ii
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Semua
kegiatan organisme memerlukan perubahan energi. Dengan satu atau lain cara
semua kegiatan atau fungsi organisme pada dasarnya menyangkut perubahan energi
dan reaksi kimia. Reaksi-reaksi kimia yang sangat banyak jumlahnya dan yang
senantiasa berlangsung di dalam sel ini dikenal sebagai metabolisme.
Jalur
metabolisme terdiri dari reaksi-reaksi anabolisme dan katabolisme. Reaksi
anabolisme adalah reaksi membangun dari ikatan sederhana ke ikatan lebih besar
dan kompleks misalnya glukosa diubah menjadi glikogen, asam lemak dan gliserol
menjadi trigliserida, serta asam amino menjadi protein. Proses anabolisme
memerlukan energi.
Reaksi
katabolisme adalah reaksi yang memecah ikatan kompleks menjadi ikatan lebih
sederhana. Reaksi katabolisme biasanya melepaskan energi. Contoh reaksi
katabolisme adalah pemecahan glikogen menjadi glukosa, trigliserida menjadi
gliserol dan asam lemak serta protein menjadi asam amino.
Dalam melaksanakan fungsinya di dalam tubuh, zat-zat
gizi saling berhubungan erat sekali, sehingga terdapat saling ketergantungan.
Gangguan atau hambatan pada metabolisme sesuatu zat gizi akan memberikan pula
gangguan atau hambatan pada metabolisme zat gizi lainnya. Sebagai contoh akan
dibicarakan disini metabolisme zat-zat gizi yang merupakan penghasil utama
energi, yaitu karbohidrat, lemak dan protein.
1
Dalam proses ini akan ternyata diperlukan hadirnya
pula dan kerjasama zat-zat gizi vitamin dan mineral. Dan juga akan dijelaskan
mengenai interelasi yang terjadi antara karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
dan mineral.
1.2
Tujuan
-
Untuk mengetahui interelasi metabolisme
zat gizi pada tubuh manusia.
-
Untuk mengetahui proses yang ada dalam
interelasi metabolisme zat-zat gizi.
-
Untuk mengetahui peranan vitamin dan
mineral.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Zat-zat
gizi sumber utama energi
Telah
disebutkan bahwa sumber utama energi untuk tubuh ialah karbohidrat, lemak dan
protein berbagai ikatan alkohol dan asam organik juga dapat menghasilkan
energi, tetapi zat-zat ini dikonsumsi dalam jumlah yang tidak cukup berarti di
dalam masyarakat Indonesia, sehingga tidak diperhitungkan sebagai sumber energi
utama. Alkohol memberikan energi yang cukup besar setiap gramnya, tetapi di
Indonesia alkohol tidak dikonsumsi umum dalam jumlah yang berarti, selain itu
alkohol dan minuman keras lain dilarang untuk dikonsumsi oleh mereka yang taat
kepada Agama Islam.
Ketiga zat gizi sumber utama energi itu
masing-masing mempunyai dua fase dalam jalur katabolismanya untuk menghasilkan
energi. Fase pertama merupakan fase khusus masing-masing, sedangkan fase kedua
merupakan fase bersama, dimana metabolite sebagai hasil fase pertama tersebut
diolah lebih lanjut secara oksidatif menjadi energi kimiawi yang terkandung
dalam metabolite Adonosine Triphosphate (ATP).
Fase bersama ini merupakan suatu reaksi siklus
berantai yang disebut Siklus Krebs (siklus asam sitrat, siklus asam
trikarboksilat). Ke dalam Siklus Krebs masuk bahan bakar berupa metabolite dari
fase pertama katabolisma karbohidrat, lemak dan protein, dan menghasilkan ATP,
suatu ikatan kaya energi (1 Mol ~ 7 Kal), dan ikatan sisa atau limbah (waste
products) CO2 dan H2O.ATP tersedia untuk ikut langsung
dalam berbagai reaksi yang memerlukan energi, sambil berubah menjadi Adenosine
diphosphate (ADP).
3
Di
dalam sel yang memerlukan energi banyak dalam waktu pendek, cadangan ATP
diperkuat dengan cadangan metabolite berenergi tinggi lain, ialah
phosphocreatin (creatin phosphate, phosphagen), yang dibentuk dari creatin dan
mendapat energinya dari ATP diatas. Contohnya seperti sel otot.
Kalau
otot memerlukan energi banyak dalam waktu pendek, maka energi diambil dari
cadangan ATP dan phosphocreatin sekaligus. Phosphocreatin berubah kembali
menjadi creatin dan memberikan gugusan phosphate dan energinya kepada ADP yang
kemudian berubah menjadi ATP. ATP inilah yang kemudian memberikan kembali
energinya lebih lanjut kepada proses metabolik yang memerlukannya.
Fase
pertama dari pemecahan karbohidrat yang menghasilkan metabolite yang dibakar di
dalam Siklus Krebs disebut jalur AMBDEN-MEYERHOFF (Embden Meyerhoff Pathway).
Jalur ini mulai dari glukosa atau glikogen dan berakhir dengan pembentukan
metabolite Asam piruvat (Pyruvic acid), jalur ini berlangsung secara anaerobic,
artinya tidak memerlukan oksigen yang berasal dari udara pernapasan.
Jalur
ini terjadi pula pada proses fermentasi, sehingga disebut juga jalur
fermentasi. Bedanya ialah bahwa pada fermentasi akhir reaksi bukan asam
piruvat, tetapi alkohol (aethanol), hasil proses lebih lanjut dari asam piruvat
tersebut. Proses fermentasi terjadi misalnya dengan bantuan ragi, yang
mempunyai enzim-enzim yang diperlukan untuk reaksi-reaksi yang terjadi.
CH3−CH2OH
Alkohol, Aethanol
Jika asam piruvat akan dibakar lebih lanjut di dalam
Siklus Krebs, ia mengalami dekarboksilasi dan menghasilkan Acetyl-Coenzim A
(Acetyl-CoA). Acetyl-CoA kemudian melepaskan gugusan Acetylnya ke dalam reaksi
dari Siklus Krebs tersebut.
4
Dekarboksilasi
Asam piruvat ini memerlukan enzim yang memerlukan Thiamin (Vitamin B1). Di
dalam jalur AMBDEN-MEYERHOFF pun telah dihasilkan ATP tetapi sebagian dipergunakan
kembali untuk melancarkan reaksi tersebut. Dari satu molekul glukosa (6
karbon), setelah melalui seluruh proses katabolisme, menghasilkan sebanyak 32
molekul ATP, setara dengan penghasilan energi sebesar 32 x 7 Kal menjadi 224
Kal (lihat Daftar XXII).
Daftar
XXII
ATP
Yang Dihasilkan Pada Katabolisma Satu Mol Glukosa
Jalur
AMBDEN-MEYERHOFF
ATP
Glukosa + ATP glukosa-1 P -1
Frustose-6.P fruktosa-1,6-di.P -1
2
(1,3-di.P glycerate 2 (3.P
glycerate) 2
2 (P Pyruvate) 2 (enolpyruvate) 2
+
2
Siklus
Krebs
2
piruvat 2acetyl-CoA 6
2
isocitrade 2-ketoglutarate 6
2
–ketoglutarate 2
succinate 8
2
succinate 2fumarate 4
2 maleate 2oxaloacetate 6
+30
1 Glukosa
ATP total : +32
5
Di dalam jalur AMBDEN-MEYERHOFF ada dua subfase,
yaitu subfase heksosa (6C) dan subfase triosa (3C). Bila pengolahan asam
piruvat lebih lanjut terhambat, akan tertimbun asam piruvat tersebut. Maka
untuk menghindarkan hal itu, tubuh akan mereduksi asam piruvat menjadi asam
laktat, dan kedua asam ini dialirkan ke hati untuk diubah lebih lanjut menjadi
karbohidrat.
Sebagian asam piruvat masuk langsung ke dalam reaksi
siklus Krebs, sehingga masuknya hasil katabolisma karbohidrat terjadi pada dua
tempat dari siklus Krebs, sebagai asam piruvat dan sebagai gugusan Acetyl, yang
dilepaskan dari Acetyl-CoA.
Pengubahan asam piruvat menjadi Acetyl-CoA terjadi
dengan proses dekarboksilasi yang memerlukan ko-enzim yang mengandung vitamin
B1 (thiamin). Pada defisiensi thiamin, terjadi hambatan pada proses etabolisma
karbohidrat di titik reaksi tersebut, sehingga tertimbun asam piruvat dan asam
laktat.
Fase pertama dalam jalur katabolisma lemak, mulai
dengan hydrolisa triglyceride menjadi glycerol (glycerin) dan tiga asam
lemak.Glycerol mempunyai ciri-ciri triosa, sehingga dapat masuk ke dalam jalur
Embden-Meyer-hoff subfase triosa, dan selanjutya menghasilkan asam piruvat.
Asam lemak dipecah setiap kali melepaskan gugusan
dua carbon sebagai Acetyl-CoA, dan Acetyl-CoA melepaskan gugusan Acetylnya ke
dalam siklus Krebs, untuk dibakar lebih lanjut menghasilkan ATP dan bahan sisa
(limbah) CO2 dan H2O. Bila terlalu banyak lemak dipecah,
melebihi kapasitas akan dibakar di dalam
siklus Krebs,dan akan terjadi penimbunan Acetyl-CoA.
6
Untuk menghindarkan hal ini, dua Acetyl
dikondensasikan menjadi apa yang disebut badan keton (keton bodies). Ada tiga
jenis badan keton, ialah asam aceto-acetat, asam beta hydroxyl butirat,dan
aceton. Badan-badan keton ini
menyebabkan penurunan pH cairan darah, sehingga terjadi acidosis.
Fase pertama dalam jalur katabolisma protein terdiri
atas hydrolysa molekul protein menjadi
asam-asam amino. Asam amino kemudian mengalami deaminasi atau transaminasi dan
metabolite yang terjadi adalah asam keto (ketoacid).
Sebagian dari asam keto mengambil jalur katabolisma
karbohidrat (jalur Embden-Meyerhoff) dan menghasilkan asam piruvat.Kelompok
asam-asam amino yang mengambil jalur ini disebut asam amino glukogenic.
Kelompok lain asam keto mengambil jalur katabolisma
lemak, dan menghasilkan Acetyl-CoA. Asam-asam amino yang mengambil jalur ini
disebut asam amino ketogenic.Ada pula beberapa asam amino yang langsung masuk
menjadi komponen dari siklus Krebs dan ada pula yang sama sekali tidak ikut
dalam proses yang menghasilkan energi.
Jadi dari 20-40 jenis asam amino yang dihasikan pada
hydrolysa protein, terdapat beberapa kategori :
a. Asam
amino glukonic.
b. Asam
amino ketogenic
c. Asam
amino yang langsung masuk menjadi komponen siklus Krebs
d. Asam
amino yang tidak ikut di dalam proses penghasilan energi.
Dari
hasil interelasi metabolisme akan dipergunakan, Pertama, energi
basal, Kedua, energi aktifitas dan Ketiga, energi spesifik untuk
pencernaan makanan.
7
Ketiga
Komponen ini adalah dasar untuk menentukan Kebutuhan Kalori Total untuk
seseorang.
Pertama : Aktifitas saat tubuh istirahat Basal
(Basal Energy Expenditure= BEE).Misalnya Proses metabolisme
dalam sel, Denyut jantung, Gerakan peristaltik usus, Pernapasan, Sekresi enzim
dan hormon, Tonus otot dll.Aktifitas ini nyaris tidak dapat dikontrol oleh
otak. Rumus yang digunakan untuk menghitung BEE adalah Saat istirahat (istirahat
tampa aktifitas fisik) tetapi atau dengan menggunakan perhitungan untuk BEE
sebagai berikut :
Rumus
Du Bois
BEE pria
= 66 + (13.7 x BB
kg ) + ( 5 x TB cm ) – ( 6,8 x U.thn )
BEE Wanita = 655 + ( 9,6 x
BB kg ) + ( 1,8 x TB cm ) – ( 4,7 x U.thn )
Atau dengan cara cepat
BEE pria
= 1 kkal /kg
BB/Jam = ( 24 Kkal / kg BB / hari )
BEE wanita
= 0,9 Kkal / kg BB / jam = ( 21,6
Kkal / kg BB / hari )
Bisa juga cara cepat dengan menghitung
BEE Laki-laki = 30 kkal x kg BB
BEE Perempuan = 25 kkal x kg BB
Faktor-faktor
yang mempengaruhi nilai BEE diantaranya :
·
Umur :
BEE / kg BB yang tertinggi adalah pada masa bayi lalu menurun pada masa
anak, lalu meningkat lagi pada masa remaja. Selanjutnya BEE menurun 2 % untuk
setiap tambahan umur 10 tahun setelah usia 21 tahun
8
·
Jenis Kelamin :
BEE anak wanita dan pria hingga umur 10 tahun adalah sama, selanjutnya pada
usia dewasa BEE pria lebih tinggi 10 % dari wanita. Masa otot pria lebih besar
dari wanita.
·
Suhu tubuh dan Lingkungan :
Pada saat udara dingin atau tubuh kehilangan kulit karena luka bakar, tubuh
berusaha mempertahankan suhu tubuh dengan cara meningkatkan BEE. Pada keadaan
demam, BEE meningkat, setiap kenaikan suhu 1 oC, BEE naik 13 %
·
Tidur :
Selama tidur tenang BEE turun 10 %
·
Aktifitas Hormon :
Pada kondisi stress, saat terjadi peningkatan hormon katabolik, terjadi kenikan
BEE. Pada hipertiroidi, terjadi peningkatan sekresi hormon tiroksin oleh
kelenjar gondok, BEE meningkat 75 – 100 %. Pada hipotiroidi BEE menurun 30 – 40
%
·
Dan faktor-faktor lainnya adalah
: Starvasi dan kurang energi protein kronis BEE menurun 15 – 20 %. Kehamilan
BEE naik 15 – 25 %.Pada keadaan normal penggunaan energi untuk aktifitas OTAK
dan SISTEM SARAF PUSAT adalah 20 % BEE. Pada faktor Genetik BEE bisa naik bisa
turun.
Kedua : Aktifitas Fisik ( AF) dibagi dalam tiga
aktifitas
Aktifitas
sangat ringan dan ringan menggunakan energi sebesar 30 – 50 % dari
BEE.Aktifitas sedang 50 – 75 % dari BEE. Dan Aktifitas berat (kerja
berat) menggunakan energi 75 % dari BEE. Aktifitas ini dikontrol oleh
otak.Aktifitas SANGAT RINGAN bila dilakukan sambil duduk dengan sedikit
menggunakan otot tangan, seperti mengetik, menyiangi sayuran, dll. Aktifitas
RINGAN bila menggunakan otot tangan dengan lebih kuat seperti menyeterika
atau dengan menggunakan otot tangan dan kaki dengan santai.
9
Aktifitas sedang berupa aktifitas-aktifitas
orang yang setara dengan orang yang berjalan cepat diselingi dengan
lari-lari kecil. Sedangkan Aktifitas BERAT berupa Aktifitas orang yang
setara dengan orang yang berlari dengan kecepatan 12-14 km /jam.
Untuk menghitung energi aktifitas fisik sebaiknya dicatat jamnya, Misalnya 5
jam sangat ringan, 6 jam ringan, 2 jam sedang dan 1 jam berat.
Ketiga : Pengaruh termis dari makanan ( thermic
effect of food = TEF)
Pada saat mengkonsumsi makanan terjadi
proses pencernaan dan penyerapan, mengangkut zat gizi penghasil energi hingga
mencapai sel-sel tubuh. Terjadi peningkatan BEE dan aktifitas fisik atau
terjadi peningkatan penggunaan Energi disebut Thermic Effect of Food =
TEF. Nilai TEF biasa disebut juga dengan Specifik Dinamik Action= SDA.
Nilai TEF untuk protein adalah tertinggi 30 %, lalu karbohidrat, kemudian
lemak. SDA bekerja mulai dari TEF tertinggi kemudian yang terendah.
Karena menu makanan merupakan gabungan protein, karbohidrat dan lemak,
maka nilai TEF adalah 10 % dari ( BEE + AF )
Contoh
perhitungan energi untuk pa’ Rahmat yang berumur 30 tahun, BB=60 kg dan
TB=160 cm, aktifitas sehari-harinya dikategorikan sedang (50%).
BEE (Cara Du Bois)
BEE pria = 66 + (13.7 x BB kg ) + ( 5 x TB
cm ) – ( 6,8 x U.thn ) = 1450 kkal
Cara cepat :
BEE pria = 1 kkal /kg BB/Jam = ( 24 Kkal / kg
BB / hari ) =1440 kkal
Aktifitas Fisik sedang ( 50 % )
= 50 % x 1450 Kkal
= 725 Kkal
TEF
= 10 % x (BEE + AF )
= 10 % x (1450+725) = 217.5 Kkal
10
Maka total keseluruhan penggunaan energi ( Total
Energi Expenditure = TEE ) adalah penjumlahan dari :
= BEE + AF +
TEF
TEE
= 1450 + 725 + 217.5
= 2392.5 Kkal
2.
Peranan
Vitamin dan Mineral
Nutrisi ( makanan )
sangat berperan dalam sistem kekebalan ( imunitas ) tubuh.Agar sistem imun
dalam tubuh bekerja dengan baik diperlukan nutrisi yang kuat. Vitamin dan
mineral termasuk salah satu bagian nutrisi mikronutrien atau nutrisi kecil yang
diperlukan tubuh dalam jumlah yang kecil.Pada mulanya peran nutrisi hanya untuk
mencukupi kebutuhan energi, protein, dan mikronutrien yang sifatnya esensial
sebagai penyeimbang kehilangan masa otot dan mencegah menurunnya imunitas tubuh
yang terkait dengan lamanya suatu perawatan. Saat ini peran nutrisi lebih jauh
lagi, berbagai komponen nutrisi digunakan untuk memodulasi fungsi sistem imun.
Vitamin A, B6, B12, C,
D dan E merupakan vitamin yang terdapat pada mikronutrien, sedangkan
mikromineral terdiri dari Co, tembaga ( Cu ), besi ( Fe ), zinc ( Zn ) dan
selenium ( Se ). Sementara bagian lain dari nutrisi adalah makronutrisi yang
dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang besar yang berfungsi untuk membantu
perkembangan tubuh, seperti karbohidrat, protein dan lemak. Kekurangan atau
kelebihan mikronutrien akan menginduksi disregulasi respon imun.Pada umumnya
penyebab terjadinya induksi disregulasi respon imun adalah asupan kurang yang
dapat menurunkan fungsi sistem imun, sehingga memudahkan terjadinya infeksi,
kelainan janin, cacat fisik dan keterlambatan perkembangan psiko-intelektual.
11
Reaksi-reaksi biokimiawi di dalam tubuh dijalankan
dan diatur oleh enzim-enzim.Pada umumnya sesuatu enzim berfungsi khusus
mengatur suatu reaksi atau satu kelompok reaksi-reaksi sejenis.
Enzim dapat bekerja terlepas dari ada atau tidaknya
sel atau partikel selular yang masih hidup.Bahkan enzim dapat diekstraksi dan
dipisahkan dari elemen selular dan memperlihatkan pengaruhnya dalam percobaan
in vitro.
Suatu
enzim terdiri atas beberapa komponen.Bagian protein yang disintesa oleh tubuh,
disebut apoenzim.Apoenzim ini diproduksi dalam bentuk inaktip dan baru dapat
aktif bekerja bila diaktifkan oleh Co-enzim.Co-enzim ini pun terdiri atas dua
subkomponen, ialah bagian non-protein yang dihasilkan oleh sel tubuh, yang
memerlukan komponen yang datang dari luar tubuh seperti dalam makanan, yang
disebut vitamin.
Komponen-komponen
di atas membentuk stuktur enzim yang lengkap disebut holoenzim.Holoenzim inilah
yang merupakan enzim aktif, tetapi ada pula enzim yang memerlukan adanya ion
logam tertentu untuk mencapai aktivitasnya yang optimum.
Jadi
kita lihat bahwa untuk mendapatkan proses biokimiawi yang optimum, semua jenis
zat gizi harus hadir bersama-sama pada saat waktu tertentu dalam kuantum
masing-masing yang mencukupi kebutuhan. Defisiensi salah satu zat gizi akan
memberikan hambatan pada reaksi biokimia yang merupakan suatu deretan
reaksi-reaksi.
Pada
dasarnya semua zat gizi tidak boleh ada yang defisien, tetapi pada kenyataannya
tidak semua zat gizi terdapat bersamaan sekaligus setiap mengkonsumsi
hidangan.Ini mungkin terjadi karena kuantum yang ddibutuhkan bagi zat-zat gizi
tersebut berbeda-beda.Ada yang dibutuhkan dalam jumlah kecil, sedangkan zat
gizi tersebut selalu tersedia di dalam bahan makanan setiap saat dalam jumlah
cukup besar.Maka zat gizi ini tidak pernah menunjukkan kondisi defisien.
12
Kelebihan
zat gizi pada satu kali konsumsi dapat ditimbun dan dipergunakan kelak bila
suatu saat kurang di dalam hidangan yang dikonsumsi.Zat gizi yang dapat
ditimbun dalam jumlah besar, sedangkan penggunaannya setiap kali hanya sedikit,
dapat tahan lebih lama terhadap suplai yang kadang-kadang tidak mencukupi.
Demikianlah
meskipun pada dasarnya semua jenis zat gizi itu harus selalu ada dalam jumlah
mencukupi setiap kali konsumsi, tetapi kenyataannya beberapa jenis zat gizi
dapat absen di dalam sesuatu hidangan tertentu, dan tidak selalu tersedia dalam
hidangan, tanpa segera memperlihatkan terjadinya gejala-gejala defisiensi.Hal
ini dimungkinkan oleh adanya cadangan dan kuantum yang diperluka hanya sedikit
sekali. Tetapi semua zat gizi akan memperlihatkan gejala-gejala defisiensi bila
absen di dalam hidangan yang dikonsumsi untuk jangka waktu yang cukup
lama.Terutama vitamin-vitamin, khususnya yang larut di dalam air, merupakan
zat-zat gizi yang paling sering menunjukkan gejala-gejala kekurangan.Ini
terutama karena kesanggupan ditimbun dari vitamin-vitamin ini pada umumnya
rendah, dan kelebihan konsumsi vitamin diekskresikan di dalam air seni.
Hubungan
metabolisma antara zat yang satu dengan zat lain dapat pula karena zat yang
satu merupakan prekursor dari zat yang lainnya, sehingga defisiensi prekursor
itu dapat pula berakibat defisiensi zat yang dibuat di dalam tubuh dari
prekursor tersebut. Vitamin A misalnya dibuat di dalam tubuh dari prekursor
karoten. Di dalam hidangan Indonesia, pada umumnya vitamin A berasal dari
karoten, sedangkan konsumsi vitamin A itu sendiri sangat rendah, sehingga
defisiensi vitamin A terjadi pula karena kurangnya konsumsi sayur-sayuran
berwarna hijau yang biasanya mengandung banyak karoten tersebut.
13
3.
Interelasi
antara Kalori Total dan Kolestrol
Sumber-sumber utama energi dalam jalur
metabolismanya menghasilkan Acetyl-CoA.Metabolite ini dapat menempuh berbagai jalur
sintesa, diantaranya kea rah sintesa lemak, sintesa glikogen dan sintesa
kolesterol.
Jalur yang menuju ke pembentukan
kolesterol memberikan hubungan antara obesitas dan
hypercholesterolemia.Terdapat pula hubungan antara kolesterol dan sintesa
vitamin D.
14
BAB III
KESIMPULAN
Proses dan
hasil dari interelasi metabolisme terutama energi potensial adalah proses
terjadinya metabolisme energi yang bersumber dari melekul Karbohidrat, Lemak
dan Protein, terjadi didalam mitokondria (komponen dalam sel) dan akan
menghasilkan sejumlah energi :
- Pada penguraian 1gram glukosa(Karbohidrat) menjadi CO2, H2O akan menghasilkan energi sebesar 4 Kkal
- Pada penguraian 1gram asam lemak (lemak) menjadi CO2, H2O akan menghasilkan energi sebesar 9 Kkal
- Pada penguraian 1gram asam amino (protein) menjadi CO2, H2O dan NH3 akan menghasilkan energi sebesar 4 Kkal
Interelasi Metabolisme Adalah proses
metabolisme Karbohidrat, lemak, Protein yang pada mulanya berproses
sendiri-sendiri, ——— karbohidrat menghasilkan glukosa, Lemak menghasilkan
gliserol dan asam lemak serta protein menghasilkan asam amino—— tetapi pada
akhirnya akan terjadi interelasi (saling berinteraksi pada suatu siklus yang
dinamakan siklus kreb) antar metabolisme zat gizi, dengan hasil akhir
pembentukan CO2, H2O dan NH3 dengan sejumlah energi potensial dalam bentuk
Fosfat Berenergi Tinggi (ATP) termasuk energi yang dihasilkannya.
Vitamin dan mineral
termasuk salah satu bagian nutrisi mikronutrien atau nutrisi kecil yang
diperlukan tubuh dalam jumlah yang kecil.
15
Pada
mulanya peran nutrisi hanya untuk mencukupi kebutuhan energi, protein, dan
mikronutrien yang sifatnya esensial sebagai penyeimbang kehilangan masa otot
dan mencegah menurunnya imunitas tubuh yang terkait dengan lamanya suatu perawatan.
Saat ini peran nutrisi lebih jauh lagi, berbagai komponen nutrisi digunakan
untuk memodulasi fungsi sistem imun.
16
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar