Pengantar IKM
“Leptospirosis”
Amalia Mumtaza
FKM A 2012
A.
Leptospirosis
Banyak media massa menayangkan sekitar
“penyakit paska banjir” yang dinamakan leptospirosis. Sebenarnya, penyakit
leptospirosis ini bukanlah penyakit baru, apalagi di dunia kedokteran telah
dikenal lama sekali, bahkan vaksinasi pada hewan terhadap leptospirosis sudah
menjadi pekerjaan rutin. Selama ini leptospirosis diabaikan begitu saja padahal
penyakit ini tergolong penyakit hewan menular kepada manusia yaitu sebagai zoonosis
yang sangat penting.
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri bernama
leptospira yang telah diketahui dari aspek imunologiknya banyak mempunyai
serovars, yaitu ± 175 serovars. Pada hewan, serovars yang sering diidentifikasi
adalah L. hardjo, L. pomona, L. grippotyphosa, L. canicola,
dan L. ichterohaemorrhagiae. Penyakit ini dapat menyerang semua usia, tetapi sebagian
besar berusia antara 10-39 tahun. Sebagian besar kasus terjadi pada laki-laki
usia pertengahan, mungkin usia ini adalah faktor resiko tinggi tertular
penyakit ini. Laki-laki memiliki risiko terkena leptospirosis
sebesar 3,59 kali dibandingkan perempuan..
B.
Riwayat
Alamiah Leptospirosis
1.
Tahap Prepatogenesis
Di Indonesia, penularan paling sering terjadi melalui tikus pada kondisi
banjir Keadaan banjir menyebabkan adanya perubahan lingkungan seperti banyaknya
genangan air, lingkungan menjadi becek, berlumpur, serta banyak timbunan sampah yang menyebabkan mudahnya bakteri Leptospira
berkembang biak .Air kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ke
tubuh manusia melalui permukaan kulit yang terluka, selaput lendir mata dan hidung. Sejauh ini tikus merupakan reservoir dan sekaligus penyebar utama
Leptospirosis karena bertindak sebagai inang alami dan memiliki daya reproduksi tinggi. Beberapa
hewan lain seperti sapi, kambing, domba, kuda, babi, anjing dapat terserang Leptospirosis, tetapi potensi menularkan ke manusia tidak
sebesar tikus .Setelah
bakteri Leptospira masuk ke
dalam tubuh melalui kulit atau selaput lendir, maka bakteri akan mengalami
multiplikasi (perbanyakan) di dalam darah dan jaringan. Selanjutnya
akan terjadi leptospiremia, yakni penimbunan bakteri Leptospira di dalam darah sehingga bakteri akan
menyebar ke berbagai jaringan tubuh terutama ginjal dan hati
2.
Tahap Patogenesis
·
Inkubasi
Masa inkubasi Leptospirosis pada manusia yaitu 2 - 26 hari. Infeksi Leptospirosis mempunyai manifestasi yang sangat
bervariasi dan kadang tanpa gejala, sehingga sering terjadi kesalahan diagnosa.
Infeksi L. interrogans dapat
berupa infeksi subklinis yang ditandai dengan flu ringan sampai berat Hampir 15-40 persen penderita terpapar infeksi tidak
bergejala tetapi serologis positif Sekitar 90 persen penderita jaundis ringan,
sedangkan 5-10 persen jaundis berat yang sering dikenal sebagai penyakit Weil.
·
Penyakit Dini
Dikenal fase awal atau fase leptospiremik karena bakteri
dapat diisolasi dari darah, cairan serebrospinal dan sebagian besar jaringan
tubuh. Pada stadium ini, penderita akan mengalami gejala mirip flu selama 4-7 hari, ditandai
dengan demam, kedinginan, dan kelemahan otot Gejala lain adalah sakit tenggorokan, batuk, nyeri dada, muntah darah, nyeri kepala, takut cahaya, gangguan mental, radang selaput otak (meningitis), serta pembesaran limpa dan hati. Selain itu ada juga gejala lain seperti Malaise , Rasa nyeri otot betis
dan punggung , Konjungtivitis tanpa disertai eksudat serous/porulen (kemerahan
pada mata). Pada periode peralihan fase selama 1-3 hari kondisi penderita
membaik.
·
Penyakit
Lanjut
Masa tunas berkisar antara 2-26 hari (kebanyakan 7-13 hari) rata-rata 10
hari.
Pada leptospira ini ditemukan perjalanan klinis bifasik berupa Leptopiremia (berlangsung 4-9 hari)
timbul demam mendadak, diserta sakit kepala (frontal, oksipital atau
bitemporal). Pada otot akan timbul keluhan mialgia dan nyeri tekan (otot
gastronemius, paha pinggang,) dandiikuti heperestesia kulit. Gejala menggigil
dan demam tinggi, mual, muntah, diare, batuk, sakit dada, hemoptisis, penurunan
kesadaran, dan injeksi konjunctiva. Injeksi faringeal, kulit dengan ruam
berbentuk makular/ makolupapular/urtikaria yang tersebar pada badan,
splenomegali, dan hepatomegali.
C.
Tahap
Pascapatogenesis
1.
Fase imun (1-3 hari)
Fase imun yang berkaitan dengan munculnya antibodi IgM sementara
konsentrasi C3, tetap normal. Meningismus, demam jarang melebihi 39oC.
Gejala lain yang muncul adalah iridosiklitis, neuritis optik, mielitis,
ensefalitis, serta neuripati perifer.
2.
Fase penyembuhan (minggu ke-2
sampai minggu ke-4)
Leptospirosis yang ringan dapat diobati dengan antibiotik doksisiklin, ampisillin, atau amoksisillin. Sedangkan Leptospirosis yang
berat dapat diobati dengan penisillin G, ampisillin, amoksisillin dan
eritromisin. Pada fase ini ditemukan adanya gejala demam atau nyeri otot yang
kemudian berangsur-angsur hilang.
D.
Pencegahan
dan Penaggulangan
·
Tindakan
Pencegahan Primer
a.
Kita harus
waspada dengan cemaran air kencing hewan (tidak hanya tikus saja).
b.
Lakukan
tindakan sanitasi dan hiegenik.
c.
Perilaku
hidup sehat dan bersih adalah ciri utama untuk menanggulangi penyakit tanpa
biaya.
d.
Karena tikus
adalah hewan jorok, tersebar dimana-mana, mengembara kemana saja selama paska
banjir, dan memang merupakan hewan utama pembawa dan penyebar leptospirosis,
maka pemberantasan terhadap hewan ini terkait langsung dengan pemberantasan
leptospirosis bahkan penyakit lain seperti pes.
e.
Masyarakat
hendaklah membiasakan diri membeli daging di kios-kios daging yang mempunyai
izin. Rumah potong hewan yang legal dan ada tanda stempel.
· Tindakan
Pencegahan Sekunder
Leptospirosis
yang ringan dapat diobati dengan antibiotik doksisiklin, ampisillin, atau amoksisillin. Sedangkan Leptospirosis yang
berat dapat diobati dengan penisillin G, ampisillin, amoksisillin dan
eritromisin. Dan sebaiknya waspada terlebih
dahulu sebelum terserang penyakit ini.
·
Tindakan Pencegahan Tersier
Rehabilitasi fisik, mental, dan sosial atas
penyakit menular tersebut. Salah satunya dengan cara membangkitkan kepercayaan
diri orang yang terkena penyakit untuk kembali bersosialisasi dan melakukan
aktifitas seperti yang biasa ia lakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar