Gadis kecil itu usianya belum genap 6 tahun, saya mendapatinya terduduk di atas sebuah kuburan, sambil terus-menerus berusaha menggali kuburan dengan kedua tangannya, ia berkata dalam tangisannya :
"Kakak, ayo keluarlah dan kita bermain petak umpet lagi..!!"
Sungguh pemandangan yang membuat sedih hati ini, kemudian saya mendekatinya, dan ternyata ada ayahnya sedang mengawasinya di atas kuburan lain, ayahnya diam, hanya air matanya yang deras mengalir dari matanya, ia hanya bisa melihat putrinya melakukan itu semua tanpa dapat menghalanginya.
Saya mencoba bertanya pada ayahnya tentang sebab putrinya melakukan hal itu, lalu sang ayah memberitahu saya sedang air matanya tak henti mengalir dari mata, sepertinya ada sesuatu yang terbakar melanda hatinya.
Ia berkata :
"Pada hari itu, anak laki-lakiku mau keluar rumah, namun adik perempuannya ini menghalanginya kerena ia sangat dekat sekali dengan kakaknya, setiap kali kakaknya ingin keluar rumah ia langsung menangis kencang untuk mencegah kakaknya keluar.
Maka kakaknya pun berusaha membohonginya dan berkata :
"Baiklah, kakak akan sembunyi dan adik tutup mata ya.."
Adiknya setuju, mereka lalu bermain bersama, kemudian adiknya menutup matanya sedang ia bersembunyi, setelah agak lama adiknya menutup mata, ia pun menggunakan kesempatan itu untuk keluar rumah.
Setelah cukup lama, adiknya pun membuka matanya dan mulai mencari kakaknya tapi ia tak mendapatinya.
Selang beberapa saat tiba-tiba telepon berdering dan yang muncul adalah nomer anak laki-laki saya, akupun mengangkatnya ternyata yang aku dengar adalah suara seorang lelaki yang tidak aku kenal disertai suasana yang sangat bising, ia memberitahuku bahwa anak lelakiku telah syahid oleh tembakan sniper pengkhianat.
Di hari berikutnya, kami mengarak jenazahnya sedang putriku ini melihat kakaknya di bawa oleh orang-orang di atas pundak mereka, ia memanggil-manggil kakaknya tapi tak ada jawaban.
Ia pun berkata padaku :
"Ayah, bawalah aku ke tempat kakak.."
Dalam kebingunganku, akupun lantas menjawabnya :
"Iya kamu nanti ayah bawa ke tempat kakakmu bersembunyi, nanti kamu bisa melanjutkan permainanmu.."
"Asyiiiik….aku bisa bermain lagi dengan kakak"
"Iya tapi sekali saja ya nak…"
Saat penguburan kakaknya, putriku pun memejamkan matanya di pangkuanku seraya berbisik padaku :
"Ayah…apakah kakak sudah bersembunyi..?"
Kami telah memasukkannya ke liang lahat, ia telah dikuburkan dengan tanah negeri kami sebagai seorang syahid atas izin Allah, dan kamipun pulang ke rumah.
Mulai hari itulah ia selalu meminta kami untuk datang ke kuburan kakaknya setiap hari, karena ia tahu di tempat itulah kakaknya bersembunyi, selanjutnya ia berkata di situ :
"Hai yang bersembunyi, aku akan menggali, keluarlah…"
Maka selanjutnya adalah sebuah pemandangan yang membakar hatiku, karena ia akan berteriak histeris seperti itu dan berkata padaku :
"Demi Allah ayah…..kenapa kakak tidak keluar-keluar..?"
Sang ayahpun pun menangis tersedu-sedu sampai matanya memerah dan jenggotnya basah.
Akhirnya, akupun meninggalkan keduanya, keluar dari pekuburan dengan air mata menetes dari mata ini, sambil aku mengulang-ulang :
"Laa Haula wa laa Quwwata illaa Billah….Hasbunallahu wa Ni'mal Wakiil…."
------kisah terjemahan oleh : Fairuz ahmad.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar