Senin, 26 Agustus 2013

Mesir, Protes Damai Telah Mati Kini Saatnya Kami Harus Membela Diri


Muslimdaily.net - Tragedi pembantaian massal di bunderan Nahdah dan Rab’ah Adawiyah Mesir oleh serdadu polisi dan militer Mesir pada tanggal 14/8/2013, hingga saat ini dianggap pembantaian tersadis abad ini. Di samping waktunya yang singkat, dan korban yang tewas pun mencapai ribuan jiwa, serta puluhan ribu lainnya luka-luka.

Hingga hari Kamis 15/8/2013, akibat membludaknya jumlah korban jiwa yang tersebar di berbagai mesjid sekitar Kairo, membuat pihak berwenang menemui kesulitan dalam mendata secara akurat jumlah korban jiwa. Apalagi pasukan keamanan dan militer Mesir, masih terus berpencar mengejar massa pro legitimasi ke berbagai pelosok kota. Informasi mutakhir dari LSM Dr. Alaa Sadek Mesir, jumlah data korban tewas sementara yang mereka catat adalah 4200 jiwa, serta puluhan ribu lainnya luka-luka.

Di samping warga Mesir, ada juga warga asing yang berprofesi sebagai juru warta menjadi korban keganasan pembantaian tersebut. Hal ini terang-terang membuat Prancis, Inggeris dan Australia geram, dan mendesak DK PBB untuk segera melaksanakan sidang darurat membahas permasalahan Pembantaian Mesir. Malah menurut Aljazeera TV mengutip dari kantor berita Reuters, DK PBB tadi malam (15-16/08/13) telah melaksanakan sidang darurat tersebut.

Ekses pembantaian yang telah menewaskan ribuan korban jiwa dari rakyat sipil Mesir tersebut, tidak serta merta mengecutkan nyali massa pro legitimasi. Malah kini mereka yang biasanya mengusung motto Aksi Damai, beralih dengan mengatakan “Kini Saatnya Kami Harus Membela Diri”. Kekejaman Jenderal Al Sisi yang tega membantai rakyatnya sendiri, ternyata telah membukakan mata 'Kelompok Pemuda 4 April' yang selama ini terkenal dengan aliran Liberalisme-nya, dan pendukung setia kelompok bunderan Tahrir (pro kudeta), kini mereka beralih dan mendukung kelompok pro legitimasi serta akan begabung melaksanakan protes akbar hari Jum’at (16/8/13) di berbagai pelosok kota Kairo.

Kesadisan Jenderal Al Sisi dan serdadunya, ternyata sudah melebihi nalar yang dimiliki oleh manusia biasa. Di samping membantai rakyatnya yang tidak bersenjata secara kejam, juga membakar mesjid serta semua Al Qur’an yang ada di dalamnya. Sehingga semakin menyulut kebencian rakyat Mesir di seantaro negeri kepadanya.

Pada saat menulis berita ini, pihak keamanan dan militer Mesir sedang mengepung Mesjid Al Iman yang berjarak sekitar 800m dari bundaran Rab’ah. Katanya, militer ingin mengambil barang bukti di sana, yaitu korban hasil kejahatan mereka. Aktifis LSM Dr. Alaa Sadek yang berada di lokasi melaporkan, bahwa di mesjid tersebut ada sekitar 500an jenazah serta puluhan lainnya luka-luka. Jenazah tersebut adalah hasil bawaan dari bundAran Rab’ah kemarin, yaitu untuk menghindari aksi bakar yang dilakukan oleh serdadu Al Sisi di lokasi mesjid dan rumah sakit bunderan Rab’ah.

Jika melihat perkembangan lapangan saat ini, belum ada tanda-tanda jika konflik ini bakal segera akan berakhir. Justeru kebalikannya, pembantaian bundaran Rab’ah malah menjadi titik awal konflik yang lebih serius lagi. Bahkan dapat memicu terjadinya perang saudara yang sebenarnya. Apalagi jika organisasi internasional yang berwenang dan negara-negara dunia lainnya, hanya berpangku tangan sambil menonton drama pembantaian berdarah di Mesir saja.

Salam

Penulis: Masykur A. Badal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar