Edema adalah jumlah abnormal
cairan kompartemen ekstrasel. Ini paling jelas terlihat pada tumit yang bengkak
pada wanita tua dengan gangguan jantung kongesrif yang ringan, namun bila hal
ini terjadi pembentukannya merupakan akibat langsung gangguan dari sebagian
mekanisme homeostatis yang dilukiskan oleh Hipotesis Starling. Bila terjadi
perfusi pada anyaman kapiler karena tipisnya dinding pembuluh darah terdapat
kecenderungan bagi tekanan perfusi untuk menyebabkan pembentukan filtrat keluar
pembuluh darah. Tekanan hidrostatik ini dalam keseimbangan antara tekanan
intrakapiler dan tekanan ekstrasel, yakni tekanan lintas dinding (transmaral).
Umumnya tekanan ekstrasel tidak mempengaruhi bagian dalam organ namun
bervariasi antara berbagai organ, ini menerangkan mengapa edema terjadi pada
lokasi tertentu terjadi secara preferensial. Juga perlu diingat bahwa tekanan
ini dapat negatif dalam paru. Namun, tekanan intrakapiler sangat bervariasi,
baik meningkatnya perfusi maupun meningkatnya tekanan venosa yang mengakibatkan
tekanan balik pada anyaman kapiler. Variasi ini dapat menyebabkan filtrasi yang
lebih besar atau kecenderungan terhadap pembentukan filtrat.
Pengaruh yang membatasi keluarnya filtrat ialah
terdapatnya protein dalam sirkulasi; ini mengakibatkan tekanan onkotik yang
mendorong penyerapan cairan dari ruang ekstraseluler masuk pembuluh. Karenanya
dapat terjadi edema, jika protein plasma jatuh dibawah kadar minimum yang
diperlukan untuk menahan kecenderungan tekanan hidrostatik untuk membentuk filtrat.
Satu-satunya variabel lain yang dimungkinkan pada model ini timbul jika
permeabilitas pembuluh darah berubah. Ini dapat terjadi sebagai akibat sejumlah
perlakuan, yang keseluruhannya mengganggu integritas fungsional endotel
pembuluh darah mikro. Ini terjadi dalam kehidupan sebagai bagian mekanisme
homeostatis pada inflamasi. Kini vaseaktif, fragmen komplemen dan bahkan
neuropeptida dapat mengubah permeabilitas pembuluh, biasanya sebagai bagian
dari urutan yang sangat teratur pada peristiwa pembentukan eksudet inflamasi..
jumlah produk komplemen yang berlebihan jarang tertimbun dalam sirkulasi oleh
karena ketiadaan secara kongenital inhibitor jalur tersebut (inhibitor esterase
) dan ini menimbulkan
kondisi langka angio-edema yang diwariskan.
Karenanya jelas bahwa dua mekanisme bagi terbentuknya
edema ada : perubahan hidrostatik/onkotik dan perubahan permeabilitas. Edema
yang terbentuk dengan keadaan ini bervariasi sesuai dengannya. Perubahan
hidrostatik/onkotik menyebabkan terbentuknya transudat dan perubahan
permeabilitas menimbulkan eksudat. Dapat dengan mudah diramal dari pemahaman
bahwa meningkatnya permeabilitas dalam dinding pembuluh tidak saja berakibatkan
meningkatnya jumlah cairan namun juga meningkatnya berat molekul kandungan
filtrat. Meskipun pada situasi individual edema dapa terjadi sebagai akibat
banyak mekanisme,jika sistem diatas tetap utuh, edema jarang terjadi.
Misalnya, meskipun terdapat sejumlah
besar retensi garam pada hipertensi hiperaldosteronisme primer (sindrom Conn),
edema tidak terlihat.
Sejumlah kecil cairan ekstrasel secara terus meneru
dibentuk, dan ada dalam pertukaran sel-sel tubuh. Cairan ini disalurkan keluar
lewat sistemlimfa. Dua perubahan dapat terjadi dalam pembuluh limfa yang
berkaitan dengan cairan ekstrasel : mereka dapat diblokade atau dapat
ditingkatkan kapasitasnya, blokade sistem limfa dapat kongenital (limfedema
kongenital) atau perolehan. Di Inggris blokade perolehan hampir selalu
diakibatkan oleh invasi tumor ganas. Karsinoma payudara sering menyebar ke nodus
aksilaris dan ini dapat berakibatkan limfedema lengan pada sisi tersebut.
Namun, diseluruh dunia, blokade limfa oleh nematoda Wuchereria bancrofti
(filariasis) barangkali merupakan penyebab paling lazim. Meningkatnya kemampuan
pembuluh limfa timbul setelah terdapat peningkatan yang pelan-pelan dalam
jumlah cairan ekstrasel yang terbentuk selama bertahun-tahun dan pembuluh limfa
telah tumbuh mengikutinya. Ini barangkali menerangkan mengapa pasien dengan
tekanan atrium kiri yang meningkat pada stenosis mitralis tidak menderita edema
paru saat beristirahat.
Ciri
|
Transudat
|
Eksudat
|
Kandungan protein
|
Rendah < (30 g/l)
|
Tinggi > (30 g/l)
|
Pola protein
|
Hanya albumin
|
Seperti dalam plasma
|
Kadar enzim LDH
|
Rendah < 200 iu
|
Tinggi > 200 iu
|
Fibrinogen
|
Tidak ada
|
Ada (jendalan)
|
Berat jenis
|
1,012
|
1,020
|
Sel
|
Sedikit mesotel
|
Ada
|
Edema Paru
Ini
patut menerima perhatian khusus karena kejadiannya yang lazim dan implikasi
klinisnya yang hebat; namun, mekanisme yang melandasinya tidak banyak berbeda.
Penyebabnya yang lazim ialah kegagalan jantung kiri. Edema paru terjadi bila
tekanan atrium kiri meningkat menyebabkan tekanan balik pada anyaman kapiler
paru dan dengan demikian terjadi filtrasi ke ruang alveoli. Mekanisme lain juga
ada, namun jika tekanan atrium kiri mendekati normal, situasi tersebut biasanya
memerlukan pemeriksaan lebih teliti. Perubahan permeabilitas paru juga terjadi
pada sirkulasi paru dan bila hebat, edema peru besar-besaran akan terjadi
meskipun dengan tekanan atrium kiri yang paling rendah. Edema demikian ini
lazim terjadi mengikuti sepsis yang hebat. Mengikuti septikemia gram negatif
paru menjadi lebih permeabel tehadap cairan, yang mengisi ruang alveoli dan
menimbulkan hipoksia. Yang menarik ialah bahwa perubahan permeabilitas dapat
terjadi tanpa perlakuan langsung, karena edema paru terkadang dapat terlihat
mengikuti cedera kepala atau bedah saraf. Penyebab edema pada neurogik ini
tidak jelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar