Muhammad di dalam Al-Kitab (Bible)?
Pada tahun 1975, Ahmed Deedat mengadakan beberapa ceramah dimana dia
mencoba untuk membuktikan keberadaan ramalan (nubuatan) Muhammad yang
dikatakan terdapat di dalam Al-Kitab. Ceramah pertama yang berjudul,
What does the Bible say about Muhammad? adalah mengenai ramalan kitab
Ulangan 18:18 di dalam Perjanjian Lama. Deedat berusaha menunjukkan
bahwa Nabi Musa meramalkam kedatangan Muhammad dengan menggunakan ayat
tersebut. Ceramah keduanya berkaitan dengan ramalan oleh Nabi Isa
mengenai kedatangan Muhammad ketika Nabi Isa berkata kepada
pengikut-pengikut-Nya untuk menanti kedatangan seorang Penghibur yang
menurut Isa akan datang setelah Ia pergi.
Ceramah-ceramah
Deedat adalah contoh bagaimana kaum Muslim berusaha membuat dua ramalan
ini menjadi ramalan akan kedatangan Muhammad. Usaha-usaha yang demikian
timbul oleh karena ayat yang terdapat di dalam Al-Quran, yang mengatakan
bahwa kedatangan Muhammad diramalkan oleh kitab-kitab Yahudi dan
Kristen.
(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang
ummi yang (namanya) mereka temukan tertulis di dalam Taurat dan Injil
yang ada di sisi mereka. (Surah 7:157)
Tidaklah mengherankan
jika kaum Muslim dengan segala upaya berusaha menyelidiki Taurat dan
Injil untuk mencari ramalan yang berkenaan dengan ayat tersebut.
Nampaknya Al-Quran sangat yakin bahwa ramalan ini dapat ditemukan dengan
mudah. Tetapi, ketika kaum Muslim mencoba untuk mencari ramalan-ramalan
seperti ini, mereka terperanjat karena Nabi Isa-lah yang diramalkan dan
bukannya Muhammad. Kelahiran Isa, pelayanan-Nya, perumpamaan,
mujizat-mujizat, penyaliban, kebangkitan, kenaikkan, kedatangan kedua,
keilahian-Nya dan kemuliaan serta keagungan-Nya adalah topik ramalan
kitab-kitab ini. Dengan intensifnya, ramalan-ramalan ini membuktikan
puncak kegemilangan wahyu kebenaran Allah dan kasih-Nya terhadap
manusia. Oleh karena itu, ramalan-ramalan ini tidak membuktikan adanya
kemungkinan terjadi antiklimaks didalam Al-Kitab yang disebabkan oleh
seorang ‘nabi’ yang diperkirakan akan datang. Ketiadaan ramalan seperti
ini mengenai ‘nabi’ itu sangatlah nyata.
Walau bagaimanapun,
berpacu oleh keyakinan terhadap Al-Quran bahwa Al-Kitab memang
meramalkan kedatangan Muhammad, kaum Muslim telah berusaha dengan daya
upaya mencari ramalan tentang hal itu. Kekosongan ramalan-ramalan
seperti ini yang kenyatannya telah mendorong kaum Muslim bergantung
kepada dua ramalan yang telah disebutkan, yaitu satu oleh Nabi Musa dan
satu lagi oleh Nabi Isa.
Kami menganggap bahwa kedua ramalan
ini sangat dipercayai oleh kaum Muslim sebagai bukti-bukti yang paling
kokoh bagi mereka. Dengan demikian, apabila dapat dibuktikan bahwa kedua
ramalan ini tidak merujuk kepada Muhammad atau kenabiannya, maka
seluruh anggapan bahwa Muhammad diramalkan dalam Al-Kitab pasti akan
runtuh dengan sendirinya.
Secara umum harus difahami dan
diterima bahwa untuk menentukan sesuatu, semua bukti yang berkaitan
harus diselidiki dan semua yang tidak berkaitan ditolak. Marilah kita
mulai dengan ramalan pertama.
Musa dan seorang Nabi yang akan datang
Seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka,
seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia
akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya.
(Ulangan 18:18.)
Setiap kali kaum Muslim ingin membuktikan
bahwa Muhammad diramalkan di dalam Taurat, yaitu Perjanjian Lama, mereka
akan selalu merujuk kepada ayat ini sebagai ramalan jelas yang
mendukung tuntutan mereka. Mereka berkata bahwa Nabi yang dijanjikan
oleh Allah kepada Musa adalah Muhammad karena:
Al-Quran
dianggap oleh mereka sebagai firman Allah, dan oleh sebab itu Muhammad
membaca setiap ayat yang diberikan kepadanya, hal ini menunjukkan bahwa
Allah telah menaruh firman-Nya ke dalam mulut Muhammad seperti yang
dikatakan oleh ayat ramalan dalam Taurat ini.
Nabi itu akan bangkit
dari saudara bangsa Israel, yaitu bangsa Ismail karena Israel (Yakub)
dan Ismail adalah anak Ibrahim, dan oleh sebab itu 12 suku kaum
keturunan Ismail adalah saudara dari 12 suku kaum keturunan Israel. Oleh
karena Muhammad seorang saja dari keturunan Ismail yang mengaku diri
sebagai nabi, kaum Muslim berkata bahwa ramalan itu sebenarnya mengenai
Muhammad.
Muhammad adalah seperti Musa dalam banyak hal sehingga menurut kaum Muslim ramalan itu adalah mengenai Muhammad.
Kita akan menyelidiki ramalan ini dengan teliti dan dengan
memperhatikan konteks ramalan yang diberikan tersebut. Hanya dengan cara
demikian dapat kita ketahui hasil tafsiran yang tidak menyimpang.
Setiap guru/pengajar Al-Kitab yang cerdas, mengetahui bahwa tidak ada
penafsiran yang wajar apabila dilihat secara berbeda dari konteks.
Karena itu, sangat penting untuk mengutip seluruh nats yang mengandung
ramalan tersebut. Untuk itu, dua petikan berikut sangatlah penting:
‘Imam-imam orang Lewi, seluruh suku Lewi, janganlah mendapat bagian
milik pusaka bersama-sama orang Israel; dari korban api-apian kepada
TUHAN dan apa yang menjadi milik-Nya harus mereka dapat rezeki.’
(Ulangan 18:1-2).
‘Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari
antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu
oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan. Tepat seperti
yang kamu minta dahulu kepada TUHAN, Allahmu, di gunung Horeb, pada hari
perkumpulan, dengan berkata: Tidak mau aku mendengar suara TUHAN,
Allahku, dan api yang besar ini tidak mau aku melihatnya lagi, supaya
jangan aku mati. Lalu berkatalah TUHAN kepadaku: Apa yang dikatakan
mereka baik; seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara
saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam
mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan
kepadanya. Orang yang tidak mendengarkan segala firman-Ku yang akan
diucap nabi itu demi nama-Ku, dari padanya akan Kutuntut
pertanggungjawaban. Tetapi seorang nabi, yang terlalu berani untuk
mengucapkan demi nama-Ku perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk
dikatakan olehnya, atau yang berkata demikian demi nama allah lain, nabi
itu harus mati.’ (Ulangan 18:15-20).
Marilah kita menyelidiki ketiga perkara yang dianggap menjadi bukti bahwa ramalan ini adalah mengenai Muhammad.
1. Firman Allah di dalam mulut nabi
Kaum Kristen memang tidak percaya bahwa Al-Quran adalah firman Allah.
Tetapi demi untuk berbicara masalah ini, kami mengatakan ‘seumpamanya’
bahwa Allah benar-benar menaruh firman-Nya ke dalam mulut Muhammad. Hal
ini semata-mata agar kita dapat menyelidiki bersama-sama adanya ‘firman
di dalam mulut Muhammad’ dapat digunakan sebagai bukti kuat bahwa
Muhammad adalah nabi yang diramalkan dalam Ulangan 18:18.
Pada
pandangan kami, sebutan ‘Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya’
tidak dapat digunakan untuk menentukan siapakah nabi itu. Kalimat ini
adalah benar bagi semua nabi, karena Allah telah menaruh firman-Nya ke
dalam mulut mereka semua. Allah berkata kepada nabi Yeremia:
‘Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu.’ (Yeremia 1:9).
Terlebih lagi, kita baca di Ulangan 18:18 bahwa Nabi yang datang
sesudah Musa akan ‘mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan
kepadanya’. Sekarang kita baca bahwa Isa pada satu ketika berkata kepada
pengikut-pengikut-Nya:
‘Sebab Aku berkata-kata bukan dari
diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang
memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku
sampaikan. Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu adalah hidup yang kekal.
Jadi apa yang Aku katakan, Aku menyampaikannya sebagaimana yang
difirmankan oleh Bapa kepada-Ku.’ (Injil Yohanes 12:49-50).
Satu lagi contoh mengenai sebutan yang sama ditemui di dalam doa Isa
pada malam terakhir dia bersama pengikut-pengikut-Nya. Dia berdoa:
‘Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah Kusampaikan kepada mereka.’ (Injil Yohanes 17:8).
Jadi tidak dapat kita tentukan identitas nabi yang disebut dalam
Ulangan 18:18 dengan menggunakan firman Allah yang dimasukkan ke dalam
mulutnya. Oleh karena itu, nabi yang diramalkan harus ditentukan dengan
cara-cara lain.
2. Nabi dari kalangan suadara-saudara mereka
Kaum Muslim menyatakan bahwa ‘saudara mereka’ dalam Ulangan 18:18
bermaksud saudara kepada kaum Israel, yaitu kaum Ismail. Dalam kasus
ini, kita harus mempertimbangkan ayat-ayat lain yang terdapat di dalam
pasal dimana ramalan itu berada.
Allah berfirman, ‘Seorang nabi
akan Ku bangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka.’ Siapakah
yang Allah maksudkan apabila Dia berfirman ‘mereka’? Kita mendapat
jawabannya apabila kita melihat kepada dua ayat di awal pasal ini.
‘Imam-imam orang Lewi, seluruh suku Lewi, janganlah mendapat bagian
milik pusaka bersama-sama orang Israel….Janganlah ia mempunyai milik
pusaka di tengah-tengah saudara-saudaranya.’ (Ulangan 18:1-2).
Dari 2 ayat ini, sangatlah jelas bahwa ‘mereka’ maksudnya adalah suku
Lewi, dan ‘saudara mereka’ maksudnya adalah sebelas suku-suku Israel
yang lain. Hal ini merupakan kenyataan yang tidak dapat dibantah lagi.
Tidak ada tafsiran dari Ulangan 18:18 yang jujur dapat menerima kaum
lain kecuali hanya suku Lewi dan suku-suku Israel yang lain. Mari kita
menyelidiki dengan teliti tafsiran yang benar mengenai
‘saudara-saudaranya’ yang tercatat dalam Ulangan 18:1-2. Kita baca:
‘…seluruh suku Lewi, janganlah mendapat bagian milik pusaka
bersama-sama orang ISRAEL….Janganlah ia mempunyai milik pusaka di
tengah-tengah SAUDARA-SAUDARANYA.’
Oleh karena itu, tafsiran
Ulangan 18:18 yang benar adalah: ‘Seorang nabi akan Kubangkitkan bagi
mereka (yaitu suku kaum Lewi) dari antara saudara mereka (yaitu
suku-suku Israel yang lain)’. Memang, Perjanjian Lama penuh dengan
sebutan ‘saudara mereka’ yang bermaksud suku-suku Israel yang lain.
Sebagai contoh:
‘Tetapi bani Benjamin tidak mau mendengarkan perkataan saudara-saudaranya, orang Israel itu’. (Hakim-hakim 20:13).
Dalam ayat ini. ‘saudara-saudaranya’ adalah suku-suku Israel yang lain,
yang beda dengan bani Benjamin. Di dalam Ulangan 18:18, maka ‘saudara
mereka’ dengan jelas, bermaksud suku-suku Israel yang lain. Sekali lagi,
menurut Bilangan 8:26, suku Lewi diperintahkan agar membantu
‘saudara-saudaranya’ yang merupakan suku-suku bani Israel lainnya.
(lihat juga Hakim-hakim 21:22, 2 Samuel 2:26, 2 Raja-raja 23:9, 1
Tawarikh 12:32, 2 Tawarikh 28:15 dan lain-lain).
Memang, di
Ulangan 17:15 kita baca bahwa Musa pada satu ketika berkata kepada kaum
Israel ‘Dari tengah-tengah saudara-saudaramu haruslah engkau mengangkat
seorang raja atasmu; seorang asing yang bukan saudaramu tidaklah boleh
kau angkat atasmu’. Cuma seorang Israel saja yang boleh diangkat sebagai
raja kepada Israel – ‘dari tengah-tengah saudara-saudaramu’ – orang
asing tidak diperbolehkan, pada saat itu bersama mereka ada kaum Ismail,
suku Edom dan lainnya, namun yang boleh diangkat sebagai raja Israel
hanya dia yang adalah ‘saudara mereka’, yaitu seorang daripada bani-bani
Israel.
Sekarang kita mempunyai dalil mutlak yang
menghilangkan anggapan bahwa Muhammad diramalkan dalam Ulangan 18:18.
Muhammad adalah keturunan Ismail dan oleh karena itu, dengan sendirinya
tidak layak sebagai calon nabi yang diramalkan mengikuti ayat tersebut.
Nabi itu memang akan datang dari salah satu bani-bani Israel, selain
suku Lewi. Allah berkata bahwa Dia akan membangkitkan seorang nabi
seperti Musa bagi suku Lewi dari antara ‘saudara mereka’, yaitu dari
salah satu bani-bani Israel yang lain. Oleh karena tujuan kita adalah
untuk membuktikan bahwa Isa adalah nabi yang diramalkan oleh ayat itu,
sekarang saat yang baik untuk menjelaskan bahwa Isa adalah dari
keturunan bani Yehuda (Injil Matius 1:2, Ibrani 7:14). Oleh karena itu,
dia memenuhi syarat menjadi calon nabi yang akan dibangkitkan dari
antara saudara suku Lewi.
3. Nabi seperti Musa
Pendapat Islam pada umumnya penuh dengan perbandingan di antara Musa dan
Muhammad di mana bukti-bukti menunjukkan persamaan di antara mereka
dikemukakan. Pendapat umum ini juga mengemukakan perbedaan di antara Isa
dan Musa di mana penulis mencoba menolak Isa sebagai calon nabi yang
diramalkan dalam Ulangan 18:18.
Dalam buku What does the Bible
say about Muhammad, Deedat mengemukakan beberapa persamaan diantara Musa
dan Muhammad, di mana dia mengatakan tidak terdapat diantara Musa dan
Isa. Hampir tidak memiliki arti dan hanya menunjukkan keunggulan Isa
daripada kaum manusia. Sebagai contoh, Deedat berkata bahwa Musa dan
Muhammad dilahirkan secara biasa dan dikebumikan setelah meninggal,
malah Isa dilahirkan oleh anak-dara, tiada bapa, dinaikkan ke syurga
(Deedat, What the Bible Says About Muhammad, hal.7, 12). Memang semua
manusia mempunyai ibu bapa dan menjadi abu setelah meninggal. Deedat
hanya mengemukakan fakta-fakta bagaimana Isa lebih unik daripada
manusia. Cara ini tidak dapat digunakan untuk mengenali nabi yang Musa
ramalkan menurut ayat Ulangan 18:18.
Di dalam pendapat umum
itu, kadang-kala kami mendapati kesamaan di antara Musa dan Muhammad
yang lebih kuat dan menonjol, yang memang perlu dianalisa secara lebih
mendalam. Tiga contoh kesamaannya adalah seperti berikut:
Musa dan Muhammad adalah pembawa hukum Allah, pemimpin pasukan perang, pimpinan rohani dan bangsa mereka.
Musa dan Muhammad pada mulanya, ditolak oleh umat mereka, tersingkirkan
dari umat mereka oleh tindakan pimpinan agama dan bangsanya, tetapi
kembali kepada mereka setelah beberapa tahun untuk menjadi pimpinan
urusan agama dan bangsa mereka.
Musa dan Muhammad berhasil membuka
kesempatan menawan tanah Palestin setelah kematian mereka, melalui
pengikut-pengikut mereka, masing-masing Yosua dan Umar.
Pada saat
yang sama, pendapat umum buku itu mengatakan bahwa Isa dan Musa sangat
berbeda menurut kepercayaan kaum Kristen. Oleh sebab itu Isa bukanlah
nabi yang diramalkan. Perbedaan-perbedaan yang dikemukakan adalah
seperti berikut:
Musa hanyalah seorang nabi tetapi menurut kepercayaan kaum Kristen, Isa adalah Anak Allah.
Musa meninggal secara biasa tetapi Isa mati dengan cara kekerasan.
Musa adalah pemimpin bangsa Israel tetapi Isa tidak pernah memerintah semasa pelayananNya diatas Bumi.
Karena ini terpaksa kami bertanya: adakah persamaan dan perbedaan
begini membuktikan dengan jelas bahwa Muhammad adalah nabi yang
diramalkan oleh Musa dalam Ulangan 18:18? tentu tidak. Pertama,
perbedaan di antara Musa dan Isa yang dikemukakan tidak penting.
Al-Kitab selalu memanggil Isa sebagai nabi dan Anak Allah (Injil Matius
13:57, 21:11, Injil Yohanes 4:44) dan fakta Isa mati disalibkan tidak
berkaitan dengan masalah tersebut. Banyak nabi yang dibunuh oleh bangsa
Yahudi karena kesaksian mereka, dan kebenaran fakta ini mendapatkan
dukungan baik dari Al-Kitab maupun Al-Quran (Injil Matius 23:31, Surah
2:91). Lebih-lebih lagi, Al-Kitab mengatakan bahwa Umat Kristen telah
menggantikan negara Israel sebagai bangsa kesayangan Allah. Oleh sebab
itu, dapat dilihat juga bahwa Musa memimpin umatnya pada jaman dulu,
jadi Isa sekarang memimpin Umat Allah dari tahkta-Nya di syurga. Dalam
kasus ini, Isa adalah seperti Musa.
Kedua, apabila kami
membalikkan perbandingan seperti ini, kami juga dapat menunjukkan
persamaan di antara Musa dan Isa di mana Muhammad dibedakan dengan
mereka. Sebagai contoh:
Musa dan Isa adalah bangsa keturunan
Israel (Yakub), sedangkan Muhammad adalah berbangsa keturunan Ismail.
(Ini adalah faktor utama yang menentukan identitas nabi yang diramalkan
oleh Musa.)
Musa dan Isa pergi ke Mesir, sedangkan Muhammad tidak
pernah ke Mesir. Kita baca mengenai Musa: ‘Karena iman maka ia telah
meninggalkan Mesir’ (Ibrani 11:27). Mengenai Isa kita baca: ‘Dari Mesir
Kupanggil Anak-Ku.’ (Injil Matius 2:15).
Musa dan Isa menolak
kekayaan dan berbagi kemiskinan dengan umat mereka sedangkan Muhammad
tidak melakukan hal itu. Kita baca mengenai Musa: ‘Ia menganggap
penghinaan karena Al-Masih(Kristus) sebagai kekayaan yang lebih besar
dari pada semua harta Mesir’ dan ‘karena ia lebih suka menderita
sengsara dengan umat Allah,’ (Ibrani 11:25-26). Mengenai Isa kita baca:
‘Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Isa Al-Masih(Yesus
Kristus), bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia
kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.’ (2 Korintus
8:9).
Jadi kitapun ada persamaan di antara Musa dan Isa yang
menunjukkan adanya perbedaan yang dangat jelas dengan Muhammad. Ini
menunjukkan betapa lemahnya cara kaum Muslim membandingkan Musa dengan
Muhammad (sambil membedakan Isa dengan mereka), karana cara perbandingan
ini harus dapat dilakukan dua arah.
Al-Quran sendiri menyangkal persamaan di antara Musa dan Muhammad!
Tiada diberikan kepadanya (Muhammad) seperti yang telah diberikan kepada Musa dahulu. (Surah 28:48).
Jadi bagaimana kita dapat mengenali Muhammad sebbagai nabi yang diramalkan dalam Ulangan 18:18 itu?
Oleh karena banyak nabi yang telah berlalu, bagi kita masuk akal untuk
meneliti lebih jauh mengenai nabi ini, yang mempunyai sifat-sifat
seperti nabi Musa dalam cara tertentu yang unik, berbeda dengan
nabi-nabi lainnya. Memang jelas bahwa nabi itu akan seperti Musa dengan
cara yang unik dan luar biasa. Sesungguhnya memang Allah akan memberi
tanda-tanda yang jelas membedakan nabi ini dengan nabi-nabi lainnya
menurut firman-Nya.
‘Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari
antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu
oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan. Tepat seperti
yang kamu minta dahulu kepada Tuhan, Allahmu, di gunung Horeb, pada hari
perkumpulan dengan berkata: Tidak mau aku mendengar lagi suara TUHAN,
Allahku, dan api yang besar ini tidak mau aku melihatnya lagi, supaya
jangan aku mati.’ (Ulangan 18:15-16).
Nabi itu akan
dibangkitkan sebagaimana Allah telah membangkitkan Musa, yaitu sebagai
sorang perantara perjanjian yang Allah berikan di Horeb. Kaum Israel
merayu kepada Musa supaya dia menjadi orang perantara bagi mereka dengan
Allah karana mereka tidak ingin mendengar suara Allah dengan melihat
wajah-Nya. Allah berkata ‘Apa yang dikatakan mereka itu baik’ (Ulangan
18:17). Lalu Allah mengankat Musa sebagai sorang perantara
perjanjian-Nya dengan kaum Israel. Kita harus juga mempertimbangkan
bahwa Allah berbicara kepada Musa dengan cara yang khusus seperti yang
tertulis dalam Al-Kitab:
‘Dan TUHAN berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya.’ (Keluaran 33:11).
Al-Quran juga mengatakan bahwa Allah berbicara terus kepada Musa dengan
cara yang berbeda dengan nabi-nabi yang lainnya (Surah 4:164). Terlebih
lagi, untuk mensahkan Musa sebagai orang perantara dalam tugas yang
penting ini, Allah telah membuat tanda-tanda dan mujizat-mujizat di
hadapan kaum Israel melalui Musa. Sebab Allah telah berjanji bahwa nabi
yang akan datang akan seperti Musa dalam tugas peratara perjanjian, jadi
sifat-sifat nabi itu haruslah berdasarkan:
Nabi itu akan menjadi sorang perantara di antara Allah dengan umat-Nya.
Nabi itu akan mengenali wajah Allah.
Tugasnya akan dikukuhkan dengan kehadiran tanda-tanda ajaib dan mujizat-mujizat dengan kuasa Allah, di hadapan kaum Israel.
Sifat-sifat seprti ini memang menjadi dasar dalam ayat penutup kitab Ulangan:
Seperti Musa yang dikenal TUHAN dengan berhadapan muka, tidak ada lagi
nabi yang bangkit di antara orang Israel, dalam hal segala tanda dan
mujizat, yang dilakukannya atas perintah TUHAN di tanah Mesir terhadap
Firaun dan terhadap semua pegawainya dan seluruh negerinya, dan dalam
hal segala perbuatan kekuasaan dan segala kedashyatan yang besar yang
dilakukan Musa didepan seluruh orang Israel. (Ulangan 34:10-12).
Tiga sifat Musa sebagai nabi memang jelas disebut: dia adalah orang
perantara Allah dengan Israel, dia mengenal wajah Tuhan, dan dia membuat
tanda dan mujizat yang dahsyat. Nabi yang akan datang harus mempunyai
sifat-sifat Musa seperti ini. Adakah Muhammad mempunyai sifat-sifat yang
luar biasa seperti ini?
Pertama, Allah berbicara dengan
bertatap muka kepada Musa supaya dia menjadi sorang perantara Allah dan
umat-Nya Israel. Sedangkan Al-Quran dikatakan diturunkan oleh malaikat
Jibril kepada Muhammad dan tidak pernah Allah bertatap muka dengan
Muhammad, sebagaimana yang diakui kaum Muslim. Muhammad juga tidak
menjadi sorang perantara perjanjian di antara Allah dengan umat-Nya,
yaitu kaum Israel.
Kedua, Muhammad tidak melakukan tanda-tanda
atau mujizat. Walaupun Hadis mencatat beberapa mujizat yang beraneka
ragam, semua ini adalah DONGENG, karena Al-Quran mengatakan dengan jelas
bahwa Muhammad TIDAK MELAKUKAN SUATU TANDA APAPUN. Dalam Surah 6:37,
apabila musuh Muhammad berkata ‘Mengapa tidak diturunkan kepadanya
(Muhammad) suatu mu’jizat dari Tuhannya?’ Muhammad cuma menjawab bahwa
Allah akan membuatnya jika Dia ingin tetapi Allah masih belum
melakukannya. Dalam Surah yang sama kita baca bahwa Muhammad berkata,
‘Bukanlah wewenangku (untuk menurunkan azab) yang kamu tuntut untuk
disegerakan kedatangannya,’ (Surah 6:57) yang bermaksud tanda-tanda dan
mujizat-mujizat seperti yang Musa lakukan. Muhammad terus berkata bahwa
jika dia mempunyai tanda-tanda itu, perseteruan di antara dia dengan
musuhnya seharus telah selesai sejak awal.
Sekali lagi dalam
surah yang sama, musuh Muhammad berkata bahwa mereka akan bertaubat
sekiranya tanda-tanda datang dari Allah, tetapi Muhammad hanya menjawab
bahwa Allah tidak berbuat begitu karena mereka tidak akan percaya juga
(seperti orang Yahudi tidak percaya mengenai Isa – Injil Yohanes 12:37).
Lebih-lebih lagi, Al-Quran juga mencatatkan bahwa musuh-musuh Muhammad
yang berada di Mekah pernah berkata kepadanya:
‘Mengapakah tidak diberikan kepadanya (Muhammad) seperti yang telah diberikan kepada Musa dahulu?’ (Surah 28:48).
Jawaban Al-Quran masih sama – mereka menolak tanda-tanda yang Musa
lakukan, jadi kenapa mereka mengharapkan Muhammad melakukan tanda-tanda?
Walau bagaimanapun, menurut ramalan pada Ulangan 18:18, ini adalah satu
perkara yang tajam dan penting karana dengan jelas akan membedakan Musa
dan Muhammad dalam perihal tanda-tanda dan mujizat. Jadi bagaimanakah
Muhammad dapat dikatakan sebagai nabi yang diramalkan pada Ulangan 18:18
sekiranya dia tidak diberi kuasa untuk melakukan suatu tanda-tanda dan
mujizat seperti yang dilakukan oleh Musa? Oleh karena itu, Muhammad pada
dasarnya bukan seperti Musa di dalam salah satu sifat-sifat penting
yang seharusnya ada. Al-Quran juga mempunyai kesaksiannya sendiri
mengenai perkara ini.
Jadi kita dapat lihat bahwa Muhammad
bukan sorang perantara di antara Allah dengan manusia, tidak dapat
melakukan suatu tanda dan mujizat untuk membuktikan dirinya. Ulangan
34:11 mewajibkan nabi yang diramalkan itu melakukan tanda-tanda dan
mujizat seperti yang dilakukan oleh Musa, oleh karana Muhammad tidak
melakukannya, terdapat sanggahan kedua yang secara fatal membantah
Muhammad sebagai nabi yang diramalkan oleh Ulangan 18:18. Sebagai
kesimpulan, apapun juga bukti yang kaum Muslim keluarkan sebagai
dukungan pada anggapan mereka, bukti yang benar-benar penting dan
berkaitan telah menolak anggapan bahwa Muhammad sebagai nabi yang
diramalkan oleh Musa.
4. Isa – Nabi seperti Musa
Sekarang mari kita pertimbangkan, adakah Isa nabi yang diramalkan oleh
Musa. Kita mulai dengan menjawab beberapa bantahan yang dikemukakan oleh
kaum Muslim. Pertama, sekiranya Isa adalah Al-Masih, kaum Muslim
berkata bahwa dia bukan nabi yang Musa ramalkan karena orang Yahudi
membedakan antara Elia, Al-Masih dan nabi yang diramalkan itu (Injil
Yohanes 1:19-21). Pembahasan dimulai dengan menyatakan bahwa kaum
Kristen percaya dengan Yohanes Pembaptis yang telah datang dalam Roh
Elia, Isa adalah Al-Masih dan oleh itu, Muhammadlah nabi yang
disebutkan. Kami telah menunjukkan bahwa hal itu mustahil bagi Muhammad
untuk menjadi sebagai nabi itu. Walau bagaimanapun, tidak ada hal mutlak
yang dapat di terjemahkan dari kabar angin orang Yahudi itu. Mereka
pernah berkata mengenai Isa: ‘Dia ini benar-benar nabi yang akan datang’
(Injil Yohanes 7:40). Pada suatu saat yang lain mereka berkata mengenai
Isa sebagai ‘salah seorang dari para nabi’ (Injil Matius 16:14), dan
satu ketika sebagai ‘seorang nabi’ (Injil Markus 6:15) dan lebih dari
itu, memanggilnya sebagai kedua-duanya, Elia (Injil Markus 6:15) dan
Yohanes Pembaptis (Injil Matius 16:14).
Perlu dijelaskan bahwa
Al-Kitab tidak menyebutkan bahwa Elia, Al-Masih dan nabi itu akan datang
mengikut susunan seperti ini. Pertanyaan yang dikemukakan oleh orang
Yahudi kepada Yohanes, apakah dia Elia, Al-Masih atau nabi itu, cuma
mengungkapkan harapan mereka mengenai sesosok orang penting yang akan
datang. Oleh karana kekeliruan mereka, kita tidak boleh berat sebelah
tentang perbedaan yang mereka buat mengenai Al-Masih dan nabi itu.
Perhatikan bahwa ramalan mengenai nabi itu di telah ditulis terlebih
dahulu di dalam Perjanjian Lama (nabi itu dijanjikan oleh Musa) sebelum
ramalan mengenai Al-Masih oleh para nabi lain, dan diakhiri dengan
ramalan mengenai Elia (Maleakhi 4:5). Dan juga ramalan-ramalan itu tidak
membedakan nabi itu dengan Al-Masih. Malah, orang Yahudi juga, dalam
satu nafas pernah menggelar Isa sebagai nabi dan Al-Masih (Injil Yohanes
7:40-41).
Satu lagi bantahan yang sering digunakan oleh kaum
Muslim adalah orang Yahudi telah membunuh Isa dan merujuk firman Allah
di Ulangan 18:20, hanya orang yang mengatakan dirinya sebagai nabi tanpa
perintah Allah harus mati. Akan tetapi setiap nabi telah mati, dan
kebanyakan mereka mati dengan dashyat sebagaimana dikatakan oleh
Al-Quran dan Al-Kitab, sehingga kematian seorang nabi tidak dapat
digunakan sebagai bukti menentang keilahian misinya. Allah pada dasarnya
tidak bermaksud kalau setiap nabi benar tidak akan mati! Apa yang Allah
maksudkan adalah semua nabi palsu harus dibunuh dan akan mati
selamanya. Kita akan tahu mengenai semua nabi palsu yang telah lalu pada
hari kiamat kelak.
Apa yang menjadi tumpuan perhatian kita
adalah Allah telah berjanji yang Dia akan membangkitkan seorang nabi
seperti Musa yang akan menjadi seorang pengantara perjanjian yang baru,
dan tanda-tanda akan menyertai perjanjian ini dan membuktikan asal
sorgawinya. Al-Kitab yang mengandung ramalan ini mengenai nabi itu
menetapkan dengan jelas bahwa Isa adalah nabi yang dimaksud. Rasul
Petrus berkata bahwa Allah telah meramalkan kedatangan Isa melalui semua
nabi, merujuk dengan khusus kepada Ulangan 18:18 sebagai bukti yang
mana Musa telah meramalkannya (Kisah Para Rasul 3:22). Isa sendiri
berkata mengenai Musa, ‘ia telah menulis tentang Aku’ (Injil Yohanes
5:46). Sangat sulit untuk kita mencari dalam keseluruhan dari lima kitab
Musa, ramalan yang begitu nyata mengenai kedatangan Isa melainkan
ramalan tersebut. Petrus memilih Ulangan 18:18 dari pada tulisan Musa
yang lainnya, sebagai satu ramalan yang jelas mengenai kedatangan Isa
Al-Masih.
Juga dalam Kisah Para Rasul 7:37, Stefanus merujuk
kepada Ulangan 18:18 sebagai bukti bahwa Musa adalah seorang dari mereka
yang ‘memberitakan tentang kedatangan Orang Benar’, yaitu Isa, orang
yang kaum Yahudi khianati dan salibkan.
Setelah menjadi saksi
akan tanda-tanda yang Isa lakukan dan setelah mengambil bagian dalam
Perjanjian Baru di mana Isa telah bertemu muka dengan Allah dan menjadi
seorang pengantara dengan Allah dan umat-Nya, kaum Kristen awal tahu
bahwa Isa adalah nabi yang diramalkan dalam Ulangan 18:18. Mereka juga
tahu bahwa ramalan mengenai nabi seperti Musa, telah ditambahkan dengan
janji Allah kepada nabi Yeremia bahwa Dia akan mengantarakan Perjanjian
Baru pada masa yang akan datang diantara Allah dengan umat-Nya. Mengenai
Perjanjian Baru ini, Allah dengan jelas membedakannya dengan Perjanjian
Lama yang Allah telah buat dengan Musa. Jadi memang nyata bahwa seorang
yang akan menjadi pengantara adalah seorang nabi yang kedatangannya
telah Musa ramalkan.
Allah berkata : ‘Sesungguhnya, akan datang
waktunya, demikianlah firman TUHAN, Aku akan mengadakan perjanjian baru
dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, bukan seperti perjanjian yang telah
Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan
mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir; perjanjian-Ku itu
telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa atas
mereka, demikianlah firman TUHAN. Tetapi beginilah perjanjian Kuadakan
dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan
menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati
mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi
umat-Ku. Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar
saudaranya dengan mengatakan: Kenalah TUHAN! Sebab mereka semua, besar
kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan
mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka.’
(Yeremia 31: 31-34).
‘Aku akan mengadakan perjanjian baru’,
Allah berfirman, dengan itu menetapkan janji-Nya dalam Ulangan 18:18
bahwa seorang nabi seperti Musa akan datang untuk menjadi seorang
perantara di antara Allah dengan umat-Nya. Perjanjian baru itu
dibandingkan dengan perjanjian yang Allah buat dengan Musa. Perjanjian
baru tidak sama dengan perjanjian yang diberikan kepada Musa tetapi nabi
yang akan menyampaikan perjanjian baru itu akan seperti Musa. Karena
itu jelaslah bahwa kedatangan nabi yang diramalkan dalam Ulangan 18:18
adalah nabi sebagai seorang pengantara perjanjian baru di antara Allah
dengan umat-Nya. Kita baca mengenai Isa: ‘Karena itu Ia adalah
Pengantara dari suatu perjanjian yang baru’ (Ibrani 9:15). Untuk
meneguhkan perjanjian pertama kita baca bahwa:
Kemudian Musa
mengambil darah itu dan menyiramkannya pada bangsa itu serta berkata:
‘Inilah darah perjanjian yang diadakan TUHAN dengan kamu, berdasarkan
segala firman ini.’ (Keluaran 24:8).
Seperti perjanjian pertama
yang disahkan oleh darah korban binatang, maka nabi itu akan buat
seperti Musa dan juga akan mensahkan perjanjian baru Allah dengan darah.
Isa lalu berkata:
‘Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku’ (1 Korintus 11:25).
Janji Allah mengenai kedatangan seorang nabi seperti Musa yang akan
menjadi perantara perjanjian baru adalah satu berkat yang besar pada
zaman sebelum Isa. Walaupun Allah mengantarakan perjanjian lama melalui
Musa, api membara yang dilihat oleh kaum Israel, bersama dengan angin
ribut dan tanda-tanda, membuat mereka ‘memohon, supaya jangan lagi
berbicara kepada mereka, sebab mereka tidak tahan mendengar perintah
ini,’ (Ibrani 12:19-20). Mereka semua mengingkari perjanjian (Yeremia
31:31) dan mati di kawasan belantara seperti lalat (1 Korintus 10:5).
Mereka gagal menerima kehidupan yang dijanjikan kepada mereka yang
berpegang kepada perjanjian lama.
Oleh sebab itu Allah berjanji
kepada pewaris benih mereka, bahwa Dia akan membangkitkan seorang nabi
seperti Musa dan akan mengantarakan perjanjian baru melaluinya di mana
umat Allah akan berpegang kepadanya dan mendapat janji berkat, yaitu
pengetahuan yang benar mengenai Allah, pengampunan dosa, kesanggupan
berpegang pada hukum Allah, dan kurnia Allah (Yeremia 31:33-34).
Tidak seperti kaum Israel di bawah Perjanjian Lama yang keluar dari
jalan Allah, umat Allah melalui Perjanjian Baru ini adalah ‘jemaat
anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah,
yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang
telah menjadi sempurna, dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru,
dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah
Habel’ (Ibrani 12:23-24). Isa-lah yang membawa perjanjian ini.
Karenanya Isa adalah nabi seperti Musa yang dijanjikan, karena Isa
mengantarakan perjanjian baru di antara Allah dan umat-Nya. Seperti Musa
(dan dengan cara yang lebih unggul dibandingkan nabi-nabi lain), Isa
mengenali muka Allah dan menjadi pengantara diantara Allah dan umat-Nya.
‘Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus
Aku,’ kata Isa (Injil Yohanes 7:29). Sekali lagi Isa katakan: ‘tidak
seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu
berkenan menyatakan,’ (Injil Matius 11:27). Sekali lagi Isa berkata:
‘Hanya dia yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa,’
(Injil Yohanes 6:46). Apakah bukti lanjut yang menunjukkan bahwa Isa
mengenali muka Allah dan adalah orang pengantara diantara Allah dan
umat-Nya selain daripada ayat ini: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan
hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui
Aku….Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa.’ (Injil
Yohanes 14:6,9).
Ketika Musa berhadapan dengan Allah. ‘tidaklah
ia tahu, bahwa kulit wajahnya bercahaya oleh karena ia telah berbicara
dengan TUHAN’ (Keluaran 34:29-30). Semasa Isa di atas gunung, dia
menunjukkan image Allah : ‘wajah-Nya bercahaya seperti matahari’ (Injil
Matius 17:2). Tidak ada nabi lain yang dapat buat seperti ini – tidak
ada siapapun juga yang dapat bercakap-cakap dengan Allah dengan cara
bertatap muka, sehingga wajahnya bercahaya.
Bukan saja Isa
menjadi pengantara perjanjian baru ini seperti Musa dengan bertemu muka
Allah, Dia juga melakukan tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang hebat
untuk membuktikan kerja pengantara-Nya. Salah satu tanda hebat yang Musa
lakukan adalah mengendalikan laut: ‘Lalu Musa mengulurkan tangannya ke
atas laut, dan semalam-malaman itu TUHAN menguakkan air laut dengan
perantaraan angin, timur yang keras’ (Keluaran 14:21). Walaupun nabi
lain mempunyai kuasa ke atas sungai (Yosua 3:13, 2 Raja-raja 2:14),
namun tidak ada nabi lain yang seperti Musa, mengendalikan laut, hingga
Isa datang. Kita baca mengenai sebutan pengikut-pengikut-Nya ‘Orang
apakah Dia ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?’ (Injil
Matius 8:27). Dia menghentikan badai yang merajalela di lautan Galilea
dengan berkata: ‘Diam! Tenanglah!’ (Injil Markus 4:39).
Satu
lagi tanda hebat yang Musa lakukan adalah memberi makanan kepada kaum
Israel dengan roti dari syurga. Ketika kaum Israel melihat Isa melakukan
mujizat yang seperti ini dengan memberi makan kepada lebih kurang lima
ribu orang dengan beberapa potong roti saja, mereka yakin bahwa dialah
nabi yang dijanjikan itu.
Ketika orang-orang itu melihat
mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: ‘Dia ini adalah
benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia.’ (Injil Yohanes 6:14).
Saat mereka melihat tanda itu, mereka berkata ‘Inilah nabi itu.’ Mereka
mengetahui dengan jelas bahwa nabi yang dijanjikan akan dikenali dengan
tanda-tanda yang dilakukan-Nya, sebagaimana yang Musa lakukan. Sewaktu
Isa enggan mengulangi tanda tersebut, kaum Israel mengingatkan bahwa
Musa melakukan tanda itu selama 40 tahun tanpa berhenti. Dengan merujuk
kepada tanda Musa, mereka bertanya kepada Isa, ‘Tanda apakah yang Engkau
perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu?’ (Injil
Yohanes 6:30). Isa menjawab:
‘Akulah roti hidup. Nenek moyangmu
makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang
turun dari syurga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati.
Akulah roti hidup yang telah turun dari syurga. Jikalau seorang makan
dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Ku berikan
itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.’ (Injil
Yohanes 6:48-51).
Didalam setiap cara, Isa menunjukkan bahwa
Dia adalah nabi itu, yaitu seorang perantara perjanjian seperti Musa –
seorang yang mengenal wajah Allah – seorang yang melakukan tanda-tanda
mujizat seperti Musa. Kaum Israel berkata dengan tepat saat mereka
berkata mengenai Isa ‘Dia ini benar-benar nabi yang akan datang.’ (Injil
Yohanes 7:40).
Jadi terbuktilah bahwa Muhammad tidak
diramalkan oleh Ulangan 18:18 tetapi nabi Isa-lah yang diramalkan. Jika
Muhammad tidak diramalkan dalam Perjanjian Lama, tentu sekali dia tidak
diramalkan dalam Perjanjian Baru.
Isa Al-Masih adalah
puncak/kegenapan semua ramalan(nubuat) yang diwahyukan di dalam
Kitab-kitab Allah. Semua perjanjian, wahyu dan berkat Allah ada pada-Nya
– yang merupakan puncak kasih sayang dan kemurahan Allah terhadap
manusia.
Sebab Al-Masih(Kristus) adalah ‘ya’ bagi semua janji
Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan ‘Amin’ untuk memuliakan
Allah. (2 Korintus 1:20).
Kita akan melihat dengan jelas sekali
bahwa di dalam Taurat dan Injil, hanya ada seorang Penyelamat, seorang
saja di mana kasih Allah ditemukan. Walaupun banyak nabi pada zaman
dahulu – yang benar dan yang palsu – tetapi hanya ada seorang Tuhan dan
Penyelamat, yaitu Isa Al-Masih. Allah ingin menekankan kebenaran ini
kepada semua manusia supaya mereka bertaubat dan mengikut Isa Al-Masih
ke dalam Kerajaan Syurga.
Barang siapa yang tidak percaya
kepada firman-Nya maupun tidak percaya akan Dia dengan seluruh hati,
maka tunggulah akan ‘penghakiman dan api yang dashyat’ (Ibrani 10:27)
apabila Allah memenuhi peringatan-Nya pada Ulangan 18:19 dengan membuang
keluar mereka yang tidak percaya kepada Penyelamat, dari hadapan-Nya
untuk selama-lamanya.
‘Percayalah kepada Tuhan Isa
Al-Masih(Yesus Kristus) dan engkau akan selamat, engkau dan seisi
rumahmu’. (Kisah Para Rasul 16:31).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar