Muhammad di dalam Al-Kitab (Bible)?
 
 Pada tahun 1975, Ahmed Deedat mengadakan beberapa ceramah dimana dia 
mencoba untuk membuktikan keberadaan ramalan (nubuatan) Muhammad yang 
dikatakan terdapat di dalam Al-Kitab. Ceramah pertama yang berjudul, 
What does the Bible say about Muhammad? adalah mengenai ramalan kitab 
Ulangan 18:18 di dalam Perjanjian Lama. Deedat berusaha menunjukkan 
bahwa Nabi Musa meramalkam kedatangan Muhammad dengan menggunakan ayat 
tersebut. Ceramah keduanya berkaitan dengan ramalan oleh Nabi Isa 
mengenai kedatangan Muhammad ketika Nabi Isa berkata kepada 
pengikut-pengikut-Nya untuk menanti kedatangan seorang Penghibur yang 
menurut Isa akan datang setelah Ia pergi.
 
 Ceramah-ceramah 
Deedat adalah contoh bagaimana kaum Muslim berusaha membuat dua ramalan 
ini menjadi ramalan akan kedatangan Muhammad. Usaha-usaha yang demikian 
timbul oleh karena ayat yang terdapat di dalam Al-Quran, yang mengatakan
 bahwa kedatangan Muhammad diramalkan oleh kitab-kitab Yahudi dan 
Kristen.
 
 (Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang 
ummi yang (namanya) mereka temukan tertulis di dalam Taurat dan Injil 
yang ada di sisi mereka. (Surah 7:157)
 
 Tidaklah mengherankan 
jika kaum Muslim dengan segala upaya berusaha menyelidiki Taurat dan 
Injil untuk mencari ramalan yang berkenaan dengan ayat tersebut. 
Nampaknya Al-Quran sangat yakin bahwa ramalan ini dapat ditemukan dengan
 mudah. Tetapi, ketika kaum Muslim mencoba untuk mencari ramalan-ramalan
 seperti ini, mereka terperanjat karena Nabi Isa-lah yang diramalkan dan
 bukannya Muhammad. Kelahiran Isa, pelayanan-Nya, perumpamaan, 
mujizat-mujizat, penyaliban, kebangkitan, kenaikkan, kedatangan kedua, 
keilahian-Nya dan kemuliaan serta keagungan-Nya adalah topik ramalan 
kitab-kitab ini. Dengan intensifnya, ramalan-ramalan ini membuktikan 
puncak kegemilangan wahyu kebenaran Allah dan kasih-Nya terhadap 
manusia. Oleh karena itu, ramalan-ramalan ini tidak membuktikan adanya 
kemungkinan terjadi antiklimaks didalam Al-Kitab yang disebabkan oleh 
seorang ‘nabi’ yang diperkirakan akan datang. Ketiadaan ramalan seperti 
ini mengenai ‘nabi’ itu sangatlah nyata.
 
 Walau bagaimanapun, 
berpacu oleh keyakinan terhadap Al-Quran bahwa Al-Kitab memang 
meramalkan kedatangan Muhammad, kaum Muslim telah berusaha dengan daya 
upaya mencari ramalan tentang hal itu. Kekosongan ramalan-ramalan 
seperti ini yang kenyatannya telah mendorong kaum Muslim bergantung 
kepada dua ramalan yang telah disebutkan, yaitu satu oleh Nabi Musa dan 
satu lagi oleh Nabi Isa.
 
 Kami menganggap bahwa kedua ramalan 
ini sangat dipercayai oleh kaum Muslim sebagai bukti-bukti yang paling 
kokoh bagi mereka. Dengan demikian, apabila dapat dibuktikan bahwa kedua
 ramalan ini tidak merujuk kepada Muhammad atau kenabiannya, maka 
seluruh anggapan bahwa Muhammad diramalkan dalam Al-Kitab pasti akan 
runtuh dengan sendirinya.
 
 Secara umum harus difahami dan 
diterima bahwa untuk menentukan sesuatu, semua bukti yang berkaitan 
harus diselidiki dan semua yang tidak berkaitan ditolak. Marilah kita 
mulai dengan ramalan pertama.
 
 Musa dan seorang Nabi yang akan datang
 
 Seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, 
seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia 
akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya. 
(Ulangan 18:18.)
 
 Setiap kali kaum Muslim ingin membuktikan 
bahwa Muhammad diramalkan di dalam Taurat, yaitu Perjanjian Lama, mereka
 akan selalu merujuk kepada ayat ini sebagai ramalan jelas yang 
mendukung tuntutan mereka. Mereka berkata bahwa Nabi yang dijanjikan 
oleh Allah kepada Musa adalah Muhammad karena:
 
 Al-Quran 
dianggap oleh mereka sebagai firman Allah, dan oleh sebab itu Muhammad 
membaca setiap ayat yang diberikan kepadanya, hal ini menunjukkan bahwa 
Allah telah menaruh firman-Nya ke dalam mulut Muhammad seperti yang 
dikatakan oleh ayat ramalan dalam Taurat ini.
 Nabi itu akan bangkit 
dari saudara bangsa Israel, yaitu bangsa Ismail karena Israel (Yakub) 
dan Ismail adalah anak Ibrahim, dan oleh sebab itu 12 suku kaum 
keturunan Ismail adalah saudara dari 12 suku kaum keturunan Israel. Oleh
 karena Muhammad seorang saja dari keturunan Ismail yang mengaku diri 
sebagai nabi, kaum Muslim berkata bahwa ramalan itu sebenarnya mengenai 
Muhammad.
 Muhammad adalah seperti Musa dalam banyak hal sehingga menurut kaum Muslim ramalan itu adalah mengenai Muhammad.
 Kita akan menyelidiki ramalan ini dengan teliti dan dengan 
memperhatikan konteks ramalan yang diberikan tersebut. Hanya dengan cara
 demikian dapat kita ketahui hasil tafsiran yang tidak menyimpang. 
Setiap guru/pengajar Al-Kitab yang cerdas, mengetahui bahwa tidak ada 
penafsiran yang wajar apabila dilihat secara berbeda dari konteks. 
Karena itu, sangat penting untuk mengutip seluruh nats yang mengandung 
ramalan tersebut. Untuk itu, dua petikan berikut sangatlah penting:
 
 ‘Imam-imam orang Lewi, seluruh suku Lewi, janganlah mendapat bagian 
milik pusaka bersama-sama orang Israel; dari korban api-apian kepada 
TUHAN dan apa yang menjadi milik-Nya harus mereka dapat rezeki.’ 
(Ulangan 18:1-2).
 
 ‘Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari 
antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu 
oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan. Tepat seperti 
yang kamu minta dahulu kepada TUHAN, Allahmu, di gunung Horeb, pada hari
 perkumpulan, dengan berkata: Tidak mau aku mendengar suara TUHAN, 
Allahku, dan api yang besar ini tidak mau aku melihatnya lagi, supaya 
jangan aku mati. Lalu berkatalah TUHAN kepadaku: Apa yang dikatakan 
mereka baik; seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara 
saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam 
mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan
 kepadanya. Orang yang tidak mendengarkan segala firman-Ku yang akan 
diucap nabi itu demi nama-Ku, dari padanya akan Kutuntut 
pertanggungjawaban. Tetapi seorang nabi, yang terlalu berani untuk 
mengucapkan demi nama-Ku perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk 
dikatakan olehnya, atau yang berkata demikian demi nama allah lain, nabi
 itu harus mati.’ (Ulangan 18:15-20).
 
 Marilah kita menyelidiki ketiga perkara yang dianggap menjadi bukti bahwa ramalan ini adalah mengenai Muhammad.
 
 1. Firman Allah di dalam mulut nabi
 
 Kaum Kristen memang tidak percaya bahwa Al-Quran adalah firman Allah. 
Tetapi demi untuk berbicara masalah ini, kami mengatakan ‘seumpamanya’ 
bahwa Allah benar-benar menaruh firman-Nya ke dalam mulut Muhammad. Hal 
ini semata-mata agar kita dapat menyelidiki bersama-sama adanya ‘firman 
di dalam mulut Muhammad’ dapat digunakan sebagai bukti kuat bahwa 
Muhammad adalah nabi yang diramalkan dalam Ulangan 18:18.
 
 Pada 
pandangan kami, sebutan ‘Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya’ 
tidak dapat digunakan untuk menentukan siapakah nabi itu. Kalimat ini 
adalah benar bagi semua nabi, karena Allah telah menaruh firman-Nya ke 
dalam mulut mereka semua. Allah berkata kepada nabi Yeremia:
 
 ‘Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu.’ (Yeremia 1:9).
 
 Terlebih lagi, kita baca di Ulangan 18:18 bahwa Nabi yang datang 
sesudah Musa akan ‘mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan 
kepadanya’. Sekarang kita baca bahwa Isa pada satu ketika berkata kepada
 pengikut-pengikut-Nya:
 
 ‘Sebab Aku berkata-kata bukan dari 
diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang 
memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku 
sampaikan. Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu adalah hidup yang kekal.
 Jadi apa yang Aku katakan, Aku menyampaikannya sebagaimana yang 
difirmankan oleh Bapa kepada-Ku.’ (Injil Yohanes 12:49-50).
 
 
Satu lagi contoh mengenai sebutan yang sama ditemui di dalam doa Isa 
pada malam terakhir dia bersama pengikut-pengikut-Nya. Dia berdoa:
 
 ‘Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah Kusampaikan kepada mereka.’ (Injil Yohanes 17:8).
 
 Jadi tidak dapat kita tentukan identitas nabi yang disebut dalam 
Ulangan 18:18 dengan menggunakan firman Allah yang dimasukkan ke dalam 
mulutnya. Oleh karena itu, nabi yang diramalkan harus ditentukan dengan 
cara-cara lain.
 
 2. Nabi dari kalangan suadara-saudara mereka
 
 Kaum Muslim menyatakan bahwa ‘saudara mereka’ dalam Ulangan 18:18 
bermaksud saudara kepada kaum Israel, yaitu kaum Ismail. Dalam kasus 
ini, kita harus mempertimbangkan ayat-ayat lain yang terdapat di dalam 
pasal dimana ramalan itu berada.
 
 Allah berfirman, ‘Seorang nabi
 akan Ku bangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka.’ Siapakah 
yang Allah maksudkan apabila Dia berfirman ‘mereka’? Kita mendapat 
jawabannya apabila kita melihat kepada dua ayat di awal pasal ini.
 
 ‘Imam-imam orang Lewi, seluruh suku Lewi, janganlah mendapat bagian 
milik pusaka bersama-sama orang Israel….Janganlah ia mempunyai milik 
pusaka di tengah-tengah saudara-saudaranya.’ (Ulangan 18:1-2).
 
 
Dari 2 ayat ini, sangatlah jelas bahwa ‘mereka’ maksudnya adalah suku 
Lewi, dan ‘saudara mereka’ maksudnya adalah sebelas suku-suku Israel 
yang lain. Hal ini merupakan kenyataan yang tidak dapat dibantah lagi. 
Tidak ada tafsiran dari Ulangan 18:18 yang jujur dapat menerima kaum 
lain kecuali hanya suku Lewi dan suku-suku Israel yang lain. Mari kita 
menyelidiki dengan teliti tafsiran yang benar mengenai 
‘saudara-saudaranya’ yang tercatat dalam Ulangan 18:1-2. Kita baca:
 
 ‘…seluruh suku Lewi, janganlah mendapat bagian milik pusaka 
bersama-sama orang ISRAEL….Janganlah ia mempunyai milik pusaka di 
tengah-tengah SAUDARA-SAUDARANYA.’
 
 Oleh karena itu, tafsiran 
Ulangan 18:18 yang benar adalah: ‘Seorang nabi akan Kubangkitkan bagi 
mereka (yaitu suku kaum Lewi) dari antara saudara mereka (yaitu 
suku-suku Israel yang lain)’. Memang, Perjanjian Lama penuh dengan 
sebutan ‘saudara mereka’ yang bermaksud suku-suku Israel yang lain. 
Sebagai contoh:
 
 ‘Tetapi bani Benjamin tidak mau mendengarkan perkataan saudara-saudaranya, orang Israel itu’. (Hakim-hakim 20:13).
 
 Dalam ayat ini. ‘saudara-saudaranya’ adalah suku-suku Israel yang lain,
 yang beda dengan bani Benjamin. Di dalam Ulangan 18:18, maka ‘saudara 
mereka’ dengan jelas, bermaksud suku-suku Israel yang lain. Sekali lagi,
 menurut Bilangan 8:26, suku Lewi diperintahkan agar membantu 
‘saudara-saudaranya’ yang merupakan suku-suku bani Israel lainnya. 
(lihat juga Hakim-hakim 21:22, 2 Samuel 2:26, 2 Raja-raja 23:9, 1 
Tawarikh 12:32, 2 Tawarikh 28:15 dan lain-lain).
 
 Memang, di 
Ulangan 17:15 kita baca bahwa Musa pada satu ketika berkata kepada kaum 
Israel ‘Dari tengah-tengah saudara-saudaramu haruslah engkau mengangkat 
seorang raja atasmu; seorang asing yang bukan saudaramu tidaklah boleh 
kau angkat atasmu’. Cuma seorang Israel saja yang boleh diangkat sebagai
 raja kepada Israel – ‘dari tengah-tengah saudara-saudaramu’ – orang 
asing tidak diperbolehkan, pada saat itu bersama mereka ada kaum Ismail,
 suku Edom dan lainnya, namun yang boleh diangkat sebagai raja Israel 
hanya dia yang adalah ‘saudara mereka’, yaitu seorang daripada bani-bani
 Israel.
 
 Sekarang kita mempunyai dalil mutlak yang 
menghilangkan anggapan bahwa Muhammad diramalkan dalam Ulangan 18:18. 
Muhammad adalah keturunan Ismail dan oleh karena itu, dengan sendirinya 
tidak layak sebagai calon nabi yang diramalkan mengikuti ayat tersebut. 
Nabi itu memang akan datang dari salah satu bani-bani Israel, selain 
suku Lewi. Allah berkata bahwa Dia akan membangkitkan seorang nabi 
seperti Musa bagi suku Lewi dari antara ‘saudara mereka’, yaitu dari 
salah satu bani-bani Israel yang lain. Oleh karena tujuan kita adalah 
untuk membuktikan bahwa Isa adalah nabi yang diramalkan oleh ayat itu, 
sekarang saat yang baik untuk menjelaskan bahwa Isa adalah dari 
keturunan bani Yehuda (Injil Matius 1:2, Ibrani 7:14). Oleh karena itu, 
dia memenuhi syarat menjadi calon nabi yang akan dibangkitkan dari 
antara saudara suku Lewi.
 
 3. Nabi seperti Musa
 
 
Pendapat Islam pada umumnya penuh dengan perbandingan di antara Musa dan
 Muhammad di mana bukti-bukti menunjukkan persamaan di antara mereka 
dikemukakan. Pendapat umum ini juga mengemukakan perbedaan di antara Isa
 dan Musa di mana penulis mencoba menolak Isa sebagai calon nabi yang 
diramalkan dalam Ulangan 18:18.
 
 Dalam buku What does the Bible 
say about Muhammad, Deedat mengemukakan beberapa persamaan diantara Musa
 dan Muhammad, di mana dia mengatakan tidak terdapat diantara Musa dan 
Isa. Hampir tidak memiliki arti dan hanya menunjukkan keunggulan Isa 
daripada kaum manusia. Sebagai contoh, Deedat berkata bahwa Musa dan 
Muhammad dilahirkan secara biasa dan dikebumikan setelah meninggal, 
malah Isa dilahirkan oleh anak-dara, tiada bapa, dinaikkan ke syurga 
(Deedat, What the Bible Says About Muhammad, hal.7, 12). Memang semua 
manusia mempunyai ibu bapa dan menjadi abu setelah meninggal. Deedat 
hanya mengemukakan fakta-fakta bagaimana Isa lebih unik daripada 
manusia. Cara ini tidak dapat digunakan untuk mengenali nabi yang Musa 
ramalkan menurut ayat Ulangan 18:18.
 
 Di dalam pendapat umum 
itu, kadang-kala kami mendapati kesamaan di antara Musa dan Muhammad 
yang lebih kuat dan menonjol, yang memang perlu dianalisa secara lebih 
mendalam. Tiga contoh kesamaannya adalah seperti berikut:
 
 Musa dan Muhammad adalah pembawa hukum Allah, pemimpin pasukan perang, pimpinan rohani dan bangsa mereka.
 Musa dan Muhammad pada mulanya, ditolak oleh umat mereka, tersingkirkan
 dari umat mereka oleh tindakan pimpinan agama dan bangsanya, tetapi 
kembali kepada mereka setelah beberapa tahun untuk menjadi pimpinan 
urusan agama dan bangsa mereka.
 Musa dan Muhammad berhasil membuka 
kesempatan menawan tanah Palestin setelah kematian mereka, melalui 
pengikut-pengikut mereka, masing-masing Yosua dan Umar.
 Pada saat 
yang sama, pendapat umum buku itu mengatakan bahwa Isa dan Musa sangat 
berbeda menurut kepercayaan kaum Kristen. Oleh sebab itu Isa bukanlah 
nabi yang diramalkan. Perbedaan-perbedaan yang dikemukakan adalah 
seperti berikut:
 
 Musa hanyalah seorang nabi tetapi menurut kepercayaan kaum Kristen, Isa adalah Anak Allah.
 Musa meninggal secara biasa tetapi Isa mati dengan cara kekerasan.
 Musa adalah pemimpin bangsa Israel tetapi Isa tidak pernah memerintah semasa pelayananNya diatas Bumi.
 Karena ini terpaksa kami bertanya: adakah persamaan dan perbedaan 
begini membuktikan dengan jelas bahwa Muhammad adalah nabi yang 
diramalkan oleh Musa dalam Ulangan 18:18? tentu tidak. Pertama, 
perbedaan di antara Musa dan Isa yang dikemukakan tidak penting. 
Al-Kitab selalu memanggil Isa sebagai nabi dan Anak Allah (Injil Matius 
13:57, 21:11, Injil Yohanes 4:44) dan fakta Isa mati disalibkan tidak 
berkaitan dengan masalah tersebut. Banyak nabi yang dibunuh oleh bangsa 
Yahudi karena kesaksian mereka, dan kebenaran fakta ini mendapatkan 
dukungan baik dari Al-Kitab maupun Al-Quran (Injil Matius 23:31, Surah 
2:91). Lebih-lebih lagi, Al-Kitab mengatakan bahwa Umat Kristen telah 
menggantikan negara Israel sebagai bangsa kesayangan Allah. Oleh sebab 
itu, dapat dilihat juga bahwa Musa memimpin umatnya pada jaman dulu, 
jadi Isa sekarang memimpin Umat Allah dari tahkta-Nya di syurga. Dalam 
kasus ini, Isa adalah seperti Musa.
 
 Kedua, apabila kami 
membalikkan perbandingan seperti ini, kami juga dapat menunjukkan 
persamaan di antara Musa dan Isa di mana Muhammad dibedakan dengan 
mereka. Sebagai contoh:
 
 Musa dan Isa adalah bangsa keturunan 
Israel (Yakub), sedangkan Muhammad adalah berbangsa keturunan Ismail. 
(Ini adalah faktor utama yang menentukan identitas nabi yang diramalkan 
oleh Musa.)
 Musa dan Isa pergi ke Mesir, sedangkan Muhammad tidak 
pernah ke Mesir. Kita baca mengenai Musa: ‘Karena iman maka ia telah 
meninggalkan Mesir’ (Ibrani 11:27). Mengenai Isa kita baca: ‘Dari Mesir 
Kupanggil Anak-Ku.’ (Injil Matius 2:15).
 Musa dan Isa menolak 
kekayaan dan berbagi kemiskinan dengan umat mereka sedangkan Muhammad 
tidak melakukan hal itu. Kita baca mengenai Musa: ‘Ia menganggap 
penghinaan karena Al-Masih(Kristus) sebagai kekayaan yang lebih besar 
dari pada semua harta Mesir’ dan ‘karena ia lebih suka menderita 
sengsara dengan umat Allah,’ (Ibrani 11:25-26). Mengenai Isa kita baca: 
‘Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Isa Al-Masih(Yesus 
Kristus), bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia 
kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.’ (2 Korintus 
8:9).
 Jadi kitapun ada persamaan di antara Musa dan Isa yang 
menunjukkan adanya perbedaan yang dangat jelas dengan Muhammad. Ini 
menunjukkan betapa lemahnya cara kaum Muslim membandingkan Musa dengan 
Muhammad (sambil membedakan Isa dengan mereka), karana cara perbandingan
 ini harus dapat dilakukan dua arah.
 
 Al-Quran sendiri menyangkal persamaan di antara Musa dan Muhammad!
 
 Tiada diberikan kepadanya (Muhammad) seperti yang telah diberikan kepada Musa dahulu. (Surah 28:48).
 
 Jadi bagaimana kita dapat mengenali Muhammad sebbagai nabi yang diramalkan dalam Ulangan 18:18 itu?
 
 Oleh karena banyak nabi yang telah berlalu, bagi kita masuk akal untuk 
meneliti lebih jauh mengenai nabi ini, yang mempunyai sifat-sifat 
seperti nabi Musa dalam cara tertentu yang unik, berbeda dengan 
nabi-nabi lainnya. Memang jelas bahwa nabi itu akan seperti Musa dengan 
cara yang unik dan luar biasa. Sesungguhnya memang Allah akan memberi 
tanda-tanda yang jelas membedakan nabi ini dengan nabi-nabi lainnya 
menurut firman-Nya.
 
 ‘Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari 
antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu 
oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan. Tepat seperti 
yang kamu minta dahulu kepada Tuhan, Allahmu, di gunung Horeb, pada hari
 perkumpulan dengan berkata: Tidak mau aku mendengar lagi suara TUHAN, 
Allahku, dan api yang besar ini tidak mau aku melihatnya lagi, supaya 
jangan aku mati.’ (Ulangan 18:15-16).
 
 Nabi itu akan 
dibangkitkan sebagaimana Allah telah membangkitkan Musa, yaitu sebagai 
sorang perantara perjanjian yang Allah berikan di Horeb. Kaum Israel 
merayu kepada Musa supaya dia menjadi orang perantara bagi mereka dengan
 Allah karana mereka tidak ingin mendengar suara Allah dengan melihat 
wajah-Nya. Allah berkata ‘Apa yang dikatakan mereka itu baik’ (Ulangan 
18:17). Lalu Allah mengankat Musa sebagai sorang perantara 
perjanjian-Nya dengan kaum Israel. Kita harus juga mempertimbangkan 
bahwa Allah berbicara kepada Musa dengan cara yang khusus seperti yang 
tertulis dalam Al-Kitab:
 
 ‘Dan TUHAN berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya.’ (Keluaran 33:11).
 
 Al-Quran juga mengatakan bahwa Allah berbicara terus kepada Musa dengan
 cara yang berbeda dengan nabi-nabi yang lainnya (Surah 4:164). Terlebih
 lagi, untuk mensahkan Musa sebagai orang perantara dalam tugas yang 
penting ini, Allah telah membuat tanda-tanda dan mujizat-mujizat di 
hadapan kaum Israel melalui Musa. Sebab Allah telah berjanji bahwa nabi 
yang akan datang akan seperti Musa dalam tugas peratara perjanjian, jadi
 sifat-sifat nabi itu haruslah berdasarkan:
 
 Nabi itu akan menjadi sorang perantara di antara Allah dengan umat-Nya.
 Nabi itu akan mengenali wajah Allah.
 Tugasnya akan dikukuhkan dengan kehadiran tanda-tanda ajaib dan mujizat-mujizat dengan kuasa Allah, di hadapan kaum Israel.
 Sifat-sifat seprti ini memang menjadi dasar dalam ayat penutup kitab Ulangan:
 
 Seperti Musa yang dikenal TUHAN dengan berhadapan muka, tidak ada lagi 
nabi yang bangkit di antara orang Israel, dalam hal segala tanda dan 
mujizat, yang dilakukannya atas perintah TUHAN di tanah Mesir terhadap 
Firaun dan terhadap semua pegawainya dan seluruh negerinya, dan dalam 
hal segala perbuatan kekuasaan dan segala kedashyatan yang besar yang 
dilakukan Musa didepan seluruh orang Israel. (Ulangan 34:10-12).
 
 Tiga sifat Musa sebagai nabi memang jelas disebut: dia adalah orang 
perantara Allah dengan Israel, dia mengenal wajah Tuhan, dan dia membuat
 tanda dan mujizat yang dahsyat. Nabi yang akan datang harus mempunyai 
sifat-sifat Musa seperti ini. Adakah Muhammad mempunyai sifat-sifat yang
 luar biasa seperti ini?
 
 Pertama, Allah berbicara dengan 
bertatap muka kepada Musa supaya dia menjadi sorang perantara Allah dan 
umat-Nya Israel. Sedangkan Al-Quran dikatakan diturunkan oleh malaikat 
Jibril kepada Muhammad dan tidak pernah Allah bertatap muka dengan 
Muhammad, sebagaimana yang diakui kaum Muslim. Muhammad juga tidak 
menjadi sorang perantara perjanjian di antara Allah dengan umat-Nya, 
yaitu kaum Israel.
 
 Kedua, Muhammad tidak melakukan tanda-tanda 
atau mujizat. Walaupun Hadis mencatat beberapa mujizat yang beraneka 
ragam, semua ini adalah DONGENG, karena Al-Quran mengatakan dengan jelas
 bahwa Muhammad TIDAK MELAKUKAN SUATU TANDA APAPUN. Dalam Surah 6:37, 
apabila musuh Muhammad berkata ‘Mengapa tidak diturunkan kepadanya 
(Muhammad) suatu mu’jizat dari Tuhannya?’ Muhammad cuma menjawab bahwa 
Allah akan membuatnya jika Dia ingin tetapi Allah masih belum 
melakukannya. Dalam Surah yang sama kita baca bahwa Muhammad berkata, 
‘Bukanlah wewenangku (untuk menurunkan azab) yang kamu tuntut untuk 
disegerakan kedatangannya,’ (Surah 6:57) yang bermaksud tanda-tanda dan 
mujizat-mujizat seperti yang Musa lakukan. Muhammad terus berkata bahwa 
jika dia mempunyai tanda-tanda itu, perseteruan di antara dia dengan 
musuhnya seharus telah selesai sejak awal.
 
 Sekali lagi dalam 
surah yang sama, musuh Muhammad berkata bahwa mereka akan bertaubat 
sekiranya tanda-tanda datang dari Allah, tetapi Muhammad hanya menjawab 
bahwa Allah tidak berbuat begitu karena mereka tidak akan percaya juga 
(seperti orang Yahudi tidak percaya mengenai Isa – Injil Yohanes 12:37).
 Lebih-lebih lagi, Al-Quran juga mencatatkan bahwa musuh-musuh Muhammad 
yang berada di Mekah pernah berkata kepadanya:
 
 ‘Mengapakah tidak diberikan kepadanya (Muhammad) seperti yang telah diberikan kepada Musa dahulu?’ (Surah 28:48).
 
 Jawaban Al-Quran masih sama – mereka menolak tanda-tanda yang Musa 
lakukan, jadi kenapa mereka mengharapkan Muhammad melakukan tanda-tanda?
 Walau bagaimanapun, menurut ramalan pada Ulangan 18:18, ini adalah satu
 perkara yang tajam dan penting karana dengan jelas akan membedakan Musa
 dan Muhammad dalam perihal tanda-tanda dan mujizat. Jadi bagaimanakah 
Muhammad dapat dikatakan sebagai nabi yang diramalkan pada Ulangan 18:18
 sekiranya dia tidak diberi kuasa untuk melakukan suatu tanda-tanda dan 
mujizat seperti yang dilakukan oleh Musa? Oleh karena itu, Muhammad pada
 dasarnya bukan seperti Musa di dalam salah satu sifat-sifat penting 
yang seharusnya ada. Al-Quran juga mempunyai kesaksiannya sendiri 
mengenai perkara ini.
 
 Jadi kita dapat lihat bahwa Muhammad 
bukan sorang perantara di antara Allah dengan manusia, tidak dapat 
melakukan suatu tanda dan mujizat untuk membuktikan dirinya. Ulangan 
34:11 mewajibkan nabi yang diramalkan itu melakukan tanda-tanda dan 
mujizat seperti yang dilakukan oleh Musa, oleh karana Muhammad tidak 
melakukannya, terdapat sanggahan kedua yang secara fatal membantah 
Muhammad sebagai nabi yang diramalkan oleh Ulangan 18:18. Sebagai 
kesimpulan, apapun juga bukti yang kaum Muslim keluarkan sebagai 
dukungan pada anggapan mereka, bukti yang benar-benar penting dan 
berkaitan telah menolak anggapan bahwa Muhammad sebagai nabi yang 
diramalkan oleh Musa.
 
 4. Isa – Nabi seperti Musa
 
 
Sekarang mari kita pertimbangkan, adakah Isa nabi yang diramalkan oleh 
Musa. Kita mulai dengan menjawab beberapa bantahan yang dikemukakan oleh
 kaum Muslim. Pertama, sekiranya Isa adalah Al-Masih, kaum Muslim 
berkata bahwa dia bukan nabi yang Musa ramalkan karena orang Yahudi 
membedakan antara Elia, Al-Masih dan nabi yang diramalkan itu (Injil 
Yohanes 1:19-21). Pembahasan dimulai dengan menyatakan bahwa kaum 
Kristen percaya dengan Yohanes Pembaptis yang telah datang dalam Roh 
Elia, Isa adalah Al-Masih dan oleh itu, Muhammadlah nabi yang 
disebutkan. Kami telah menunjukkan bahwa hal itu mustahil bagi Muhammad 
untuk menjadi sebagai nabi itu. Walau bagaimanapun, tidak ada hal mutlak
 yang dapat di terjemahkan dari kabar angin orang Yahudi itu. Mereka 
pernah berkata mengenai Isa: ‘Dia ini benar-benar nabi yang akan datang’
 (Injil Yohanes 7:40). Pada suatu saat yang lain mereka berkata mengenai
 Isa sebagai ‘salah seorang dari para nabi’ (Injil Matius 16:14), dan 
satu ketika sebagai ‘seorang nabi’ (Injil Markus 6:15) dan lebih dari 
itu, memanggilnya sebagai kedua-duanya, Elia (Injil Markus 6:15) dan 
Yohanes Pembaptis (Injil Matius 16:14).
 
 Perlu dijelaskan bahwa 
Al-Kitab tidak menyebutkan bahwa Elia, Al-Masih dan nabi itu akan datang
 mengikut susunan seperti ini. Pertanyaan yang dikemukakan oleh orang 
Yahudi kepada Yohanes, apakah dia Elia, Al-Masih atau nabi itu, cuma 
mengungkapkan harapan mereka mengenai sesosok orang penting yang akan 
datang. Oleh karana kekeliruan mereka, kita tidak boleh berat sebelah 
tentang perbedaan yang mereka buat mengenai Al-Masih dan nabi itu. 
Perhatikan bahwa ramalan mengenai nabi itu di telah ditulis terlebih 
dahulu di dalam Perjanjian Lama (nabi itu dijanjikan oleh Musa) sebelum 
ramalan mengenai Al-Masih oleh para nabi lain, dan diakhiri dengan 
ramalan mengenai Elia (Maleakhi 4:5). Dan juga ramalan-ramalan itu tidak
 membedakan nabi itu dengan Al-Masih. Malah, orang Yahudi juga, dalam 
satu nafas pernah menggelar Isa sebagai nabi dan Al-Masih (Injil Yohanes
 7:40-41).
 
 Satu lagi bantahan yang sering digunakan oleh kaum 
Muslim adalah orang Yahudi telah membunuh Isa dan merujuk firman Allah 
di Ulangan 18:20, hanya orang yang mengatakan dirinya sebagai nabi tanpa
 perintah Allah harus mati. Akan tetapi setiap nabi telah mati, dan 
kebanyakan mereka mati dengan dashyat sebagaimana dikatakan oleh 
Al-Quran dan Al-Kitab, sehingga kematian seorang nabi tidak dapat 
digunakan sebagai bukti menentang keilahian misinya. Allah pada dasarnya
 tidak bermaksud kalau setiap nabi benar tidak akan mati! Apa yang Allah
 maksudkan adalah semua nabi palsu harus dibunuh dan akan mati 
selamanya. Kita akan tahu mengenai semua nabi palsu yang telah lalu pada
 hari kiamat kelak.
 
 Apa yang menjadi tumpuan perhatian kita 
adalah Allah telah berjanji yang Dia akan membangkitkan seorang nabi 
seperti Musa yang akan menjadi seorang pengantara perjanjian yang baru, 
dan tanda-tanda akan menyertai perjanjian ini dan membuktikan asal 
sorgawinya. Al-Kitab yang mengandung ramalan ini mengenai nabi itu 
menetapkan dengan jelas bahwa Isa adalah nabi yang dimaksud. Rasul 
Petrus berkata bahwa Allah telah meramalkan kedatangan Isa melalui semua
 nabi, merujuk dengan khusus kepada Ulangan 18:18 sebagai bukti yang 
mana Musa telah meramalkannya (Kisah Para Rasul 3:22). Isa sendiri 
berkata mengenai Musa, ‘ia telah menulis tentang Aku’ (Injil Yohanes 
5:46). Sangat sulit untuk kita mencari dalam keseluruhan dari lima kitab
 Musa, ramalan yang begitu nyata mengenai kedatangan Isa melainkan 
ramalan tersebut. Petrus memilih Ulangan 18:18 dari pada tulisan Musa 
yang lainnya, sebagai satu ramalan yang jelas mengenai kedatangan Isa 
Al-Masih.
 
 Juga dalam Kisah Para Rasul 7:37, Stefanus merujuk 
kepada Ulangan 18:18 sebagai bukti bahwa Musa adalah seorang dari mereka
 yang ‘memberitakan tentang kedatangan Orang Benar’, yaitu Isa, orang 
yang kaum Yahudi khianati dan salibkan.
 
 Setelah menjadi saksi 
akan tanda-tanda yang Isa lakukan dan setelah mengambil bagian dalam 
Perjanjian Baru di mana Isa telah bertemu muka dengan Allah dan menjadi 
seorang pengantara dengan Allah dan umat-Nya, kaum Kristen awal tahu 
bahwa Isa adalah nabi yang diramalkan dalam Ulangan 18:18. Mereka juga 
tahu bahwa ramalan mengenai nabi seperti Musa, telah ditambahkan dengan 
janji Allah kepada nabi Yeremia bahwa Dia akan mengantarakan Perjanjian 
Baru pada masa yang akan datang diantara Allah dengan umat-Nya. Mengenai
 Perjanjian Baru ini, Allah dengan jelas membedakannya dengan Perjanjian
 Lama yang Allah telah buat dengan Musa. Jadi memang nyata bahwa seorang
 yang akan menjadi pengantara adalah seorang nabi yang kedatangannya 
telah Musa ramalkan.
 
 Allah berkata : ‘Sesungguhnya, akan datang
 waktunya, demikianlah firman TUHAN, Aku akan mengadakan perjanjian baru
 dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, bukan seperti perjanjian yang telah
 Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan 
mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir; perjanjian-Ku itu 
telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa atas 
mereka, demikianlah firman TUHAN. Tetapi beginilah perjanjian Kuadakan 
dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan
 menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati 
mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi 
umat-Ku. Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar 
saudaranya dengan mengatakan: Kenalah TUHAN! Sebab mereka semua, besar 
kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan 
mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka.’ 
(Yeremia 31: 31-34).
 
 ‘Aku akan mengadakan perjanjian baru’, 
Allah berfirman, dengan itu menetapkan janji-Nya dalam Ulangan 18:18 
bahwa seorang nabi seperti Musa akan datang untuk menjadi seorang 
perantara di antara Allah dengan umat-Nya. Perjanjian baru itu 
dibandingkan dengan perjanjian yang Allah buat dengan Musa. Perjanjian 
baru tidak sama dengan perjanjian yang diberikan kepada Musa tetapi nabi
 yang akan menyampaikan perjanjian baru itu akan seperti Musa. Karena 
itu jelaslah bahwa kedatangan nabi yang diramalkan dalam Ulangan 18:18 
adalah nabi sebagai seorang pengantara perjanjian baru di antara Allah 
dengan umat-Nya. Kita baca mengenai Isa: ‘Karena itu Ia adalah 
Pengantara dari suatu perjanjian yang baru’ (Ibrani 9:15). Untuk 
meneguhkan perjanjian pertama kita baca bahwa:
 
 Kemudian Musa 
mengambil darah itu dan menyiramkannya pada bangsa itu serta berkata: 
‘Inilah darah perjanjian yang diadakan TUHAN dengan kamu, berdasarkan 
segala firman ini.’ (Keluaran 24:8).
 
 Seperti perjanjian pertama
 yang disahkan oleh darah korban binatang, maka nabi itu akan buat 
seperti Musa dan juga akan mensahkan perjanjian baru Allah dengan darah.
 Isa lalu berkata:
 
 ‘Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku’ (1 Korintus 11:25).
 
 Janji Allah mengenai kedatangan seorang nabi seperti Musa yang akan 
menjadi perantara perjanjian baru adalah satu berkat yang besar pada 
zaman sebelum Isa. Walaupun Allah mengantarakan perjanjian lama melalui 
Musa, api membara yang dilihat oleh kaum Israel, bersama dengan angin 
ribut dan tanda-tanda, membuat mereka ‘memohon, supaya jangan lagi 
berbicara kepada mereka, sebab mereka tidak tahan mendengar perintah 
ini,’ (Ibrani 12:19-20). Mereka semua mengingkari perjanjian (Yeremia 
31:31) dan mati di kawasan belantara seperti lalat (1 Korintus 10:5). 
Mereka gagal menerima kehidupan yang dijanjikan kepada mereka yang 
berpegang kepada perjanjian lama.
 
 Oleh sebab itu Allah berjanji
 kepada pewaris benih mereka, bahwa Dia akan membangkitkan seorang nabi 
seperti Musa dan akan mengantarakan perjanjian baru melaluinya di mana 
umat Allah akan berpegang kepadanya dan mendapat janji berkat, yaitu 
pengetahuan yang benar mengenai Allah, pengampunan dosa, kesanggupan 
berpegang pada hukum Allah, dan kurnia Allah (Yeremia 31:33-34).
 
 Tidak seperti kaum Israel di bawah Perjanjian Lama yang keluar dari 
jalan Allah, umat Allah melalui Perjanjian Baru ini adalah ‘jemaat 
anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, 
yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang 
telah menjadi sempurna, dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, 
dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah 
Habel’ (Ibrani 12:23-24). Isa-lah yang membawa perjanjian ini.
 
 
Karenanya Isa adalah nabi seperti Musa yang dijanjikan, karena Isa 
mengantarakan perjanjian baru di antara Allah dan umat-Nya. Seperti Musa
 (dan dengan cara yang lebih unggul dibandingkan nabi-nabi lain), Isa 
mengenali muka Allah dan menjadi pengantara diantara Allah dan umat-Nya.
 ‘Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus 
Aku,’ kata Isa (Injil Yohanes 7:29). Sekali lagi Isa katakan: ‘tidak 
seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu 
berkenan menyatakan,’ (Injil Matius 11:27). Sekali lagi Isa berkata: 
‘Hanya dia yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa,’ 
(Injil Yohanes 6:46). Apakah bukti lanjut yang menunjukkan bahwa Isa 
mengenali muka Allah dan adalah orang pengantara diantara Allah dan 
umat-Nya selain daripada ayat ini: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan 
hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui
 Aku….Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa.’ (Injil 
Yohanes 14:6,9).
 
 Ketika Musa berhadapan dengan Allah. ‘tidaklah
 ia tahu, bahwa kulit wajahnya bercahaya oleh karena ia telah berbicara 
dengan TUHAN’ (Keluaran 34:29-30). Semasa Isa di atas gunung, dia 
menunjukkan image Allah : ‘wajah-Nya bercahaya seperti matahari’ (Injil 
Matius 17:2). Tidak ada nabi lain yang dapat buat seperti ini – tidak 
ada siapapun juga yang dapat bercakap-cakap dengan Allah dengan cara 
bertatap muka, sehingga wajahnya bercahaya.
 
 Bukan saja Isa 
menjadi pengantara perjanjian baru ini seperti Musa dengan bertemu muka 
Allah, Dia juga melakukan tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang hebat 
untuk membuktikan kerja pengantara-Nya. Salah satu tanda hebat yang Musa
 lakukan adalah mengendalikan laut: ‘Lalu Musa mengulurkan tangannya ke 
atas laut, dan semalam-malaman itu TUHAN menguakkan air laut dengan 
perantaraan angin, timur yang keras’ (Keluaran 14:21). Walaupun nabi 
lain mempunyai kuasa ke atas sungai (Yosua 3:13, 2 Raja-raja 2:14), 
namun tidak ada nabi lain yang seperti Musa, mengendalikan laut, hingga 
Isa datang. Kita baca mengenai sebutan pengikut-pengikut-Nya ‘Orang 
apakah Dia ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?’ (Injil 
Matius 8:27). Dia menghentikan badai yang merajalela di lautan Galilea 
dengan berkata: ‘Diam! Tenanglah!’ (Injil Markus 4:39).
 
 Satu 
lagi tanda hebat yang Musa lakukan adalah memberi makanan kepada kaum 
Israel dengan roti dari syurga. Ketika kaum Israel melihat Isa melakukan
 mujizat yang seperti ini dengan memberi makan kepada lebih kurang lima 
ribu orang dengan beberapa potong roti saja, mereka yakin bahwa dialah 
nabi yang dijanjikan itu.
 
 Ketika orang-orang itu melihat 
mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: ‘Dia ini adalah 
benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia.’ (Injil Yohanes 6:14).
 
 Saat mereka melihat tanda itu, mereka berkata ‘Inilah nabi itu.’ Mereka
 mengetahui dengan jelas bahwa nabi yang dijanjikan akan dikenali dengan
 tanda-tanda yang dilakukan-Nya, sebagaimana yang Musa lakukan. Sewaktu 
Isa enggan mengulangi tanda tersebut, kaum Israel mengingatkan bahwa 
Musa melakukan tanda itu selama 40 tahun tanpa berhenti. Dengan merujuk 
kepada tanda Musa, mereka bertanya kepada Isa, ‘Tanda apakah yang Engkau
 perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu?’ (Injil 
Yohanes 6:30). Isa menjawab:
 
 ‘Akulah roti hidup. Nenek moyangmu
 makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang 
turun dari syurga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. 
Akulah roti hidup yang telah turun dari syurga. Jikalau seorang makan 
dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Ku berikan 
itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.’ (Injil 
Yohanes 6:48-51).
 
 Didalam setiap cara, Isa menunjukkan bahwa 
Dia adalah nabi itu, yaitu seorang perantara perjanjian seperti Musa – 
seorang yang mengenal wajah Allah – seorang yang melakukan tanda-tanda 
mujizat seperti Musa. Kaum Israel berkata dengan tepat saat mereka 
berkata mengenai Isa ‘Dia ini benar-benar nabi yang akan datang.’ (Injil
 Yohanes 7:40).
 
 Jadi terbuktilah bahwa Muhammad tidak 
diramalkan oleh Ulangan 18:18 tetapi nabi Isa-lah yang diramalkan. Jika 
Muhammad tidak diramalkan dalam Perjanjian Lama, tentu sekali dia tidak 
diramalkan dalam Perjanjian Baru.
 
 Isa Al-Masih adalah 
puncak/kegenapan semua ramalan(nubuat) yang diwahyukan di dalam 
Kitab-kitab Allah. Semua perjanjian, wahyu dan berkat Allah ada pada-Nya
 – yang merupakan puncak kasih sayang dan kemurahan Allah terhadap 
manusia.
 
 Sebab Al-Masih(Kristus) adalah ‘ya’ bagi semua janji 
Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan ‘Amin’ untuk memuliakan 
Allah. (2 Korintus 1:20).
 
 Kita akan melihat dengan jelas sekali
 bahwa di dalam Taurat dan Injil, hanya ada seorang Penyelamat, seorang 
saja di mana kasih Allah ditemukan. Walaupun banyak nabi pada zaman 
dahulu – yang benar dan yang palsu – tetapi hanya ada seorang Tuhan dan 
Penyelamat, yaitu Isa Al-Masih. Allah ingin menekankan kebenaran ini 
kepada semua manusia supaya mereka bertaubat dan mengikut Isa Al-Masih 
ke dalam Kerajaan Syurga.
 
 Barang siapa yang tidak percaya 
kepada firman-Nya maupun tidak percaya akan Dia dengan seluruh hati, 
maka tunggulah akan ‘penghakiman dan api yang dashyat’ (Ibrani 10:27) 
apabila Allah memenuhi peringatan-Nya pada Ulangan 18:19 dengan membuang
 keluar mereka yang tidak percaya kepada Penyelamat, dari hadapan-Nya 
untuk selama-lamanya.
 
 ‘Percayalah kepada Tuhan Isa 
Al-Masih(Yesus Kristus) dan engkau akan selamat, engkau dan seisi 
rumahmu’. (Kisah Para Rasul 16:31).
 
 
 
          
      
 
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar