemudahan bagi Bani Israel, diantaranya berupa naungan awan untuk melindungi dari panas dan menurunkan manna-salwa sebagai makanan ketika lapar. Tapi di sini pula kebodohan Bani Israel terkuak:

1. Sewaktu di perjalanan berjumpa dengan orang-orang Assiria dan Kan’an penyembah berhala, mereka minta kepada Musa agar dibuatkan patung-patung seperti yang mereka lihat untuk disembah.

2. Di gurun Sin Bani Israel kembali mengomel dan menggerutu karena kehausan, maka Allah menyuruh Musa pergi ke lereng gunung Horeb dan memukul batu gunung itu dengan tongkatnya sehingga keluarlah 12 mata air.

3. Di Thursina Musa dan Bani Israel mendirikan perkampungan. Setelah itu Musa pergi selama 40 hari ke bukit Thursina untuk mendapatkan wahyu dari Allah berupa Taurat (perundang-undangan). Akan tetapi kepergian Musa ke bukit Thursina dimanfaatkan oleh seorang fasik bernama Samiri, yang mengajak Bani Israel menyembah patung anak sapi.

4. Ketika diajak untuk beriman kepada Taurat yang diturunkan Allah kepada Musa, mereka malah ragu-ragu dan ingkar seraya berkata, ”Wahai Musa, kami tidak akan pernah percaya kepadamu, kecuali kami bisa melihat Allah secara langsung dengan jelas..” (lihat QS. Al-baqarah ayat 55).

5. Manakala diajak untuk berjihad memasuki Kan’an (Palestina) mereka menolak dengan ungkapan yang tidak sopan, sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur’an,

Mereka berkata: “Hai Musa, kami sampai kapan pun tidak akan memasukinya, selagi mereka ada didalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, Sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja”. (QS. Al-Maidah, 5: 24)

Sebelum sampai di Kan’an Harun wafat, tugas beliau sebagai Imam Bani Israel diserahkan Musa kepada Eliazar (putera Harun). Tidak lama setelah itu Musa pun wafat, beliau berwasiat kepada Bani Israel agar meneruskan cita-cita memasuki negeri Palestina (Kan’an).

Raja-raja Israel

Kepemimpinan Eliazar diganti Yusya. Ia kemudian menggerakkan Bani Israel keluar dari gurun Sinai untuk memerangi bangsa Kan’an dan Filistin penyembah berhala yang tinggal di sana. Setelah Bani Israel berhasil mengalahkannya, negeri itu kemudian dibagi menjadi 12 wilayah. Raja mereka yang pertama adalah Thalut yang memerintah kira-kira antara 1042-1012 SM. Selanjutnya Dawud memerintah lebih kurang 40 tahun lamanya (1012-972 SM). Ia diganti oleh anaknya Sulaiman yang memerintah selama lebih kurang 40 tahun juga (972-937 SM). Pada masa pemerintahan Sulaiman inilah didirikan Haikal (Baitul Maqdis) di atas bukit Moria (Sion/Zion).

Pengaruh kekuasaan Sulaiman pada saat itu sangat luas, meliputi daerah antara pinggiran sungai Eufrat sampai ke laut Merah. Kebesaran zaman Sulaiman inilah yang diimpikan orang-orang Israel saat ini dengan melakukan gerakan zionisme.

Setelah mangkatnya Sulaiman, timbulah sengketa dan perpecahan. Golongan Yahuda dan Benyamin memilih Rahbeam (anak Sulaiman) untuk menggantikan ayahnya menjadi raja. Sementara 10 golongan yang lain lebih memilih Yerobeam dari turunan suku Efraim. Karena tidak menemukan titik temu, kerajaan Israel akhirnya terpecah menjadi dua. Golongan Yahuda membentuk kerajaan sendiri yang mereka namai kerajaan Yahuda, berpusat di Yerusalem, dengan rajanya Rahbeam. Walaupun kerajaannya lebih kecil dari kerajaan Israel, kerajaan Yahuda memiliki kelebihan:

a. Mereka menguasai Palestina sebagai ibu kota pusaka raja Dawud.

b. Baitul Maqdis berada di daerah mereka.

c. Tabut tempat tersimpannya Taurat Musa berada dalam wilayah mereka.

Yerobeam, raja Israel, tidak senang melihat pengaruh kekuasaan kerajaan Yahuda yang tetap mendalam pada hati semua rakyat, karena setiap sembahyang mereka tetap menghadap ke Palestina (Baitul Maqdis). Lalu Yerobeam membuat patung lembu emas untuk sesembahan rakyat Israel, sebagai ganti ibadah biasa, menyembah Yehoah (Allah) sambil berkiblat ke Baitul Maqdis.

Kehancuran Israel, Yahuda, dan Taurat

Kira-kira pada tahun 721 SM bangsa Assiria menyerang kerajaan Israel yang berpusat di Samaria. Seluruh negeri mereka hancurkan, ribuan orang Israel mati terbunuh, orang-orang terkemuka ditawan dan dibuang ke Assiria.

Pada tahun 606 SM negara Yahuda menemui nasib yang sama. Tentara Babilonia di bawah pimpinan Nebukadnezar menyerang Palestina. Orang-orang terkemuka dibuang ke Babilonia. Ada upaya-upaya untuk merebut kemerdekaan, tetapi perlawanan ini dipatahkan dan dibalas dengan kejam oleh Babilonia. Kota Palestina dihancurkan, Baitul Maqdis diratakan dengan tanah, Tabut pusaka Musa dengan Tauratnya dihancurkan, ribuan orang terbunuh, selebihnya dijadikan budak. Sebagian dapat meloloskan diri ke luar negeri, di antaranya ke tanah Arab, tepatnya Yatsrib (Madinah).

Peristiwa duka ini sudah diperingatkan Musa kepada bani Israel sebelum beliau wafat, bahwa jika mereka menyimpang dari Taurat mereka akan mendapatkan hukuman dari Allah (wasiat ini tertera dalam Kitab Ulangan: XXVIII; 15, 21, 25, 26).

Kembali ke Palestina

70 tahun lamanya bangsa Yahudi menjadi budak buangan di Babilonia, sampai negeri Babilonia ditaklukkan Persia di bawah kekuasaan Cirus (539 SM). Pada tahun inilah Kaisar Persia membolehkan mereka kembali ke Palestina. Akan tetapi musnahnya Taurat dan pembuangan 70 tahun itu telah merubah bentuk dan pandangan hidup bangsa Yahudi, mereka kehilangan pedoman.

Pada tahun 330 SM, Alexander Agung dari Macedonia (Yunani) mengalahkan Raja Persia, Darius III. Bangsa Yahudi pun berganti tuan. Pada tahun 301 SM negeri-negeri jajahan Yunani sebagian dapat direbut oleh Kerajaan Mesir. Palestina jatuh menjadi jajahan Mesir.

Tahun 199 SM Assiria merebut Palestina dari kerajaan Mesir, mereka menguasainya selama setengah abad, sampai tahun 142 SM. Pada tahun inilah bangsa Yahudi berhasil merebut kemerdekaan dari tangan Assiria. Tetapi tidak sampai seabad, karena tahun 63 SM mereka telah jatuh menjadi jajahan bangsa Romawi.

Pada masa-masa penjajahan Romawi inilah Allah SWT mengutus Isa as. Para sejarawan berselisih pendapat mengenai tahun kelahiran Nabi Isa. Di dalam Injil Matius 2: 1 disebutkan bahwa kelahiran Isa adalah pada masa Herodes, jadi paling lambat kelahirannya terjadi pada 4 SM, tahun matinya Herodes. Sedangkan Lukas menghubungkan kelahiran Isa dengan masa sensus penduduk di zaman Kirenius wali negeri di Syiria. Ini berarti Isa lahir pada 6 atau 7 M, sewaktu Yudea dan Samaria langsung diperintah oleh Roma.

Namun seruan dakwah Nabi Isa yang mengajak Bani Israel berpegang teguh pada ajaran Musa diingkari dengan penuh kedengkian. Pada tahun 33 M diadakan perayaan Paskah tahunan di Bait Allah (Baitul Maqdis). Maksud dari perayaan ini adalah untuk memperingati diselamatkannya bangsa Israel dari penindasan Raja Fir’aun. Akan tetapi perayaan ini sudah jauh dari maksud semula, karena telah berubah menjadi pesta perniagaan yang diwarnai perjudian. Bahkan pintu gerbang Bait Allah diberi patung burung Garuda sebagai lambang kebesaran kekaisaran Romawi. Hal ini amat menghina dan mengotori kesucian bait Allah.

Oleh karena itu Nabi Isa bersama para pengikutnya menyerbu Bait Allah dan memporak-porandakan arena perniagaan tersebut. Kerusuhan ini menimbulkan kemarahan penguasa Romawi. Pasukan Romawi kemudian merangsek ke Bait Allah dan berupaya menangkap Nabi Isa beserta pengikutnya. Tetapi mereka telah menyingkir dan bersembunyi di bukit Gesmani. Pada saat itu orang-orang yahudi karena kedengkian mereka, menyebarkan isu bahwa Isa akan melakukan pemberontakan kepada Romawi dan mengangkat dirinya sebagai Raja Yahudi. Maka terjadilah upaya penangkapan Isa, dan terjadilah peristiwa controversial: penyaliban Isa.

Pada tahun 70 M, Bani Israel pernah mencoba memberontak kepada Romawi, tapi tidak berhasil. Komandan militer Romawi, Titus, berhasil mematahkan pemberontakan itu.

Pada tahun 132-135 M bangsa Yahudi kembali memberontak, tapi lagi-lagi gagal. Pemimpin Romawi Julius Cyprus akhirnya memporak-porandakan Yerusalem. Di atas puing kota ini, Kaisar Romawi, Hendrian I membangun kota baru yang dinamakan Elia Capitolina yang kemudian dikenal dengan nama Elya. Bangsa Yahudi dilarang memasuki kota Yerusalem selama 200 tahun kemudian. Jumlah populasi mereka pun sangat jarang di sepanjang 18 abad berikutnya. Sementara itu, penduduk pribumi dari keturunan Kan’an dan mereka yang berasimilasi dengan mereka dari kabilah-kabilah Arab tetap langgeng di sana, mereka tetap berkelangsungan hidup setelah kehengkangan bangsa Yahudi hingga saat sekarang ini.

Bangsa Romawi berkuasa di Palestina sampai tahun 640 M, yakni sampai datangnya tentara Islam mengusir mereka. Kota Yerusalem kemudian diserahkan secara resmi kepada Khalifah Umar bin Khattab tanpa peperangan. Di bawah pemerintahan Islam seluruh warga masyarakat diperlakukan dengan adil dan diberi kebebasan beribadah sesuai agamanya masing-masing. Saat itu Yahudi, Kristen dan Islam dapat hidup berdampingan dengan damai.

Zionisme: Tonggak Berdirinya Negara Israel

Istilah Zionisme berasal dari akar kata Zion (nama bukit tempat dibangunnya baitul maqdis) yang pada masa awal sejarah Yahudi menjadi sinonim dengan penyebutan untuk kota Yerusalem. Kata ini mempunyai arti khusus bagi orang Yahudi terutama sejak terjadinya penghancuran Baitul Maqdis, untuk mengekspresikan kerinduan memiliki sebuah tanah air.

Tahun 1896 M, di Berlin Theodore Hertzel menerbitkan sebuah buku berjudul Negara Yahudi yang berisi seruan agar orang Yahudi yang bertebaran di mana-mana bertemu. Maka pada 29 Oktober – 11 Nopember 1897, di kota Pall, Swiss, diselenggarakanlah Konferensi Zionisme Internasional pertama yang merekomendasikan berdirinya Negara Yahudi di Palestina.

Hertzl begitu piawai mengembangkan ideologi zionisme, karena ia sangat menguasai senjata terpenting abad 20, yakni media massa, lobi, dan public relations. Dalam rangka merebut pengaruh, Hertzel beraudiensi dengan Paus di Roma, dengan Kaisar Wilhelm di Jerman, dengan Ratu Victoria di Inggris, atau bahkan dengan Sultan Turki di Istambul.

Hertzel menemui Sultan Abdul Hamid II, Khalifah Islam waktu itu. Mereka menawarkan berbagai tawaran yang menggiurkan kepada sultan asalkan mengizinkan bangsa Yahudi menetap di Yerusalem. Ada tiga rayuan yang disampaikan Hertzel:

1. Yahudi menawarkan 120 juta frank Swiss untuk digunakan membangun armada laut kekhalifahan Turki.

2. Yahudi siap melunasi hutang-hutang luar negeri Kesultanan Turki.

3. Yahudi siap memberikan pinjaman tanpa bunga sebesar 35 juta lira emas

Tawaran manis itu ditolak mentah-mentah oleh Sultan Abdul Hamid, karena beliau mengetahui rencana sesungguhnya di balik tawaran beracun itu. Bahkan menurut beberapa catatan, Sultan sampai meludahi wajah Hertzel.

Hertzel pun mampu memobilisir dana dari para hartawan Yahudi seperti Moses Hess atau Baron de Rothchilds di London. Selain itu, setiap cabang gerakan Zionis di berbagai penjuru dunia selalu dianjurkan untuk menerbitkan koran atau majalah yang memuat artikel mengenai perjuangan mereka. Mereka mencoba menyebarkan citra dan opini positif mengenai gerakan zionisme.

Sementara itu di Hollywood tiga serangkai Yahudi Melvyn, Goodwyn dan Meyer mendirikan studio film MGM yang terkenal itu. Tokoh lain, Adolfh Zuckor, merupakan pionir terpenting perkembangan industri film Amerika Serikat yang kini menguasai dunia. Dengan peranan mereka sebagai perintis industri, maka tidak aneh jika sutradara, bintang film, bisnismen maupun produser film Hollywood sebagian besar berasal dari kalangan Yahudi. Saat ini diantaranya David Geffen, Steven Spielberg dan Jeffry Katzenberg bersama-sama membentuk studio baru “Dreamworks”, merupakan pendukung setia zionisme.

Berkat lobi-lobi dan pembentukan opini yang intens, maka pada 9 Mei 1916, terwujudlah persetujuan “Sykes-Picot” antara Perancis dan Inggris yang berisi pembagian wilayah-wilayah kekuasaan Usmani yang berhasil mereka rebut, Palestina kemudian diletakkan di bawah mandat Inggris.

Usaha untuk menghancurkan kekhalifahan Utsmani dan merampas tanah Palestina juga dilakukan dengan menimbulkan perpecahan di kalangan bangsa Muslim. Di dalam hal ini peranan Inggris amatlah penting. Kepada Syarif Husein, Penguasa Mekkah saat itu, pemerintah Inggris menjanjikan kemerdekaan bagi negara-negara Arab dan berdirinya Khilafah Islamiyah Arabiyah yang dipimpin tokoh Mekkah atau Madinah, bila berhasil meruntuhkan Khilafah Utsmaniyah dari dalam. Pada 10 Juni 1916 Syarif Husein memproklamasikan pemberontakan Arab terhadap kekuasaan Khalifah Turki Utsmani. Tapi ternyata Inggris mengkhianati janjinya, bahkan yang terjadi adalah wilayah Arab dibagi-bagi menjadi negara-negara kecil dan Syarif Husein sendiri dibuang ke Syprus.

Pada 2 Nopember 1917 lahir apa yang disebut perjanjian Balfour yang menyatakan Inggris akan berusaha keras mewujudkan cita-cita berdirinya negara nasional Yahudi di Palestina. Perjanjian Balfour tersebut kemudian diperkuat oleh keputusan Majelis Umum PBB pada 24 Juli 1922 yang melegalisasi mandat Inggris atas Palestina. Orang-orang Yahudi dari berbagai negara mulai bergerak menduduki Yerusalem (Al-Quds) pada tahun 1929. Pada tahun ini kaum Muslimin Palestina menyelenggarakan pertemuan besar untuk mendukung berdirinya Badan Pembela Masjid Al-Aqsha. Pada musim panas tahun yang sama orang-orang Yahudi melancarkan demonstrasi pamer kekuatan, yang kemudian dibalas dengan demonstrasi tandingan kaum Muslimin yang lebih besar. Suasana di Al-Quds memanas, puncaknya adalah pecahnya bentrokan antara kaum Muslimin yang tidak bersenjata dengan kaum Yahudi yang dipersenjatai Inggris. Peristiwa ini disusul dengan bentrokan-bentrokan lain dan penangkapan besar-besaran penduduk Palestina oleh Inggris. Pada 23 Agustus 1929 meletuslah perlawanan yang dikenal dengan Revolusi Buraq. Inggris segera mematahkannya, pada 17 Juni 1930, Gubernur Jenderal Inggris di Palestina menghukum gantung 3 pejuang Palestina yang terlibat perlawanan tersebut. Namun hal ini tidak membuat perlawanan kaum Muslimin berhenti, pada 25 Nopember 1935, Izzudin Al-Qassam dengan beberapa rekannya menemui syahadah setelah pertempuran hebat melawan Inggris di Junain.

Selain perlawanan bersenjata, bangsa Palestina pun melawan dengan cara melaksanakan pemogokan menyeluruh di Palestina selama kurang lebih 6 bulan sebagai bentuk protes dipersenjatainya Yahudi oleh Inggris. Tetapi pemogokan ini berhenti setelah adanya campur tangan beberapa pemimpin Arab atas desakan Inggris, teman sepersekongkolan mereka.

Pada 15 Mei 1947 Majelis Umum PBB membentuk Komisi Khusus untuk urusan Palestina. Komisi Khusus ini menyelesaikan tugasnya pada bulan Agustus 1947 dan menghasilkan sejumlah laporan, antara lain berisi pentingnya Yahudi mempunyai satu negara di Palestina dan mengamankan nasib imigran Yahudi yang semakin bertambah. Sedangkan masalah Arab, menurut komisi ini perlu didirikan sebuah negara Arab Palestina merdeka.

Pada 29 Nopember 1947 Majelis Umum PBB mengeluarkan keputusan No. 181 tentang pembagian Palestina berdasarkan hasil penelitian Komisi Khusus untuk urusan Palestina. Sejak 10 Februari 1948 penguasa Inggris mulai mengukur beberapa daerah dan menyerahkan bumi Palestina kepada orang Arab dan Yahudi sebagai pelaksanaan keputusan PBB. Akibat pembagian wilayah tersebut seluruh kaum muslimin Palestina melancarkan demonstrasi dan penolakan serta bantahan terhadap hasil penelitian internasional PBB tersebut. Demonstrasi-demonstrasi serupa dilancarkan di Mesir, Suria, Libanon dan negara-negara Arab lainnya.

Sementara itu, bentrokan-bentrokan keras terus terjadi. Pada bulan Maret 1948 Dewan Keamanan PBB bersidang untuk mempelajari situasi dan menyerukan supaya PBB meletakkan Palestina di bawah perwalian PBB sementara dan menghentikan rencana pembagian Palestina. Tapi, tanggal 15 Mei 1948, Yahudi malah memproklamasikan negara Israel. Sekaligus juga tanda berakhirnya mandat Inggris.

Esoknya, 16 Mei 1948, pasukan Arab (Mesir, Suriah, Iraq, Yordania, dan Libanon) memasuki Palestina, namun tanpa kekuatan dan perlawanan yang berarti, kecuali 10.000 pasukan relawan Organisasi Al-Ikhwan Al-Muslimun yang dikirim pemimpinnya, Hasan Al-Banna untuk membebaskan Palestina. Kehadiran pasukan Al-Ikhwan Al-Muslimun ini bukan hanya menggetarkan Israel, tapi juga menimbulkan kekhawatiran negara-negara Arab. Mereka khawatir, kemenangan dan keperwiraan pasukan Al-Ikhwan Al-Muslimun bukan saja berdampak di Palestina, tapi juga di negara-negara Arab. Mereka tidak mau kehilangan pengaruh di tengah-tengah rakyatnya.

Akhirnya negara-negara Arab berkomplot untuk memusnahkan pasukan Al-Ikhwan Al-Muslimun. Atas desakan Inggris pasukan Al-Ikhwan Al-Muslimun akhirnya ditarik mundur oleh Mesir, selanjutnya para aktivisnya dijebloskan ke penjara dengan tuduhan akan merencanakan kudeta militer.

Perang ini akhirnya dimenangkan Yahudi dan mengakibatkan kekalahan besar bagi bangsa Arab. Akan tetapi perlawanan terhadap Yahudi tidak berhenti dan tidak akan pernah berhenti. Perlawanan tersebut saat ini diantaranya dimotori oleh Harakah Muqawwamah Al-Islamiyah (HAMAS) yang didirikan oleh Syaikh Ahmad Yasin (alm) pada hari Selasa, 15 Desember 1987, yang juga merupakan salah satu sayap organisasi Al-Ikhwan Al-Muslimun di Palestina.

Klaim-klaim Yahudi atas Palestina

Penjajahan Yahudi atas Palestina didasari klaim-klaim serta mitos-mitos relijius dan historis. Secara relijius mereka menganggap bahwa Allah telah menjadikan Palestina sebagai “Tanah yang dijanjikan”. Sedangkan relasi historis mereka dengan Palestina, adalah karena mereka pernah berkuasa, bermukim disana dan punya hubungan psikis dan spiritual dengan negeri ini.

Akan tetapi kaum muslimin tetap konsisten pada pendirian bahwa Yahudi tidak berhak sama sekali atas negeri ini. Alasannya adalah, pertama, dari sudut pandang agama, wilayah ini diberikan pada bangsa Yahudi di saat mereka menjunjung tinggi bendera tauhid dengan penuh konsisten di bawah kepemimpinan para rasul dan pemuka agama mereka. Adapun apabila mereka melenceng dari kebenaran dan berupaya mendistorsinya, bahkan membunuhi para Nabi serta membuat keonaran di muka bumi, hilanglah keabsahan relijius yang mereka klaimkan. Yang berhak atas negeri ini justru adalah kaum Muslimin, karena mereka adalah pewaris panji tauhid. Jadi, persoalannya tidak terkait dengan bangsa, keturunan, dan nasionalisme. Namun erat hubungannya dengan persoalan ikut tidaknya seseorang dengan ajaran tauhid.

Allah memberitahu Ibrahim bahwa keimanan dan kepemimpinannya tidak dapat dipegang oleh mereka yang zalim dari keturunan dan anak cucunya. Karena, sekali lagi, persoalannya terkait dengan konsistensi terhadap manhaj dan ajaran Allah. Kalau persoalannya adalah masalah garis keturunan, maka Bani Israel tidak berhak mengklaim bahwa mereka adalah satu-satunya yang berhak atas kepemimpinan. Pasalnya, Ismail as dan keturunannya pun berhak atas janji yang diberikan pada Ibrahim.

Alasan kedua, menanggapi klaim dari sisi historis, maka sesungguhnya pemerintahan Bani Israel di Palestina sangatlah singkat yang tidak lebih dari 4 abad di sebagian wilayah Palestina dan bukan seluruhnya. Sedangkan pemerintahan Islam berlangsung disana selama 12 abad (636-1917 M) yang sempat dijeda oleh peperangan Salib untuk beberapa masa. Selain itu sebagian besar bangsa Yahudi telah meninggalkan wilayah Palestina, dan terputus kontak mereka dengan negeri ini selama 18 abad (sejak 135 M hinga abad 20), sedangkan penduduk pribumi asli Palestina asli—yang kemudian masuk Islam—belum pernah meninggalkan negeri ini selama 4500 tahun yang lalu hingga tiba waktu pendeportasian besar-besaran yang dilakukan para kriminal Zionis pada tahun 1948 M.

Satu hal lagi, sesungguhnya lebih dari 80% Yahudi di zaman ini tidak jelas hubungannya sama sekali dengan Bani Israel, baik keturunan maupun sejarah. Hal itu karena sebagian besar Yahudi kontemporer adalah bangsa Yahudi Khazar yang berasal dari kabilah Tatar, Turki kuno yang berdiam di wilayah Kokaz dataran tinggi Georgia (selatan Rusia). Mereka berkonversi dengan Yahudi pada abad 8 SM di bawah pimpinan rajanya Bolan.Tahun 740 M saat kerajaan mereka runtuh, tersebarlah mereka ke berbagai penjuru Rusia dan timur Eropa. Mereka kemudian disebut Yahudi Askhenazi. Golongan Yahudi ini adalah penganut sekte sesat Qabalisme. Golongan yang lain adalah Yahudi Sephardim, berasal dari kerajaan Yahuda yang berpegang pada Taurat Musa, saat ini mereka paling menderita akibat berkembangnya gerakan zionis. Mereka akhirnya terusir dari kampung halamannya di berbagai negara Arab. Ketika beremigrasi ke Israel pun mereka menjadi warga negara kelas dua dan mendapat perlakuan diskriminatif dari Yahudi Askhenazi yang menguasai politik dan ekonomi negara.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa apa yang dilakukan oleh Israel pada bangsa Palestina adalah murni tindakan kriminal. Dan tidak pantas bagi kita masyarakat dunia, khususnya kaum muslimin, diam seribu bahasa.

* * * *

Daftar Pustaka

Hakim, Agus. 1989. Perbandingan Agama. Pandangan Islam Mengenai Kepercayaan

Majusi, Shabiah, Yahudi, Kristen, Hindu, Budha, Sikh. Bandung: CV. Dipenogoro

Hafidh, ’Ali. 1998. Beberapa Bagian dari Sejarah Madinah. Jeddah: King Fahd

National Library

Katz & Friends, Prof. Jacob. 1997. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Zionisme.

Surabaya: Pustaka Progressive

Kelompok Studi dan Pencinta Dunia Islam. 1989. Inthifadhah: Gerakan Perlawanan

Islam Palestina. Jakarta

Maulani, Z. A. 2002. Zionisme: Gerakan Menaklukkan Dunia. Jakarta: Daseta

Shaleh, DR. Muhsin Muhammad. 2002. Palestina: Sejarah, Perkembangan, dan

Konspirasi. Jakarta: Gema Insani Press

sumber: http://harakatuna.wordpress.com/2008/09/20/lintasan-sejarah-israel-palestina/