Gaza Banjir Doa dan Simpati, Zionis Banjir Caci-maki
Pasca pengumuman gencatan senjata, pemerintah Palestina di Gaza langsung mengumumkan bahwa Kamis (22/11/2
012) sebagai hari Kemenangan Nasional dan hari libur nasional.
Pemerintah menyerukan kepada segenap warga untuk merayakan hari ini dan mengunjungi keluarga korban yang gugur dan membantu korban luka sebagai solidaritas nasional, demikian kutip Pusat Informasi Palestina (PIC).
Sejak pagi warga Palestina mulai saling mengunjungi guna melihat kondisi masing-masing, di samping mengunjungi korban luka dan keluarga korban yang gugur, serta melihat puing-puing akibat agresi Israel.
Kelompok mujahidin Brigade Izzuddin al-Qassam menyatakan bahwa selama 8 hari Perang Batu Sijjil, mereka menembakkan 1573 roket ke arah penjajah Zionis.
Brigade Izzuddin al-Qassam menjelaskan sehari sesudah kemenangan, mereka menembakkan enam buah rudal jarak jauh M-75 produksi mereka sendiri, serta menggunakan enam roket jarak jauh Fajr-5, termasuk satu ke arah kota Herzliya, tiga ke arah Baitul Maqdis yang dijajah, tujuh ke arah ‘Tel Aviv’ dan satu lagi ke arah Bersheva.
Mereka mengarahkan juga tembakan mereka arah pesawat-pesawat, kapal perang dan tank Zionis.
“Untuk pertama kalinya kami menggunakan misil jarak jauh kami yang dapat menjangkau 80 km. Untuk pertama kalinya mereka sampai ke ‘Tel Aviv’ dan Jerusalem dan memaksa pihak penjajah mengibarkan bendera putih (menyerah),” demikian pernyataan al-Qassam.
Banjir Simpati dan Caci-maki
Sementara itu, PM Ismail Haniyah menerima sambungan telephone dari Presiden Tunisia, Munshif Marzuqi, yang menyampaikan selamat atas kemenangan perlawanan di Gaza menghadapi agresi Israel.
Marzuqi menyampaikan apresiasi kemenangan rakyat Palestina dan keteguhan warga Gaza, di samping ungkapan belasungkawa bagi keluarga korban yang gugur syahid.
Di saat yang sama, para penguasa militer penjajah Zionis-Israel kini tengah menuai badai kritik dan celaan di dalam negeri, terutama dari kalangan legislator.
“Hamas menang kali ini,” demikian diakui pimpinan oposisi, Shaul Mofaz. “Dan yang kalah habis-habisan adalah Israel. Netanyahu sebaiknya mundur saja.”
Seorang anggota parlemen Knesset Zionis, Aryeh Eldad, bahkan sempat mengatakan, Netanyahu seperti anjing paranoid.
"Netanyahu telah meminta militer untuk meninggalkan perang, yang tidak lain adalah budak, seperti anjing paranoid.”
“Pengumuman diberlakukannya gencatan senjata dengan Hamas menunjukkan bahwa.’Israel’ sudah mengibarkan bendera putih dan tunduk terhadap terorisme,” tambahnya.
Anggota Knesset lain, Michael Ben Ari, telah meminta PM Israel benyamin Netanyahu untuk mengundurkan diri di tengah kegagalannya mengelola agresi baru ke Jalur Gaza. Dia menuduh Netanyahu telah "menyeret Israel ke dalam kegagalan."
Shaul Mofaz, yang tak lain juga ketua Partai Kadima, mengatakan, kemenangan Hamas di babak ini justru paling merugikan Israel.
"Alih-alih mengizinkan tentara Israel bekerja untuk menghancurkan Hamas, pemerintah Netanyahu justru keluar dari invasi ini sambil menyeret ekor secara memalukan, tanpa merealisasikan satu tujuanpun dari operasi militer yang dilancarkan ke Jalur Gaza.”
Di saat Hamas dan Gaza banjir simpati dan doa, banjir caci-maki dan tekanan justru terjadi pada pemerintah Benyamin Netanyahu. Semua, mendesak, pemerintah berkuasa segera undur diri.*
Sumber:hidayatullah.com
Pemerintah menyerukan kepada segenap warga untuk merayakan hari ini dan mengunjungi keluarga korban yang gugur dan membantu korban luka sebagai solidaritas nasional, demikian kutip Pusat Informasi Palestina (PIC).
Sejak pagi warga Palestina mulai saling mengunjungi guna melihat kondisi masing-masing, di samping mengunjungi korban luka dan keluarga korban yang gugur, serta melihat puing-puing akibat agresi Israel.
Kelompok mujahidin Brigade Izzuddin al-Qassam menyatakan bahwa selama 8 hari Perang Batu Sijjil, mereka menembakkan 1573 roket ke arah penjajah Zionis.
Brigade Izzuddin al-Qassam menjelaskan sehari sesudah kemenangan, mereka menembakkan enam buah rudal jarak jauh M-75 produksi mereka sendiri, serta menggunakan enam roket jarak jauh Fajr-5, termasuk satu ke arah kota Herzliya, tiga ke arah Baitul Maqdis yang dijajah, tujuh ke arah ‘Tel Aviv’ dan satu lagi ke arah Bersheva.
Mereka mengarahkan juga tembakan mereka arah pesawat-pesawat, kapal perang dan tank Zionis.
“Untuk pertama kalinya kami menggunakan misil jarak jauh kami yang dapat menjangkau 80 km. Untuk pertama kalinya mereka sampai ke ‘Tel Aviv’ dan Jerusalem dan memaksa pihak penjajah mengibarkan bendera putih (menyerah),” demikian pernyataan al-Qassam.
Banjir Simpati dan Caci-maki
Sementara itu, PM Ismail Haniyah menerima sambungan telephone dari Presiden Tunisia, Munshif Marzuqi, yang menyampaikan selamat atas kemenangan perlawanan di Gaza menghadapi agresi Israel.
Marzuqi menyampaikan apresiasi kemenangan rakyat Palestina dan keteguhan warga Gaza, di samping ungkapan belasungkawa bagi keluarga korban yang gugur syahid.
Di saat yang sama, para penguasa militer penjajah Zionis-Israel kini tengah menuai badai kritik dan celaan di dalam negeri, terutama dari kalangan legislator.
“Hamas menang kali ini,” demikian diakui pimpinan oposisi, Shaul Mofaz. “Dan yang kalah habis-habisan adalah Israel. Netanyahu sebaiknya mundur saja.”
Seorang anggota parlemen Knesset Zionis, Aryeh Eldad, bahkan sempat mengatakan, Netanyahu seperti anjing paranoid.
"Netanyahu telah meminta militer untuk meninggalkan perang, yang tidak lain adalah budak, seperti anjing paranoid.”
“Pengumuman diberlakukannya gencatan senjata dengan Hamas menunjukkan bahwa.’Israel’ sudah mengibarkan bendera putih dan tunduk terhadap terorisme,” tambahnya.
Anggota Knesset lain, Michael Ben Ari, telah meminta PM Israel benyamin Netanyahu untuk mengundurkan diri di tengah kegagalannya mengelola agresi baru ke Jalur Gaza. Dia menuduh Netanyahu telah "menyeret Israel ke dalam kegagalan."
Shaul Mofaz, yang tak lain juga ketua Partai Kadima, mengatakan, kemenangan Hamas di babak ini justru paling merugikan Israel.
"Alih-alih mengizinkan tentara Israel bekerja untuk menghancurkan Hamas, pemerintah Netanyahu justru keluar dari invasi ini sambil menyeret ekor secara memalukan, tanpa merealisasikan satu tujuanpun dari operasi militer yang dilancarkan ke Jalur Gaza.”
Di saat Hamas dan Gaza banjir simpati dan doa, banjir caci-maki dan tekanan justru terjadi pada pemerintah Benyamin Netanyahu. Semua, mendesak, pemerintah berkuasa segera undur diri.*
Sumber:hidayatullah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar