Jumat, 10 Mei 2013

Kematian Ibu dan Bayi



BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Kesehatan ibu mencakup kesehatan wanita dalam usia subur, termasuk kesehatan mereka dalam periode prakehamilan, mereka yang tengah mengandung, dan kesehatam mereka yang menyusui anaknya. Pengaruh kehamilan dan persalinan pada wanita merupaka indikator penting kesehatan mereka. Kehamilan dan persalinan dapat mengakibatkan masalh kesehatan yang serius. Angka kematian ibu merupakan ukuran sehat-sakit yang paling buruk untuk ibu hamil. Mortalitas (kematian) ibu didefinisikan oleh World Health Organization (WHO) sebagai “kematian ibu saat mengandung atau 42 hari setelah kehamilan berakhir mengenyampingkan durasi dan lokasi bayi dalam rahim, dari penyebab apapun yang berkaitan dengan atau diperburuk oleh kehamilan atau penatalaksanaannya”. Angka kematian ibu merupakan jumlah ibu yang meninngal per 100.000 kelahiran hidup dalam tahun tertentu. Jumlah kelahiran hidup digunakan sebagai penyebut karena jumlah total ibu hamil tidak diketahui.
            Angka kematian ibu secara keseluruhan untuk Amerika Serikat relatif konstan selama dua dekade terakhir, yaitu, sekitar tujuh sampai delapan kematian per 100.000 kelahiran hidup. Dibandingkan pada awal abad kedua puluh (saat angka kematian ibu mencapai 100 kali lipat angka sekarang), angka ini memperlihatkan penurunan yang sangat besar. Kemajuan dalam menurunkan angka kematian ibu itu sebagian besar disebabkan oleh meningkat dan membaiknya praktik persalinan dan perawatan obstetrik.
            Namun, tanggapan tetap ada. Biarpun kenyataan menujukkan bahwa lebih dari separuh kasus kematian ibu dapat dicegah dengan intervensi yang ada, dalam dua dekade terakhir ini belum terlihat adanya penurunan. Saat ini sebagian besar kematian ibu di Amerika Serikat terjadi akibat hemoragi, hipertensi terinduksi kehamilan, embolisme, infeksi, dan kondisi terkait anestesi. Selain itu, kesenjangan antara wanita kulit putih dan wanita kulit hitam masih terlihat, dengan kemungkinan yang dialami wanita kulit hitam untuk meninggal akibat kehamilan dan komplikasinya tiga kali lipat lebih besar dari kemungkinan yang dialami wanita kulit putih. Dengan memastikan diberikannya layanan pranatal secara dini selama kehamilan sangat memengaruhi penurunan angka kasus kesakitan perinatal, ketidakmampuan, dan kematian baik bagi ibu maupun bayinya. Selain itu, beberapa penyebab dasar tingginya angka kesakitan dan kematian ibu maupun bayinya. Selain itu, penyebab dasar tingginya angka kesakitan dan kematian ibu, antara lain, kemiskinan, terdapat faktor sosiobudaya, dan kurangnya pendidikan.

1.2   Rumusan Masalah

-          Apa saja faktor yang mempengaruhi kematian ibu melahirkan dan bayi ?
-          Berapa banyak angka kematian ibu melahirkan dan bayi selama beberapa tahun ?
-          Apa saja langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi kematian ibu melahirkan dan bayi ?


1.3   Tujuan

-          Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kematian ibu melahirkan dan bayi.
-          Untuk mengetahui angka kematian ibu melahirkan  dan bayi selama beberapa tahun.
-          Untuk mengetahui langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi kematian ibu melahirkan dan bayi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kematian Ibu
Kematian ibu (maternal death) menurut definisi WHO adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan/cedera. Penyebab utama kematian ibu diklasifikasikan sebagai langsung  dan tidak langsung.
  • Penyebab langsung: berhubungan dengan komplikasi obstetrik selama masa kehamilan, persalinan dan masa nifas (post-partum). Mayoritas penyebab kematian ibu adalah penyebab langsung.
  • Penyebab tidak langsung: diakibatkan oleh penyakit yang telah diderita ibu, atau penyakit yang timbul selama kehamilan dan tidak ada kaitannya dengan penyebab langsung obstetrik, tapi penyakit tersebut diperberat oleh efek fisiologik kehamilan.
1.      Perdarahan
Perdarahan yang tidak terkontrol menyumbang sekitar 20%-25% kematian ibu sehingga merupakan risiko yang paling serius. Kehilangan darah dapat terjadi selama kehamilan, selama persalinan, atau setelah persalinan (post partum). Perdarahan post partum yang menyebabkan kehilangan darah lebih dari 1.000 ml adalah penyebab utama kematian. Meskipun dapat dicegah, tidak semua kasus perdarahan post partum dapat dihindari. Atonia uterus (uterine atony), yaitu kondisi di mana otot rahim kehilangan kemampuan untuk berkontraksi setelah melahirkan, adalah penyebab utama perdarahan post partum. Penyebab lain yang lebih jarang adalah retensi plasenta (retained placenta), di mana seluruh atau sebagian jaringan plasenta tertinggal di rahim.  Penyebab trauma termasuk luka, ruptur uterus, dan inversi uterus. Komplikasi dari perdarahan postpartum termasuk hipotensi ortostatik, anemia, dan kelelahan, yang dapat menyulitkan perawatan pasca melahirkan. Anemia post-partum meningkatkan risiko depresi post-partum.
Perdarahan post partum dapat ditangani dengan  cara siaga pada kasus-kasus yang disangka akan terjadi perdarahan adalah penting. Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan waktu bersalin, namun sudah dimulai sejak ibu hamil dengan melakukan antenatal care yang baik. Ibu-ibu yang mempunyai predisposisi atau riwayat perdarahan postpartum sangat dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit. Di rumah sakit diperiksa keadaan fisik, keadaan umum, kadar Hb, golongan darah, dan bila mungkin tersedia donor darah. Sambil mengawasi persalinan, dipersiapkan keperluan untuk infuse dan obat-obatan penguat rahim(uterotonika).
2.      Eklampsia
Eklampsia adalah kondisi yang ditandai dengan gagal ginjal, kejang, dan koma saat kehamilan atau pasca melahirkan, sehingga dapat berujung pada kematian ibu. Eklampsia biasanya terjadi setelah trimester ketiga kehamilan, mayoritas pada saat persalinan (intrapartum) dan 48 jam pertama setelah melahirkan (postpartum). Eklampsia merupakan komplikasi berat dari kondisi yang mendahuluinya, yaitu preeklampsia. Preeklampsia, juga dikenal sebagai toxemia kehamilan, ditandai dengan hipertensi (tekanan darah tinggi), proteinurea (protein dalam urin), edema (pembengkakan) umum, dan kenaikan berat badan secara tiba-tiba. Preeklampsia dapat diidentifikasi pada masa kehamilan dengan memantau tekanan darah, tes protein urin, dan pemeriksaan fisik. Deteksi dini dan pengelolaan preeklampsia dapat mencegah perkembangannya menjadi eklampsia.
3.      Sepsis
Sepsis maternal adalah infeksi bakteri yang parah, biasanya pada uterus (rahim), umumnya terjadi beberapa hari setelah melahirkan. Sepsis dapat menyebar dari rahim ke saluran tuba dan ovarium atau ke dalam aliran darah. Infeksi yang terjadi setelah melahirkan ini juga dikenal sebagai sepsis puerperalis. Penyebab utamanya adalah bakteri yang disebut Group A Streptococcus (GAS) yang memasuki tubuh melalui kulit atau jaringan yang rusak saat melahirkan.
Sepsis maternal menyebabkan demam dan satu atau lebih gejala berikut:
  • Menggigil dan perasaan tidak sehat secara umum
  • Nyeri perut bawah
  • Keputihan berbau busuk
  • Perdarahan dari vagina
  • Pusing dan pingsan
Sepsis umumnya terjadi karena standar kebersihan yang buruk selama proses persalinan, misalnya persalinan atau aborsi yang dibantu oleh dukun beranak. Sepsis juga dapat disebabkan oleh infeksi menular seksual yang tidak diobati selama kehamilan. Penyakit ini dapat dicegah atau dikelola dengan pemeriksaan lab yang tepat, standar pengendalian infeksi yang tinggi selama persalinan dan pengobatan antibiotik selama dan sesudah persalinan.
4.      Infeksi
Infeksi yang menyebabkan kematian ibu termasuk dalam kelompok penyebab tidak langsung. Infeksi yang paling umum adalah malaria, tuberkulosis, dan hepatitis. Ibu hamil yang terinfeksi penyakit-penyakit tersebut biasanya memiliki gejala yang lebih parah dan memiliki tingkat risiko tinggi keguguran, kematian janin, persalinan prematur, berat badan lahir rendah, kematian bayi dan/atau ibu.
·         Malaria merupakan infeksi parasit yang ditularkan oleh nyamuk dan menewaskan lebih dari 1 juta orang setiap tahunnya. Penyakit ini lebih umum pada wilayah Indonesia bagian timur. Malaria dapat dicegah dengan obat-obatan yang tepat dan perangkat antinyamuk.
·         Tuberkulosis (TB) adalah infeksi yang termasuk dalam target kedaruratan WHO sejak tahun 2005. Sekitar sepertiga dari populasi dunia (diperkirakan sekitar 1,75 miliar) terinfeksi basil tuberculosis. Penyakit ini dapat diperberat oleh kehamilan dan menyebabkan kematian ibu dan/ atau janin. TB dapat disembuhkan dengan obat-obatan seperti Rifampisin, INH dan Etambutol.
·         Hepatitis adalah infeksi virus yang menyerang fungsi hati. Virus hepatitis B (HBV) adalah penyebab paling umum hepatitis pada ibu hamil, namun virus hepatitis E (HEV) adalah yang paling dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian ibu. Hepatitis E akut dapat memberikan gejala tiba-tiba dalam beberapa hari atau minggu sebelum kematian. Hepatitis dapat dicegah dengan kewaspadaan, imunisasi, dan sanitasi yang lebih baik.
5.      Gagal Paru
Kegagalan pernafasan akut adalah salah satu penyebab umum kedaruratan kebidanan yang berisiko kematian tinggi. Penyebab umum kegagalan pernapasan akut adalah embolisme paru (pulmonary embolism) dan paling sering terjadi pada periode setelah melahirkan (postpartum). Kehamilan meningkatkan risiko embolisme paru karena peningkatan kemampuan untuk membekukan darah (yang bermanfaat untuk menghentikan perdarahan saat persalinan). Sayangnya, kemampuan ini juga meningkatkan risiko trombosis (bekuan) darah yang secara mendadak menyumbat arteri paru-paru–kondisi yang disebut embolisme paru.
Tanda-tanda embolisme paru termasuk sesak napas tiba-tiba dan tanpa sebab, nyeri dada, dan batuk yang dapat disertai darah. Embolisme paru dapat dikelola segera dengan obat-obatan anti trombosis dan perawatan kedaruratan.
2.2 Kematian Bayi
Kematian bayi merupakan ukuran penting kesehatan nasional karena variabel itu berkaitan dengan berbagai faktor antara lain ;
a.    Kesehatan ibu
b.    Mutu akses ke layanan medis
c.    Kondisi sosioekonomi
d.   Praktik kesehatan masyarakat
Kematian bayi (mortalitas bayi) merupakan kematian anak usia kurang dari satu tahun. Angka kematian bayi didefinisikan sebagai jumlah kematian anak usia kurang dari 1 tahun per 1.000 kelahiran hidup. Diakhir abad kedua puluh, angka kematian bayi diperkirakan mencapai 7,0 kematian per 1.000 kelahiran hidup, yang secara bermakna lebih rendah dari angka tahun 1940-47,0. Penurunan selama paruh abad terakhir itu disebabkan oleh perbaikan dalam status sosioekonomi, perumahan, gizi, cakupan imunisasi, dan ketersediaan air bersih, susu terpasteurisasi, dan antibiotik. Penurunan angka kematian bayi akhir-akhir ini lebih disebabkan oleh peningkatan dalam ketersediaan layanan pranatal dan pascanatal serta teknologi modern untuk membantu perawatan persalinan yang mengalami komplikasi.
Pada tahun 1998 lebih dari separuh kasus kematian bayi anomali kongenital (cacat lahir), gangguan yang berkatian dengan gestasi singkat dan berat badan lahir rendah yang tidak jelas, Sudden Infant Death Syndrom (SIDS), dan bayi baru lahir yang terkena dampak komplikasi kehamilan. Kematian bayi, atau mortalitas bayi, dapat dibagi lagi kedalam kematian neonatal dan kematian pascaneonatal. Kematian neonatal adalah kematian yang terjadi selama 28 hari pertama setelah kelahiran. Saat ini, dua pertiga kasus kematian bayi terjadi selama periode tersebut. Kematian ini paling lazim disebabkan oleh kejadian pranatal dan kejadian tepat setelah lahir. Layanan pranatal yang memadai, dilengkapi dengan pengkajian dan manajemen resiko, serta kemajuan dalam teknologi perawatan intensif bayi baru lahir dapat membantu menurunkan kasus kematian bayi neonatal. Kematian pascaneonatal (mortalitas pascaneonatal) adalah kematian yang terjadi diantara 28 hari dan 365 hari setelah kelahiran. Kesehatan bayi selama periode pascanatal lebih bergantung pada lingkungan bayi, yang mencakup keterampilan menjadi orangtua dan ketersediaan serta pemanfaatan layanan pediatrik.

2.3 Angka Kematian Ibu dan Bayi Pertahun
Description: 1234.bmp


Persentasi Kematian Bayi Dari Tahun 1991-2012
Description: 45rf.bmp












Description: 1233.bmp



Description: bagus.bmp



























2.4  Langkah Yang Dapat Dilakukan Untuk Mengurangi Kematian Ibu       Melahirkan Dan Bayi

1.        Keluarga berencana
Jika para ibu yang tidak ingin hamil lagi dapat memperoleh pelayanan kontrasepsi efektif sebagaimana diharapkan, maka akan berkuranglah prevalensi abortus provokatus serta prevelensi wanita hamil pada usia lanjut dan paritas tinggi. Dengan berkurangnya faktor resiko tinggi ini maka kematian maternal akan turun pula secara bermakna. Oleh karena itu pelayanan ke;uarga berencana harus dapat mencapai sasaran seluas-luasnya dimasyarakat, khususnya golongan resiko tinggi.
2.      Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan rujukan
Pemeriksaan anternal yang baik dan tersedianya fasilitas rujukan bagi kasus resiko tinggi dapat menurunkan angka kematian maternal petugas kesehatan seyogyanyadapat mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan usia, paritas, riwayat obstetrik buruk, dan perdarahan selama kehamilan.mereka harus mampu memberi pengobatan pada penyakit-penyakit yang menyertai kehamilan, misalnya anemia. Mereka juga harus mampu mengenal tanda-tanda dini infeksi, partus lama, perdarahan berlebihan, dan mengetahui bila mana saat yang tepat untuk merujuk kefasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap.
3.        Perbaikan pelayanan gawat darurat
Walaupun upaya pencegahan dengan identifikasi faktor-faktor resiko telah dilakukan sebagai mana di uraikan diatas, namun masih ada kemungkinan komplikasi berat terjadi sewaktu-waktu.Dalam hal ini rujukan segera harus dilakukan, karena kematian dapat terjadi dalam waktu singkat.Oleh karena itu petugas kesehatan di lini terdepan harus dibekali dengan kempuan tindakan-tindakan darurat secara tepat.
4.        Perdarahan
Perdarahan postpartum sering melakukan tindakan cepat dari penolong persalinan, misalnya pengeluaran plasenta secara manual, memberikan obat-obat oksitosin, massase uterus, dan pemberian tranfusi darah.

5.        Infeksi nifas
Kematian karena infeksi nifas dapat dikurangi dengan meningkatkan kebersihan selama persalinan.Kepada penolong persalinan senatiasa perlu diingatkan tentang tindakan asepsispada pertolongan persalinan.Antibiotika perlu diberikan pada persalinan lama dan pada ketuban pecah dini.parturin dan keluarganya perlu diberi penerangan tentang tanda-tanda dini infeksi nifas.
6.        Gestosis
Petugas kesehatan harus mampu mengenal tanda-tanda awal gestosis seperti edema, hipertensi, hiperrefleksia, dan jika mungkin, proteinuria.Jika gestosis memberat, maka diperlukan rujukan.
7.        Distosia
Gravida dengan postur tubuh kecil atau terlalu pendek, primi atau grandemultigravida, perlu dicurigai akan kemungkinan terjadinya distosia oleh karena disproporsi sefalopelvik.pemanfaatan partograf untuk mendeteksi secara dini persalinan lama terbukti dapat menurunkan angka kematian maternal.
8.        Abortus provokatus
Kematian karena abortus provokatus seharusna dapat dicegah karena antara lain dengan pelayanan kontrasepsi efektif sehingga kehamilan yang tidak diinginkan dapat dihindari.pengobatan pada aborrtus inkomplit adalah kuretase, yang seyogianya dapat dilakukan lini terdepan. Jika diragukan apakah sebelumnya telah dilakukan  usaha abortus provokatus, perlu diberikan antibiotika, walaupun belum ada tanda-tanda infeksi. Jika sudah terjadi infeksi, perlu diberikan antibiotika dosis tinggi secara intravena.
9.        Perbaikan jaringan pelayanan kesehatan
a.        Pengadaan tenaga terlatih dipedesaan
Di Indonesia sebagian besar pesalinan masih ditolong oleh dukun, khususnya yang berlangsung didesa-desa. Para dukun ini harus dimanfaatkan dan diajak berkerja sama antara lain dengan melatih mereka dam teknik asepsis dan pengenalan dini tanda-tanda bahaya, secaya kemampuan pertolongan pertama dan mengetahui kemana rujukan harus dilakukan pada waktunya. Pada saat ini pemerintah sedang mngupayakan pengadaan tenaga bidan untuk setiap desa, sehingga diperlukan perlu dididik sekitar 80.000 orang bidan untuk memenuhi kebutuhan tersebut sampai Pelita VI.
b.        Peningkatan kemampuan puskesmas
 Puskesmas yang merupakan fasilitas rujukan pertama dari petugas lini terdepan perlu dilengkapi dengan dokter terlatih serta kelengkapan yang diperlukan untuk mencegah kematian maternal. Puskesmas seyogianya mampu mengatasi perdarahan akut, tersedia antibiotika dan cairan yang cukup, dan mampu memberikan pertolongan bedah obstetri sederhana.








BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
-          Penyebab kematian ibu melahirkan dan bayi dapat disebabkan oleh beberapa faktor pada kematian ibu melahirkan dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti; perdarahan, eklampsia, sepsis, infeksi, gagal paru. Sedangkan pada kematian bayi dapat disebabkan beberapa faktor ; kesehatan ibu, mutu akses ke layanan medis, kondisi sosioekonomi, praktik kesehatan masyarakat.

-          Angka kematian ibu dan bayi per tahun semakin mengalami penurunan ini terkait dengan target MDGs untuk mengurangi kematian ibu dan bayi.

-          Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi angka kematian ibu melahirkan dan bayi adalah dengan melakukan; Keluarga berencana, pemeriksaan kehamilan dan pelayanan rujukan, perbaikan pelayanan gawat darurat, gestosis, distosia, abortus provokatus, perbaikan jaringan pelayanan kesehatan dengan memberikan pengadaan tenaga terlatih dipedesaan, dan peningkatan kemampuan puskesmas.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar