Fungsi paru-paru
ialah pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.
Pada
pernapasan melalui paru-paru atau
pernapasan eksterna, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu
bernapas; oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronchial ke alveoli, dan dapat
berhubungan erat dengan darah di dalam kapiler pulmonaris.
Hanya
satu lapis membrane, yaitu membrane alveoli-kapiler, yang memisahkan oksigen
dengan darah. Oksigen menembus membrane ini dan dipungut oleh hemoglobin sel
darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa di dalam arteri ke semua
bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mm Hg dan
pada tingkat ini hemoglobin 95% jenuh oksigen.
Di
dalam paru-paru, karbondioksida, salah satu hasil buangan metabolisme, menembus
membrane alveolar-kapiler dari kapiler darah ke elveoli, dan setelah melalui
pipa bronchial dan trakea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.
Empat
proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau pernapasan eksterna:
1. Ventilasi
pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara
luar.
2. Arus
darah melalui paru-paru.
3. Distribusi
arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam jumlah tepat dapat mencapai
semua bagian tubuh.
4. Difusi
gas yang menembusi membrane pemisah alveoli dan kapiler CO2 lebih
mudah berdifusi daripada oksigen.
Semua
proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-paru
menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan,
lebih banyak darah datang di paru-paru membawa terlalu banyak CO2
dan terlampau sedikit O2; jumlah CO2 itu tidak dapat
dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini
merangsang pusat pernapasan dalam otak untuk memperbesar kecepatan dan dalamnya
pernapasan. Penambahan ventilasi ini mengeluarkan CO2 dan memungut
lebih banyak O2.
Pernapasan
jaringan atau pernapasan interna. Darah yang telah menjenuhkan hemoglobinnya
dengan oksigen (oksihemoglobin) mengitari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai
kapiler, dimana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan memungut oksigen
dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung, dan darah menerima,
sebagai gantinya, hasl buangan oksidasi, yaitu karbondioksida.
Perubahan-perubahan
berikut terjadi pada komposisi udara dalam elveoli, yang disebabkan pernapasan
eksterna dan pernapasan interna atau pernapasan jairngan.
Udara
(atmosfer) yang dihirup:
Nitrogen
79%
Oksigen
20%
Karbondioksida
0-0,4%
Udara
yang masuk alveoli mempunyai suhu dan kelembapan atmosfer.
Udara
yang diembuskan:
Nitrogen
79%
Oksigen
16%
Karbondioksida
4-0,4%
Udara
yang diembuskan jenuh dengan uap air dan mempunyai suhu yang sama dengan badan
(20% panas badan hilang untuk pernapasan udara yang dikeluarkan).
Daya
muat udara oleh paru-paru. Besar daya muat udara oleh paru-paru adalah 4.500 ml
sampai 5.000 ml atau 4,5 sampai 5 liter udara.
Hanya sebagian kecil dari udara ini, kira-kira 1/10-nya atau 500 ml adalah
udara pasang-surut (tidal air), yaitu yang dihirup masuk dan diembuskan keluar
pada pernapasan biasa dengan tenang.
Kapasitas
vital. Volume udara yang dapat dicapai masuk dan keluar paru-paru pada
penarikan napas paling kuat disebut kapasitas vital paru-paru. Diukurnya dengan
alat spirometer. Pada seorang laki-laki, normal 4-5 liter dan pada seorang
perempuan, 3-4 liter. Kapasitas itu berkurang pada penyakit paru-paru, penyakit
jantung (menimbulkan kongesti paru-paru), dan kelemahan otot pernapasan.
Kecepatan dan Pengendalian Pernapasan
Mekanisme
pernapasan diatur dan dikendalikan dua faktor utama, (a) kimiawi, dan (b)
pengendalian oleh saraf. Beberapa faktor tertentu merangsang pusat pernapasan
yang terletak di dalam medulla oblongata, dan kalau dirangsang, pusat itu
mengeluarkan impuls yang disalurkan saraf spinalis ke otot pernapasan-yaitu
otot diafragma dan otot interkostalis.
Pengendalian
oleh saraf. Pusat pernapasan ialah suatu pusat otomatik di dalam medulla
oblongata yang mengeluarkan impuls eferen ke otot pernapasan. Melalui beberapa
radiks saraf servikalis impuls ini diantarkan ke diafragma oleh saraf frenikus:
Di bagian yang lebih rendah pada sumsum belakang, impulasnya berjalan dari
daerah toraks melalui saraf interkostalis untuk merangsang otot interkostalis.
Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma dan interkostal
yang berkecepatan kira-kira lima belas setiap menit.
Impuls
aferen yang dirangsang pemekaran gelembung udara diantarkan saraf vagus ke
pusat pernapasan di dalam medulla.
Pengendalian
secara kimiawi. Factor kimiawi ini adalah factor utama dalam pengendalian dan
pengaturan frekuensi, kecepatan, dan kedalaman gerakan pernapasan. Pusat
pernapasan di dalam sumsum sangat peka pada reaksi: kadar alkali darah harus
dipertahankan. Karbondioksida adalah produk asam dari metabolisme, dan bahan
kimia yang asam ini merangsang pusat pernapasan untuk mengirim keluar impuls
saraf yang bekerja atas otot
pernapasan.
Kedua
pengendalian, baik melalui saraf maupun secara kimiawi, adalah penting. Tanpa
salah satunya orang tidak dapat bernapas terus. Dalam hal paralisa otot
pernapasan (interkostal dan diafragma) digunakan ventilasi paru-paru atau suatu
alat pernapasan buatan lainnya untuk melanjutkan pernapasan, sebab dada harus
bergerak supaya udara dapat dikeluarmasukkan paru-paru.
Frekuensi Pernapasan
Cepat
lambatnya manusia melakukan pernapasan dipengaruhi oleh beberapa factor di
antaranya sebagai berikut.
Umur
Bertambahnya
umur seseorang mengakibatkan frekuensi pernapasan menjadi semakin lambat. Pada
usia lanjut, energy yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan pada saat usia
pertumbuhan, sehingga oksigen yang diperlukan relative lebih sedikit.
Jenis
kelamin
Pada
umumnya, laki-laki lebih banyak membutuhkan energi. Oleh karena itu, laki-laki
memerlukan oksigen yang lebih banyak daripada wanita.
Suhu
Tubuh
Manusia
memiliki suhu tubuh yang konstan (berkisar antara 36-37oC) karena
manusia mampu mengatur produksi panas tubuh dengan meningkatkan laju
metabolisme. Jika suhu tubh turun, tubuh akan meningkatkan metabolismenya,
sehingga kebutuhan akan oksigen meningkat.
Posisi
Tubuh
Posisi
tubuh akan mempengaruhi banyaknya oto yang bekerja. Misalnya pada saat berdiri,
oto akan berkontraksi, sehingga oksigen yang dibuthkan lebih banyak dan laju
pernapasan pun akan meningkat dibandingkan pada saat orang duduk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar